- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Merasa Terkena Kutukan, Keluarga Ini Pindah Tinggal ke Hutan


TS
Aboeyy
Merasa Terkena Kutukan, Keluarga Ini Pindah Tinggal ke Hutan
Sebuah kepercayaan sering membuat seseorang melakukan hal yang di luar nalar, karena ia menganggap apa yang dipercayainya itu adalah sebuah kebenaran.
Ia tak peduli apa kata dan penilaian orang lain terhadap dirinya dan keluarganya, yang penting ia melaksanakan apa yang diyakininya benar tersebut.
Andai apa yang diyakini itu berasal dari ajaran agama atau kitab suci, okelah diterima dan dilaksanakan, meski terkesan tak masuk akal.
Tapi kalau dasar keyakinan itu hanya mitos yang tak bisa dibuktikan kebenarannya, seharusnya mikir lagi sebelum melaksanakannya.
***
Seperti sebuah keluarga di Dukuh Sigintung, Desa Tuwareh, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah ini.
Atas keyakinan keluarganya terkena kutukan gaib, maka mereka sekeluarga pindah tinggal ke hutan.
Kepala Keluarga (KK) itu bernama Dakup.

Keluarga Dakup
Sejak tahun 1966, ia mengajak semua anggota keluarganya untuk tinggal di hutan, meninggalkan kampung halamannya, dan hidup terpencil di tengah rimba belantara.
Hutan yang dia pilih adalah sebuah hutan pinus yang masih berada satu kecamatan dengan asal tempat tinggal keluarganya, yang berjarak sekitar 12 km dari ibukota kecamatan.
Bukan hal mudah untuk mencapai hutan tersebut. Selain akses jalan ke sana yang masih terisolasi, juga kondisi hutannya yang masih perawan yang penuh dengan berbagai binatang buas dan berbahaya.
Namun semua itu tak menjadi rintangan bagi Dakup untuk mewujudkan keinginanya. Tak mengenal rasa takut, ia tetap nekat memboyong semua anggota keluarganya untuk menetap di sana.
Sejak tahun 1966 hingga kini, berarti sudah 53 tahun keluarga Dakup tinggal dengan betah di tengah hutan tersebut. Dakup dan istri sendiri sudah wafat di tahun 1980-an, dan diteruskan oleh anak cucunya.
Di sana mereka membangun perkampungan kecil yang kini sudah terdapat 8 buah rumah anggota keluarganya.

Rumah keluarga Dakup
Untungnya, pada saat ini listrik dan air bersih sudah mengalir sampai ke sana, sehingga mereka tambah betah tinggal di perkampungan yang asri, alami dan damai tersebut.
***
Lantas, apa penyebab awal Dakup mengajak keluarganya pindah ke sana?
Menurut cerita Semi (75) yang merupakan putri Dakup yang ke-9, ayahnya mengajak mereka pindah ke sana karena dihantui oleh suatu penyakit aneh, yang dianggap sebagai kutukan.
Ceritanya, Dakup mempunyai 10 orang anak. Satu persatu anak-anaknya tersebut meninggal dunia setiap tahun, berurutan dari yang tertua, hingga tersisa Semi dan adik bungsunya laki-laki.
Jadi, sudah 8 orang anak Dakup meninggal karena penyakit aneh. Karena khawatir Semi dan adiknya (anak ke-9 dan 10) juga ikut meninggal, maka Dakup segera pindah dari kampungnya bersama istri dan kedua anaknya yang tersisa tersebut.
Setelah ditelisik lebih lanjut tentang ‘penyakit aneh’ yang disebut Dakup tersebut, ternyata itu adalah penyakit kusta.
Hal itu dijelaskan oleh seorang petugas Puskesmas yang pernah bertugas di Kecamatan Paninggaran.
Menurut petugas Puskesmas yang bernama Jedot itu, ayah Semi (Dakup) memang menderita penyakit kusta akut, sehingga beberapa jari tangannya terputus.
Jedot dulu sering datang menjenguk dan mengobati Dakup di rumahnya di hutan tersebut.
Meski sudah dijelaskan secara medis, namun Dakup tetap menganggap penyakit yang dideritanya itu adalah penyakit kutukan, sehingga ia lebih memilih mengasingkan diri dan keluarganya ke hutan.
***
Memang, dalam pandangan masyarakat awam, penyakit kusta sering dianggap sebagai penyakit aneh, penyakit kutukan, akibat pernah melanggar suatu pantangan atau pamali.
Karena itu, terkadang penderita kusta diasingkan oleh warga sekitarnya, karena khawatir dapat menular ke warga lainnya.
Nah mungkin dengan alasan itu, Dakup lebih memilih pindah daripada diusir oleh warga.
Padahal sesungguhnya penyakit kusta atau lepra bukanlah sebuah kutukan, melainkan sebuah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae, yang menyerang jaringan saraf tepi dan kulit, dan bisa menyebar ke seluruh anggota tubuh lainnya, kecuali otak.
Bakteri ini hanya menular melalui kontak kulit langsung dengan penderita, meski ada juga yang mengatakan bisa menular melalui udara.
Dengan demikian, kematian anak-anak Dakup itu boleh jadi karena tertular langsung dengan sang ayah, akibat sering bersentuhan kulit secara langsung.
Sementara kekebalan tubuh mereka sangat lemah, sedangkan dua anaknya yang terakhir punya kekebalan tubuh yang baik, sebab saat itu tenaga medis dari Puskesmas sudah ada yang menangani keluarga mereka. (*) Ref
Diubah oleh Aboeyy 16-07-2019 15:10
0
729
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan