Kaskus

Story

cattleyaonlyAvatar border
TS
cattleyaonly
Horor Sebenar-benarnya Horor
Cerpen by Cattleya

Arbani mulai melancarkan tebar pesona, pada siswi cantik di kelas sebelah. Nadia namanya.

Pagi-pagi, sebelum bel tanda masuk berbunyi, cowok itu mondar-mandir di depan kelas Nadia.

"Woii ... mau jadi setrikaan? Noh, bantuin mak gue!" seru Zaski marah. Dirinya yang hendak masuk kelas jadi terinjak kaki Arbani. "Naad! Ini lho, ada yang nyari!" Teriakan Zaski membuat Arbani salah tingkah. Disisirnya rambut menggunakan jari, sekedar membuang rasa grogi.

Nadia muncul dari dalam kelas. Membuat dada Arbani berdegup kencang. Di depan dada itu seolah berdenyut-denyut emoticon 'love'.

"Ada apa, Ban?" tanya Nadia ramah. Membuat Arbani semakin 'love and love'.

"Boleh nggak aku main ke rumahmu? tanya Arbani malu-malu.

"Ya boleh, Ban. Lu kan temen gue," jawab Nadia. "Tapi ntar, ya, tanggal tiga puluh Februari."

"Etdah. Biar tahun kabisat juga gak ada tanggal tiga puluh Februari." Arbani bersungut-sungut. Nadia cekikikan.

"Terserah lu deh mau ke rumahku kapan," kata Nadia akhirnya.

"Yess!" Arbani mengepalkan tinjunya sebagai ekspresi 'kemenangan'. "Ntar malem, ya, gue ke rumah lu?"

"Okey. Deal!" Nadia memberi isyarat dg telunjuk dan jempol membuat huruf o.

Malam itu, malam Jum'at Kliwon. Setelah sholat Maghrib, Arbani bergegas ke rumah Nadia. Memakai celana jeans dan kaus putih bertuliskan 'New York'. Rambutnya disisir rapi membentuk jambul di bagian tengah. Arbani telah mengolesnya dengan jel anti badai, sehingga akan tetap rapi apabila angin menerpa.

Jalanan kampung tampak sepi. Di beberapa bagian tergenang air bekas hujan tadi sore. Daun-daun kering bertebaran di tanah.

Di tikungan kampung, lampu jalan tak menyala seperti biasa. Mungkin bohlamnya rusak. Tiba-tiba angin berhembus cukup kencang, disertai hawa dingin yang menyergap tubuh Arbani.

Makbluk! Sosok pocong tiba-tiba ada di depannya.

"Heh, ngapain lu ganggu gue! Cepetan minggat sono, gue lagi ada urusan penting!" hardik Arbani.

"Cie ... ciee ... urusan penting. Paling juga mau ke rumah Nadia," ejek pocong.

"Lu kok tahu? Jangan-jangan lu ngintilin gue terus ya? Dasar, pocong kurang kerjaan!"

"Jelas kurang kerjaanlah. Nah tangan, kaki sama badan gue diiket gini, gimana mau ngerjain apa-apa. Kalau ngintip kan bisa bebas. Pakai mata doang."

"Serah lu deh!"

Arbani meninggalkan pocong dengan rasa tak perduli. Melanjutkan perjalanan yang masih cukup jauh karena rumah Nadia berada di kampung sebelah. Sepertinya alam tidak mendukung kisah cinta yang hendak dirajutnya dengan Nadia. Hujan mulai turun rintik. Harum bunga kemboja tiba menyeruak, berganti bau busuk yang menyengat.

Tiba-tiba ... cling! Sosok kunti ada di depannya.

"Eh, elu lagi. Nggak bosen apa gangguin gue?"

"He he, Boss." Kunti cengar-cengir. "By the way anyway and busway, Boss mau ke mana? Kok dandan kece gini?"

"Mau kondangan!" jawab Arbani kasar.

"Kalau kondangan, amplopnya mana?"

Arbani nyengir kuda. "Mau tau urusan orang saja. Minggir!"

"Duh, galak amat si Boss," kata kunti. "Pasti ini mau ngapelin neng Nadia kan?"

"Kok tahu?"

"Barusan dikasih tahu pocong."

Ternyata pocong mengikuti Arbani sejak tadi. Berdiri di sampingnya sambil cengengesan.

"Bye. Gak guna ngomong sama kalian. Pecundang yang bunuh diri karena cinta ditolak. Apaan?" ejek Arbani seraya berlalu.

"Gue doain lu ditolak. Bha ha ha ha ...," kata pocong dan kunti serentak.

Arbani melanjutkan langkahnya, diiringi tawa menyebalkan dari kedua makhluk yang baru dijumpainya tadi.
Di jalanan pinggir kebun pisang tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu. Suster ngesot!

"Alamak! Hampir saja gue jatuh. Ngapain lu suster ngesot main di kebun?"

"Alaaa ... refreshinglah. Bosan di rumah sakit melulu."

"Dipatok ular lu baru tahu rasa!"

"Ih, jangan doain yang jelek dong, Boss." Suster ngesot nyengir.

"Lagian, nggak bosen apa ngesot terus? Lu lumpuh ya? Pakai noh kursi roda!" seru Arbani.

"Yaelah, Boss, nggak usah ngegas keles," kata suster ngesot manyun. "Gue gini sebenarnya juga capek tahu. Boyok gue pegel. Tapi kalau gue jalan, harus ganti nama. Bukan suster ngesot lagi."

"Ya sudah, minggir, gue mau ada urusan penting!"

"Urusan apa, Boss?"

"Mau tahu aja apa mau tau banget?" Arbani berkata seraya berlalu pergi. Cowok itu melangkah diiringi tatapan pocong, kunti dan suster ngesot yang telah berkumpul di pinggir kebun pisang. Doa mereka, mudah-mudahan cowok itu tidak mengalami nasib yang sama dengan mereka.

Sesampai di depan rumah Nadia, Arbani melihat horor yang lebih seram dari ketiga makhluk yang dijumpainya tadi. Nadia bersama seorang cowok di depan rumahnya. Cowok itu sangat tampan, dengan dandanan yang perlente.

"Bye, Nad. See you!" kata cowok itu setelah cipika-cipiki. Hati Arbani langsung patah jadi dua ... oh, bukan, hancur berkeping-keping.

Arbani melihat cowok itu pergi meninggalkan pelataran rumah Nadia dengan motor anak muda masa kini. Hatinya bagai teriris sembilu dan dikucuri cuka. Dia segera balik kanan dan berjalan secepatnya, pulang!

Di tepi kebun pisang, kunti, pocong dan suster ngesot masih ngerumpi. Mereka terdiam ketika melihat Arbani datang.

"Boss, cepet amat ngapelnya?" tanya suster ngesot.

"Kayaknya dia bertepuk sebelah tangan, kayak kita dulu," kata kunti disambut deraian tawa teman-temannya.

"Nyong goletna tali kanggo bunuh diri apa, Boss?" tanya pocong yang mungkin dulu dari Tegal.

Arbani lari ngibrit. Ternyata melihat gadis yang dicintai bersanding dengan cowok lain itu lebih menakutkan dibanding melihat makhluk-makhluk astral.

Tamat

PLM 15072010🌿
Diubah oleh cattleyaonly 22-07-2019 17:10
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.2K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan