- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Perang Dagang Telah Berakhir, dan Pemenangnya adalah China


TS
pasti2periode
Perang Dagang Telah Berakhir, dan Pemenangnya adalah China
Quote:
Perang dagang AS-China telah berakhir, dan pemenangnya adalah China. Kesepakatan terbaru yang dicapai Trump dan Xi akan memperbolehkan Huawei untuk kembali beroperasi dengan perusahaan AS, dan akan menunda pemberlakuan tarif tambahan terhadap impor China. Trump telah mundur dan mengalah dalam perang dagang ini. Xi dengan jelas melakukan kalkulasi bahwa Trump tidak akan melakukan apa pun yang akan mengancam dukungan baginya di antara konstituen utama Amerika, seperti petani, menjelang Pemilihan Presiden AS 2020.
Perang dagang yang hebat antara Amerika Serikat (AS)-China telah berakhir. Dalam pertemuan di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping telah sepakat untuk melanjutkan perundingan perdagangan yang telah runtuh pada Mei 2019.
Trump akan mencabut beberapa upaya pembatasan pada kemampuan Huawei Technologies Co. Ltd. untuk melakukan bisnis dengan perusahaan AS, dan menunda ancaman untuk memberlakukan tarif tambahan sebesar US$300 miliar per tahun dalam impor China. Sebagai gantinya, Xi setuju bahwa China akan membeli lebih banyak produk pertanian AS. Rincian kesepakatan keduanya akan dijabarkan di waktu mendatang.
Kesepakatan ini—kedua kalinya Presiden Trump memenuhi tuntutan China dan mengakhiri pembatasan pada perusahaan teknologi besar China, Huawei, yang dituduh mengancam kepentingan nasional AS—secara efektif menandai berakhirnya perang dagang Trump dengan China.
Mengapa? Karena itu menunjukkan bahwa Trump tidak akan kembali berupaya untuk secara fundamental mengubah hubungan perdagangan Amerika Serikat dengan China—ekonomi terbesar kedua di dunia. Xi dengan jelas melakukan kalkulasi bahwa Trump tidak bersedia melakukan apa pun yang akan mengancam dukungan baginya di antara konstituen utama Amerika, seperti petani, menjelang Pemilihan Presiden AS 2020.
Sementara itu, Trump juga telah mundur dari pembicaraannya tentang Korea Utara dan sekarang tampaknya siap untuk secara diam-diam menerima Korut sebagai negara berkekuatan nuklir.
Dengan demikian, tarif saat ini akan terus berlanjut tetapi tidak ada tarif baru yang akan dikenakan. Dan China akan membeli lebih banyak produk pertanian Amerika Serikat. Kita mungkin akan melihat kesepakatan yang lebih besar dalam beberapa bulan mendatang, yang tidak diragukan lagi akan dinyatakan Trump sebagai kemenangan besar, yang didukung oleh para pendukung garis kerasnya.
Tetapi China tidak akan sepenuhnya mengendalikan berbagai perusahaan milik negaranya. China tidak akan membatasi inisiatif ‘Made in China 2025’ pada teknologi canggih seperti robot, kendaraan listrik, dan kecerdasan buatan (AI). Rantai pasokan global akan tetap utuh dan ribuan pekerjaan manufaktur tidak akan mengalir kembali ke Amerika.
China di bawah Presiden Xi Jinping akan terus menjadi negara pengawasan (surveillance state) paling maju yang pernah ada di dunia
. China juga akan menahan ratusan ribu Muslim Uighur dari Xinjiang di kamp-kamp “pendidikan ulang” selama mungkin
Wall Street telah lama mengharapkan gencatan senjata di mana Amerika Serikat sepakat untuk tidak menambahkan tarif baru pada US$250 miliar impor per tahun, di mana AS sekarang telah memberlakukan tarif 25 persen, tetapi konsesi besar pada Huawei jelas tidak terbayangkan. Hal itu seharusnya memberikan suntikan adrenalin baru pada pasar saham yang tengah bangkit ini. Diperkirakan indeks S&P 500 SPX, +0,77 persen dan Dow Jones Industrial Average DJIA, +0.44 persen, yang dibuka dengan keuntungan besar pada Senin (1/7) pagi akan terus mencapai tingkat tertinggi baru dalam beberapa pekan mendatang.
Konsesi besar Trump untuk Xi telah memuaskan sejumlah kepentingan kuat yang dirugikan oleh tarif. Kepala National Retail Federation dan Semiconductor Industry Association memuji gencatan senjata baru tersebut. “Trump mengatakan bahwa dia membuat keputusan untuk mengizinkan Huawei membeli produk AS atas permintaan ‘perusahaan teknologi tinggi Amerika’,” menurut laporan CNBC.
Sementara itu, tokoh agresif keamanan nasional Senator Marco Rubio (Republikan-Florida) dengan keras mengecam kesepakatan tersebut di Twitter. “Jika Presiden Trump telah setuju untuk membatalkan sanksi baru-baru ini terhadap Huawei, ia telah membuat kesalahan besar.”
Di CBS News “Face the Nation”, pendukung agresif Trump lainnya, Senator Lindsey Graham (Republikan-South Carolina), menyebut kesepakatan Huawei tersebut “jelas sebuah konsesi.”
“Terus terang, saya pikir China akan melihat Amerika Serikat telah sedikit mundur dari konfrontasi,” tutur mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd kepada “Squawk Box” CNBC pada Senin (1/7) pagi. “Saya pikir pesan dari Osaka adalah bahwa Presiden Trump benar-benar menginginkan kesepakatan,” menurut kesimpulan pakar China dan pembicara fasih Mandarin tersebut.
Dilansir dari Market Watch, Selasa (2/7), para pejabat keamanan nasional dari beberapa negara telah sejak lama memperingatkan hubungan mendalam Huawei dengan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dan peran pentingnya dalam membangun teknologi nirkabel 5G generasi berikutnya, yang dapat menjadi tulang punggung ekonomi informasi global di abad ke-21. Sejumlah pejabat pemerintah Trump bergegas untuk meyakinkan semua orang, bahwa Huawei masih akan dilarang dari segala kegiatan yang membahayakan keamanan nasional.
Tetapi perlu diingat bahwa pada Juni 2018, Departemen Perdagangan AS mencabut larangan menjual komponen ke ZTE Corp., yang telah dituduh melanggar sanksi terhadap Iran dan Korea Utara, serta membayar denda lebih dari US$1 miliar. Larangan itu muncul setelah permohonan pribadi dari Xi kepada Trump.
Sementara itu, CFO Huawei Meng Wanzhou—putri pendiri perusahaan Ren Zhengfei—berjuang melawan ekstradisi dari Kanada ke AS dengan tuduhan penipuan. Pemerintah Amerika menuduh Meng membantu menipu sejumlah institusi keuangan agar melanggar sanksi AS terhadap Iran. Huawei telah membantah tuduhan itu. Jika tuduhan terhadap Meng dibatalkan, hal itu hanya akan meresmikan kesepakatan Trump.
Tapi kita tidak akan menunggu selama itu. Kita telah memiliki dua peringatan kepada perusahaan-perusahaan besar China dalam satu tahun. Kita tidak membutuhkan wasit untuk menyatakan bahwa perang dagang kali ini telah berakhir.
Perang dagang yang hebat antara Amerika Serikat (AS)-China telah berakhir. Dalam pertemuan di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping telah sepakat untuk melanjutkan perundingan perdagangan yang telah runtuh pada Mei 2019.
Trump akan mencabut beberapa upaya pembatasan pada kemampuan Huawei Technologies Co. Ltd. untuk melakukan bisnis dengan perusahaan AS, dan menunda ancaman untuk memberlakukan tarif tambahan sebesar US$300 miliar per tahun dalam impor China. Sebagai gantinya, Xi setuju bahwa China akan membeli lebih banyak produk pertanian AS. Rincian kesepakatan keduanya akan dijabarkan di waktu mendatang.
Kesepakatan ini—kedua kalinya Presiden Trump memenuhi tuntutan China dan mengakhiri pembatasan pada perusahaan teknologi besar China, Huawei, yang dituduh mengancam kepentingan nasional AS—secara efektif menandai berakhirnya perang dagang Trump dengan China.
Mengapa? Karena itu menunjukkan bahwa Trump tidak akan kembali berupaya untuk secara fundamental mengubah hubungan perdagangan Amerika Serikat dengan China—ekonomi terbesar kedua di dunia. Xi dengan jelas melakukan kalkulasi bahwa Trump tidak bersedia melakukan apa pun yang akan mengancam dukungan baginya di antara konstituen utama Amerika, seperti petani, menjelang Pemilihan Presiden AS 2020.
Sementara itu, Trump juga telah mundur dari pembicaraannya tentang Korea Utara dan sekarang tampaknya siap untuk secara diam-diam menerima Korut sebagai negara berkekuatan nuklir.
Dengan demikian, tarif saat ini akan terus berlanjut tetapi tidak ada tarif baru yang akan dikenakan. Dan China akan membeli lebih banyak produk pertanian Amerika Serikat. Kita mungkin akan melihat kesepakatan yang lebih besar dalam beberapa bulan mendatang, yang tidak diragukan lagi akan dinyatakan Trump sebagai kemenangan besar, yang didukung oleh para pendukung garis kerasnya.
Tetapi China tidak akan sepenuhnya mengendalikan berbagai perusahaan milik negaranya. China tidak akan membatasi inisiatif ‘Made in China 2025’ pada teknologi canggih seperti robot, kendaraan listrik, dan kecerdasan buatan (AI). Rantai pasokan global akan tetap utuh dan ribuan pekerjaan manufaktur tidak akan mengalir kembali ke Amerika.
China di bawah Presiden Xi Jinping akan terus menjadi negara pengawasan (surveillance state) paling maju yang pernah ada di dunia


Wall Street telah lama mengharapkan gencatan senjata di mana Amerika Serikat sepakat untuk tidak menambahkan tarif baru pada US$250 miliar impor per tahun, di mana AS sekarang telah memberlakukan tarif 25 persen, tetapi konsesi besar pada Huawei jelas tidak terbayangkan. Hal itu seharusnya memberikan suntikan adrenalin baru pada pasar saham yang tengah bangkit ini. Diperkirakan indeks S&P 500 SPX, +0,77 persen dan Dow Jones Industrial Average DJIA, +0.44 persen, yang dibuka dengan keuntungan besar pada Senin (1/7) pagi akan terus mencapai tingkat tertinggi baru dalam beberapa pekan mendatang.
Konsesi besar Trump untuk Xi telah memuaskan sejumlah kepentingan kuat yang dirugikan oleh tarif. Kepala National Retail Federation dan Semiconductor Industry Association memuji gencatan senjata baru tersebut. “Trump mengatakan bahwa dia membuat keputusan untuk mengizinkan Huawei membeli produk AS atas permintaan ‘perusahaan teknologi tinggi Amerika’,” menurut laporan CNBC.
Sementara itu, tokoh agresif keamanan nasional Senator Marco Rubio (Republikan-Florida) dengan keras mengecam kesepakatan tersebut di Twitter. “Jika Presiden Trump telah setuju untuk membatalkan sanksi baru-baru ini terhadap Huawei, ia telah membuat kesalahan besar.”
Di CBS News “Face the Nation”, pendukung agresif Trump lainnya, Senator Lindsey Graham (Republikan-South Carolina), menyebut kesepakatan Huawei tersebut “jelas sebuah konsesi.”
“Terus terang, saya pikir China akan melihat Amerika Serikat telah sedikit mundur dari konfrontasi,” tutur mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd kepada “Squawk Box” CNBC pada Senin (1/7) pagi. “Saya pikir pesan dari Osaka adalah bahwa Presiden Trump benar-benar menginginkan kesepakatan,” menurut kesimpulan pakar China dan pembicara fasih Mandarin tersebut.
Dilansir dari Market Watch, Selasa (2/7), para pejabat keamanan nasional dari beberapa negara telah sejak lama memperingatkan hubungan mendalam Huawei dengan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dan peran pentingnya dalam membangun teknologi nirkabel 5G generasi berikutnya, yang dapat menjadi tulang punggung ekonomi informasi global di abad ke-21. Sejumlah pejabat pemerintah Trump bergegas untuk meyakinkan semua orang, bahwa Huawei masih akan dilarang dari segala kegiatan yang membahayakan keamanan nasional.
Tetapi perlu diingat bahwa pada Juni 2018, Departemen Perdagangan AS mencabut larangan menjual komponen ke ZTE Corp., yang telah dituduh melanggar sanksi terhadap Iran dan Korea Utara, serta membayar denda lebih dari US$1 miliar. Larangan itu muncul setelah permohonan pribadi dari Xi kepada Trump.
Sementara itu, CFO Huawei Meng Wanzhou—putri pendiri perusahaan Ren Zhengfei—berjuang melawan ekstradisi dari Kanada ke AS dengan tuduhan penipuan. Pemerintah Amerika menuduh Meng membantu menipu sejumlah institusi keuangan agar melanggar sanksi AS terhadap Iran. Huawei telah membantah tuduhan itu. Jika tuduhan terhadap Meng dibatalkan, hal itu hanya akan meresmikan kesepakatan Trump.
Tapi kita tidak akan menunggu selama itu. Kita telah memiliki dua peringatan kepada perusahaan-perusahaan besar China dalam satu tahun. Kita tidak membutuhkan wasit untuk menyatakan bahwa perang dagang kali ini telah berakhir.
https://www.marketwatch.com/story/th...won-2019-07-01
SUMBER









nona212 dan 7 lainnya memberi reputasi
6
6.7K
Kutip
137
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan