Bulan april 2019 saya membeli 1 buah unit mobil mitsubishi expander ultimate di salah satu showroom di jakarta. Pada saat penandatangan SPK diberitahukan bahwa harga bbm tidak mengikat. Saya hanya bertanya sekilas mengenai apa maksudnya, kemudian dijelaskan dengan sangat singkat dan saya setuju2 saja. Pada bulan juni STNK keluar dan sebelum STNK dan plat dikirim, saya diwajibkan membayar selisih BBN sebesar Rp.1.089.000. Karena katanya ada kenaikan biaya pengurusan BBN
Dari STNK baru yg dikasih fotonya ke saya, diberitahukan kalau biaya BBN saya Rp.20.000.000
Akhirnya dari situ saya baru mencari tahu benar2 apa itu BBN (bea balik nama) dalam hal ini dari manufacturer ke customer
Dari referensi yg saya dapatkan BBN adalah 10% dari NJKB (nilai jual kendaraan bermotor)
Besar nya NJKB adalah ditentukan oleh pemerintah. Biasanya tiap tahun ada kenaikan di kuartal pertama di tahun yang baru. Kita bisa melihat besarnya NJKB sesuai dengan tipe mobil dan merk mobil yang kita beli di website samsat
Dari website samsat terlihat NJKB mobil xpander ultimate tahun 2019 adalah 200jt, berarti benar BBN yg dikenakan sebesar 20jt
pertanyaan saya, bagaimana bisa saya dikenakan selisih biaya BBN sebesar 1.089.000 sementara NJKB mobil yg sama di tahun 2018 saja sebesar 191jt ( berarti BBN 19,1jt) yang berarti selisih BBN tahun 2019 dibanding 2018 adalah sebesar 900rb? Sedangkan saya menandatangani SPK sampai dengan STNK selesai adalah di bulan juni di tahun yg sama (2019) ?
Saat saya menanyakan hal ini katanya " harga expander yg anda beli sudah naik dari 260jt jadi 265jt bu"
Ini jawaban yg sangat tidak masuk akal, karena NJKB ditentukan oleh pemerintah, jadi kalaupun dealer menaikan harga sampai 100x pun, harga BBN adalah tetap 10% dari NJKB yg ditentukan pemerintah.
Apakah agan ada pengalaman yg sama atau bahkan sudah pasrah membayar biaya BBN yg diminta?