Banjarnegara - Fenomena embun es di dataran tinggi Dieng menjadi magnet baru bagi wisatawan. Namun di sisi lain, dampak munculnya embun es atau bun upas bagi pertanian kentang terus meluas.

Tanaman kentang yang terkena embun es menjadi layu kemudian kering hingga mati. Salah seorang petani kentang di Dieng, Saroji mengatakan lahan kentang yang terkena embun es lebih dari 5 hektare.

"Sekarang sudah semakin luas, karena memang setiap hari muncul embun es. Luasan lahan kentang yang terdampak embun es sampai 5 hektare lebih," ungkapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (2/7/2019).



Saat ini, usia tanaman kentang yang mati akibat embun es beragam. Mulai dari satu bulan hingga dua bulan. Disampaikan Saroji, dampak embun es akan semakin luas pada puncak musim kemarau Bulan Agustus nanti.

"Jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, dampak embun es yang sekarang belum begitu luas jika dibanding Bulan Agustus. Sekarang ada yang sudah kena tapi tipis, tapi kalau bulan Agustus itu tebal," ujarnya.

Meski demikian, ia tidak memungkiri jika wisatawan yang penasaran akan fenomena embun es tahun ini lebih ramai. Apalagi tahun ini, munculnya embun es lebih awal dibanding tahun lalu.

"Sekarang jam 03.00 WIB dini hari sudah mulai banyak wisatawan yang ingin melihat embun es," kata dia.

Kepala Desa Dieng Kulon Slamet Budiono menambahkan, saat puncak musim kemarau dampak embun es bisa sampai puluhan hektar. Bukan hanya di Desa Dieng Kulon, bahkan sampai ke Desa Karangtengah dan Desa Kepakisan.




"Sekarang yang terdampak sekitar 5 hektare, dan yang paling parah 1 hektare. Tetapi pas puncaknya itu sampai puluhan hektar. Biasanya sampai luar desa dan embun es nya lebih tebal," terangnya.

Fenomena Embun Es sudah disebut BMKG sebagai anomali cuaca ekstrem
bisa berkaitan nih sama Global Warm.

disatu sisi jadi menambah daya tarik wisata.
disisi lain malah menjadi malapetaka pertanian. 

Semoga ada solusi buat petani yang paceklik. 
Di Eropa juga lagi pada stress tuh kena gelombang Panas 45 derajat keatas.