Kaskus

News

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Keruntuhan Pemerintahan Soviet Hungaria, Kandasnya Revolusi Dunia Lenin
[url]https://www.militanindonesia.org/teori-4/sejarah/8085-revolusi-hungaria.html [/url]

Keruntuhan Pemerintahan Soviet Hungaria, Kandasnya Revolusi Dunia LeninPada tanggal 21 Maret 1919, Republik Soviet Hungaria diproklamirkan. Pada tanggal 1 Agustus, 133 hari kemudian, babak yang heroik dalam sejarah kelas pekerja Hungaria ini berakhir dengan masuknya Tentara Putih Rumania ke Budapest. Bila saja kaum proletariat Hungaria berhasil menang, isolasi Republik Buruh Rusia sudah pasti akan berakhir.
Pengalaman singkat dari Republik Soviet Bavaria dari tanggal 7 April hingga 1 Mei 1919, merupakan indikasi bahwa gelombang besar revolusi tengah menyebar dari Timur ke Barat, dengan terus-menerus menampakkan gelombang yang tak tertahankan. Bila saja negara buruh Hungaria mampu mengkonsolidasikan dirinya untuk beberapa bulan lebih lama, sebuah nyala api revolusi akan segera membakar Wina dan Berlin, di mana kelas buruh sudah mengalami gejolak yang revolusioner.
Kemenangan revolusi Jerman akan mengubah seluruh perjalanan sejarah manusia. Namun ini tidak terjadi, dan Revolusi Hungaria tahun 1919 telah memasuki cacatan sejarah dari episode heroik seperti Komune Paris pada tahun 1871.
Namun demikian, dari studi tentang sebab-sebab kegagalan Republik Soviet Hungaria setengah abad kemudian, ini bisa membantu memperkaya pengetahuan kita tentang proses-proses bagaimana sebuah transformasi masyarakat sosialis dihasilkan, guna melengkapi diri dengan lebih baik bagi perjuangan sosialisme hari ini.
Pada tahun 1919, masyarakat Hungaria membongkar seluruh tatanan lama yang telah dipelihara secara utuh selama berabad-abad. Dari reaksi berdarah yang diikuti kekalahan Pemberontakan Petani tahun 1514 dikeluarakanlah undang-undang Hungaria yang diabadikan dalam Werboczi's Tripartite Code yang membagi masyarakat Hungaria ke dalam kasta-kasta tertentu atas kaum bangsawan besar dan kecil, dengan para agamawan di satu sisi dan “Pleb” di sisi yang lain.
Selama 150 tahun, Hungaria merana di bawah kekuasaan Turki Utsmani. Kemudian, pada tahun 1687, Mahkota St. Stephen dinobatkan sebagai keturunan dari garis laki-laki Habsburg Austria.
Sepanjang generasi, masyarakat Hungaria berjuang guna menyatakan hak mereka untuk hidup sebagai sebuah bangsa. Usaha yang paling serius untuk melepaskan dir dari kekuasaan Austria datang pada saat gelombang revolusioner melanda Eropa pada 1848. Tapi borjuasi Hungaria yang lemah dan kaum bangsawan yang tak bertulang terbukti tidak mampu membebaskan Hungaria dari penindas asing. Setelah kekalahan pada tahun 1848, penindasan nasional Hungaria mencapai puncaknya  - 10.000 rakyat Hungaria dieksekusi.
Surat kabar-surat kabar Hungaria dibredel dan sekolah-sekolah diambil alih oleh Austria. Perkebunan-perkebunan yang disita dari para pemberontak Hungaria diberikan kepada kaum aristokrat dari istana Wina. Ribuan polisi mata-mata dan para agen memenuhi negara tersebut. Bangsa Hungaria mendapat banyak penghinaan dari Jermanifikasi dan pensensoran Habsburg.
Kemudian datang sebuah kebangkitan di Prusia dan kekalahan yang memalukan Austria di tangan Bismarck pada tahun 1866. Dengan perasaan pedih yang menghantam, Kaisar Franz Josef bergerak ke arah persetujuan dengan aristokrasi Hungaria. Dengan demikian lahirlah “Ausgleich” atau kompromi 1867 yang terkenal.
Kesepakatan ini berarti bahwa Kekaisaran Habsburg untuk selanjutnya akan terdiri dari dua “suku bangsa yang berkuasa” – bangsa Austria dan bangsa Magyar (Hungaria), dua “suku bangsa kelas dua”, Kroasia dan Polandia, dan enam suku bangsa tanpa hak: Ceko, Slowakia , Rumania, Ruthenia, Slovenia dan Serbia. Kelas penguasa bangsa Maygar mendukung Habsburg dan, sebagai imbalannya, diberikan izin untuk mengeksploitasi dan menindas bangsa lain yang tinggal di setengah  dari wilayah kerajaan mereka.
Masyarakat Hungaria dikarakterisasi oleh keterbelakangan yang ekstrim, oleh hubungan semi-feodal dan konsentrasi kekuasaan di tangan sejumlah kecil para bangsawan kaya. Sekitar 5% dari populasi memilki 85% dari tanah. Secara teoritis, perbudakan sudah dihapus, tetapi dalam prakteknya, 20 juta hektar yang dimiliki oleh perkebunan-perkebunan besar dikerjakan oleh “buruh perkebunan” yang berada dalam kondisi sosial yang tidak berbeda jauh dengan budak.
Perkebunan besar ini tidak dapat dijual atau dibagi. Sebuah contoh dari karakter hukum feudal Hungaria adalah bahwa keluarga Esterhazy selalu memiliki 100.000 hektar lahan yang akan menjadi milik anak tertua untuk selamanya.
Sebagai indikasi dari keterlambatan pembangunan sosial masyarakat Hungaria, mayoritas dari “kaum estate berpunya” ini diciptakan dari tahun 1869 dan seterusnya - yaitu, dalam suatu periode ketika jejak-jejak terakhir dari hubungan tanah feodal di sebagian besar Negara-negara Eropa telah menghilang.
Tiga perempat dari kaum tani miskin terdiri dari petani dan buruh tani - totalnya 2,5 hingga 4 juta, hidup di bawah kondisi kemiskinan yang akut. Adalah hal yang biasa bagi seorang petani untuk bangun pada jam dua atau tiga pagi hari di waktu panen, dan bekerja sampai jam sembilan atau sepuluh malam, tinggal di atas remah-remah roti dan daging asap tengik serta tidur di sebuah lubang yang digali di tengah ladang dengan cangkul. Tidak ada hari libur.
Keluarga petani rata-rata tinggal di sebuah gubuk berkamar satu, sering dipakai bersama-sama oleh dua keluarga atau lebih, kadang-kadang dengan 20-25 orang dalam satu ruangan. Enam dari sepuluh bayi meninggal sebelum mencapai umur satu tahun. Tuberkulosis, yang disebabkan oleh kelaparan, sudah sangat biasa di Hungaria sehingga ia dikenal sebagai “penyakit orang Hungaria”.
Sekali dalam hidupnya seorang petani pernah mengenakan sepatu bot adalah saat berada di angkatan militer, di mana ia menjadi sasaran pelecehan rasialis dan kekerasan fisik dari sersan-sersan pelatih Austria. Pemukulan dan deraan juga merupakan aturan di perkebunan. Menurut hukum “liberal”,  pelayan kebun yang berusia antara 12 dan 18 tahun boleh dipukul oleh majikan, tetapi hanya sebatas “tidak menyebabkan luka yang tidak sembuh dalam waktu delapan hari.”
Sekelompok kecil dari kaum petani menggarap lahan-lahan kecil sekitar setengah hektar atau lebih. Tapi “petani gurem” ini tidak bisa menghidupi keluarga mereka dari hasil tanah mereka dan terpaksa mempekerjakan diri mereka di luar. Di strate yang paling bawah adalah “csiras” atau penjaga sapi: “Pekerjaan csiras ... adalah yang paling berat. Pada umumnya, setelah empat tahun, pekerjaan keras dan atmosfer pupuk yang tebal di kandang-kandang merusak paru-paru para csiras. Jika kaum csiras beruntung, ia akan pergi sebelum ia mulai memuntahkan darah. Tapi banyak yang tinggal, menjadi rongsokan, dan pergi ke desa untuk menjalani hidup dengan mengemis.”
Kelaparan yang meluas, bersamaan dengan permasalahan nasional, selalu menjadi motor kekuatan revolusi di Hungaria, dengan sejarah dari berbagai pemberontakan petani yang berdarah-darah yang diremukkan dengan kekejaman yang paling biadab. Dalam revolusi 1848 ada usaha-usaha untuk mendistribusikan padang rumput umum di kalangan petani dan menyita perkebunan-perkebunan besar. Tapi kemenangan Habsburg berarti kemenangan tuan-tuan tanah besar yang kemudian menjadi sumber reaksi di Hungaria, menjadi agen-agen lokal imperialisme Austria di Hungaria.
Masalah kelompok-kelompok nasional minoritas
Situasi yang eksplosif di pedesaan Hungaria pada akhir abad ke-19 disampaikan secara memadai dalam laporan resmi dari asosiasi pemilik tanah besar, OMGE, yang ditulis pada tahun 1894:
“Penduduk negeri ini terdiri dari pegawai sipil, petani kaya dan proletariat agraria, yang semuanya hidup terisolasi dari satu sama lain, membenci satu sama lain.
“Kantor layanan sipil menganggap distrik-distrik agrikultur Hungaria sebagai koloni-koloni, dan pekerjaan mereka sendiri sebagai pelayan kolonial.
“Para petani kaya terjebak dalam konservatisme yang stabil dan tak tergoyahkan, sementara para penggarap tanah mengingat revolusi-revolusi historik besar  dan memandang masa depan dengan tanpa harapan. Namun demikian, cita-cita revolusioner mereka masih hidup.”
Para birokrat pemerintah yang menyusun laporan ini tidaklah salah. Gelombang pemogokan buruh tani melanda negeri tersebut pada tahun-tahun awal abad ini, dan seringkali menyebabkan pertempuran sengit dengan polisi, berpuncak pada pemogokan 10.000 pekerja perkebunan pada tahun 1905 dan pemogokan umum 100.000 “buruh lepas” pada tahun 1906, yang hanya dipatahkan  dengan merekurt para pemogok ke dalam dinas militer. Satu-satunya jalan keluar yang memungkinkan dari penderitaan yang mengerikan ini adalah emigrasi. Antara tahun 1891 dan tahun 1914 hampir dua juta rakyat Hungaria - 80% dari mereka adalah petani miskin - meninggalkan negara tersebut, beramai-ramai seperti ternak di atas kapal menuju Amerika Serikat.
Problem sosial di Hungaria diperburuk dan diperumit dengan adanya kelompok-kelompok nasional minoritas. Pada tahun 1910, dari 21 juta orang yang tinggal di Hungaria, terdapat 10 juta orang Hungaria, 2,5 juta Kroasia dan Slovenia, 3 juta Rumania, 2 juta orang Jerman, dan sisanya terdiri dari orang Slowakia, Serbia, Ukraina dan bangsa-bangsa lainnya yang lebih kecil.
Dengan demikian, untuk Hungaria, problem nasional tidak terbatas pada isu mengenai dependensi semi-kolonialnya terhadap Austria, tetapi juga mencakup problem penindasan nasional dari elemen-elemen non-Magyar yang hidup dalam wilayah perbatasan Hungaria. Diskriminasi sistematis terhadap minoritas ditunjukkan dengan sangat  jelas dalam bidang pendidikan.
Pada tahun 1900, 39% dari total penduduk adalah buta huruf. Tetapi angka untuk orang Slowakia adalah 49,9%, untuk Serbia, 58,5%, Rumania, 79,6% dan Ukraina, 85,1%. Upah di Hungaria adalah 33% lebih rendah dari Austria dan 50% lebih rendah dari Jerman. Tetapi pada tahun 1913 upah pekerja non-Magyar adalah 30% lebih rendah dari pekerja Hungaria.
Kaum borjuasi Hungaria yang lemah dan tiba terlambat dalam sejarah telah terbukti tidak mampu, sepanjang keseluruhan sejarah, menangani satu pun masalah mendasar ini. Sebuah alasan yang tidak sulit untuk dimengerti. Tidak diragukan lagi, meskipun kerajaan Hungaria separoh lebih terbelakang, Hungaria jelas sudah masuk ke dalam proses perkembangan kapitalis pada pergantian abad. Di samping perkebunan feodal besar, industri kapitalis modern muncul, didukung oleh para investor dari kaum kapitalis asing.
Bank-bank mendominasi ekonomi Hungaria dan melalui mereka dijalankanlah modal finansial Austria, Jerman, Perancis, Inggris dan Amerika yang menjerat. Perkembangan kapitalisme mengikat Hungaria lebih dekat dengan kekuasaan imperialisme Austro-Jerman. Di sisi lain, aristokrasi feodal juga terikat erat dengan bisnis-bisnis besar dan bank-bank.
Pada tahun 1905 ada 88 bangsawan dan 64 baron di dewan-dewan administratif industrial, transportasi dan masalah-masalah perbankan. Salah satu dari mereka, Pangeran Istvan Tisza, adalah ketua bank dagang terbesar di negeri ini.
Untuk semua alasan-alasan ini, setiap upaya untuk menghancurkan ketergantungan yang memalukan terhadap Austria dan mencabut hubungan feodal di desa mensyaratkan perlawanan terbuka melawan kapitalisme yang hanya bisa dipimpin oleh kelas buruh dalam aliansi dengan massa petani miskin dan buruh tani.
Menjelang Revolusi, Hungaria merupakan kerajaan yang paling terbelakang dari Austro-Hungaria, tetapi justru karena alasan itu, ini merupakan bagian dimana ketegangan-ketegangan sosial yang paling cepat mencapai titik didih, dan dimana kelas yang berkuasa paling tidak mampu melawan deru laju perubahan sosial. Proletariat adalah minoritas di dalam masyarakat Hungaria, yang sebagian besar terdiri dari petani miskin. Tetapi sifat penindasan dari relasi-relasi sosial di desa-desa berarti bahwa para petani berpotensi merepresentasikan suatu sekutu revolusioner yang kuat bagi kelas buruh.


0
1.1K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan