- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Trump: Jika Terserah Penasihat Saya, Kami Bisa Perang dengan Seluruh Dunia


TS
matthysse67
Trump: Jika Terserah Penasihat Saya, Kami Bisa Perang dengan Seluruh Dunia
Trump: Jika Terserah Penasihat Saya, Kami Bisa Perang dengan Seluruh Dunia
Senin, 24 Juni 2019 | 17:39 WIB

AFP/LARS HAGBERG
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersama dengan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton pada 9 Juni 2018.
WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui,
Penasihat Keamanan Nasional John Bolton dikenal mempunyai pendekatan yang agresif.
Dalam wawancara dengan NBC's Meet the Press yang disiarkan Minggu (23/6/2019), Trump berujar pendekatan Bolton bisa membuat AS terlibat sejumlah konflik internasional.
Dalam wawancara yang dikutip Russian Today Senin (24/6/2019), pemandu acara Chuck Todd bertanya apakah Trump "dipaksa" untuk menerapkan aksi militer kepada Iran.
Trump kemudian menjawab bahwa dia mempunyai dua golongan di dalam pemerintahannya. Yakni golongan dengan pendekatan kalem, dan yang mengutamakan pendekatan agresif.
"John Bolton jelas sosok dengan pendekatan agresif. Jika terserah dia, maka kami bisa terlibat perang dengan seluruh dunia, oke," kata presiden 73 tahun itu.
Meski begitu, Trump berusaha menepis sorotan akan pengaruh Bolton yang juga pernah mengabdi di Gedung Putih pada era Presiden Ronald Reagan dan George W Bush.
"Tidak apa karena saya ingin masukan dari kedua pandangan," tuturnya. Trump kemudian mengatakan dia sejatinya merupakan seorang pendukung perdamaian.
Dia menentang invasi Irak pada 2003 dan juga keputusannya membatalkan serangan ke Iran buntut drone pengintai mereka yang ditembak pada Rabu pekan lalu (19/6/2019).
Trump menjelaskan dia langsung menginstruksikan pembatalan setelah mendapat laporan dari pejabat pertahanan bahwa korban tewas serangan itu bisa mencapai 150 orang.
Sebelumnya pada Sabtu (22/6/2019), Trump menyatakan bahwa Bolton telah "menjalankan tugasnya dengan baik". Namun, dia "tidak sepakat" dengan si penasihat soal Timur Tengah.
Sementara itu, Bolton berada di Yerusalem, Israel, dan memperingatkan Iran untuk tidak menganggap sikap "kehati-hatian" AS sebagai sebuah kelemahan.
Sejak dilantik pada 2018 lalu, Bolton menggunakan posisinya untuk menyerukan adanya pergantian rezim di Iran dan Venezuela.
Dia pun dianggap sebagai arsitek adanya upaya untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro yang semakin meningkat.
https://internasional.kompas.com/rea...dengan-seluruh
ššššššš
Senin, 24 Juni 2019 | 17:39 WIB

AFP/LARS HAGBERG
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersama dengan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton pada 9 Juni 2018.
WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui,
Penasihat Keamanan Nasional John Bolton dikenal mempunyai pendekatan yang agresif.
Dalam wawancara dengan NBC's Meet the Press yang disiarkan Minggu (23/6/2019), Trump berujar pendekatan Bolton bisa membuat AS terlibat sejumlah konflik internasional.
Dalam wawancara yang dikutip Russian Today Senin (24/6/2019), pemandu acara Chuck Todd bertanya apakah Trump "dipaksa" untuk menerapkan aksi militer kepada Iran.
Trump kemudian menjawab bahwa dia mempunyai dua golongan di dalam pemerintahannya. Yakni golongan dengan pendekatan kalem, dan yang mengutamakan pendekatan agresif.
"John Bolton jelas sosok dengan pendekatan agresif. Jika terserah dia, maka kami bisa terlibat perang dengan seluruh dunia, oke," kata presiden 73 tahun itu.
Meski begitu, Trump berusaha menepis sorotan akan pengaruh Bolton yang juga pernah mengabdi di Gedung Putih pada era Presiden Ronald Reagan dan George W Bush.
"Tidak apa karena saya ingin masukan dari kedua pandangan," tuturnya. Trump kemudian mengatakan dia sejatinya merupakan seorang pendukung perdamaian.
Dia menentang invasi Irak pada 2003 dan juga keputusannya membatalkan serangan ke Iran buntut drone pengintai mereka yang ditembak pada Rabu pekan lalu (19/6/2019).
Trump menjelaskan dia langsung menginstruksikan pembatalan setelah mendapat laporan dari pejabat pertahanan bahwa korban tewas serangan itu bisa mencapai 150 orang.
Sebelumnya pada Sabtu (22/6/2019), Trump menyatakan bahwa Bolton telah "menjalankan tugasnya dengan baik". Namun, dia "tidak sepakat" dengan si penasihat soal Timur Tengah.
Sementara itu, Bolton berada di Yerusalem, Israel, dan memperingatkan Iran untuk tidak menganggap sikap "kehati-hatian" AS sebagai sebuah kelemahan.
Sejak dilantik pada 2018 lalu, Bolton menggunakan posisinya untuk menyerukan adanya pergantian rezim di Iran dan Venezuela.
Dia pun dianggap sebagai arsitek adanya upaya untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro yang semakin meningkat.
https://internasional.kompas.com/rea...dengan-seluruh
ššššššš






anasabila dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan