Kaskus

Entertainment

iqbalawalAvatar border
TS
iqbalawal
Perihal Hidup Kita yang "Gini-Gini Ajah"
Perihal Hidup Kita yang "Gini-Gini Ajah"

Ya, "Gini-Gini Ajah" mungkin jadi frasa yang begitu akrab dengan kita dalam menyikapi hidup. Terutama saat kita sudah asyik terjebak pada aktivitas membanding-bandingkan, antara kondisi diri yang "Gini-Gini Ajah" dengan kesuksesan orang lain.
Quote:



Dan silakan teruskan "Gini-Gini Ajah" versi Agan Sista versi yang lain. 

Begini, saudaraku sebangsa dan setanahair yang ane cintai. Gak ada salahnya mengeluh. Gak ada yang melarang juga untuk meratapi hidup, yang dirasa udah tak berpihak keberuntungannya pada kita. Tapi apa semua bakal berubah lebih baik kalau semua itu dilakukan terus menerus? 

Wahai warga negara +62. Hidup tak akan berubah lebih baik dengan keluhan, terkhusus "Gini-Gini Ajah" meski kalian melakukannya bersama-sama dengan teriakan paling kencang di dunia. Jadi gimana dong, kiat-kiat buat menyiasai hidup yang "gini-gini ajah?” Cekidot Gan-Sist? 

Lihat ke Bawah, Jangan ke Atas Mulu! 
Perihal Hidup Kita yang "Gini-Gini Ajah"

Oke, melihat ke atas, ke tokoh idola, role model, bisa memotivasi kita. Entah untuk berusaha lebih keras, cerdas, dan giat lagi agar sampai ke posisi yang diinginkan. Namun jangan lupa, ada juga realita di luar itu yang perlu kita tahu: Banyak pula orang yang tak seberuntung kita. Jangankan bisa kongkow-kongkow sambil ngopi syantik dan wefie, mereka mungkin bisa makan hari ini, tapi belum tentu besok.
Perihal Hidup Kita yang "Gini-Gini Ajah"

Nah pada titik ini, selain tumbuhkan empati, sudah sepatutnya kita bersyukur dengan kondisi yang ada sekarang. Dan yang paling penting, saat ente-ente seimbang dalam melihat ke atas untuk penambah semangat dan ke bawah untuk bersyukur, percayalah keluhan “Gini-Gini Ajah” bakal berkurang dengan sendirinya.

Ganti Mindset, Ubah Sudut Pandang
Perihal Hidup Kita yang "Gini-Gini Ajah"

Bisa jadi, faktor utama munculnya “Gini-Gini Ajah” adalah kecenderungan akan rasa iri. Kalau rasa irinya ini memotivasi, ya, bagus. Tapi sering kali rasa iri berubah jadi perasaan rendah diri yang menghambat kita berkreasi, ya kan? Jadinya udah bisa ditebak: muncul keluhan hidup yang “Gini-Gini Ajah” meski sebenarnya setiap saat kita itu berubah. Gak percaya? Begini Agan-Sista, bahkan ketika ingus berubah jadi upil pun adalah bukti bahwa hidup itu gak “Gini-Gini Ajah”. 

Gak statis, semuanya berjalan dinamis. Apalagi pencapaian yang telah kalian raih selama buat orang lain: meminjamkan pulpen/pensil ke teman yang ketinggalan alat tulis saat ujian, menolong orang tua menyebrang jalan, membantu ibu membersihkan rumah, dan detail kecil kebaikan lain yang sering kali terlupakan. Coba sebutkan, pasti cukup banyak?
Perihal Hidup Kita yang "Gini-Gini Ajah"
Tapi ironisnya, semua itu tenggelam oleh mindset dan persepsi yang keliru. Hidup lebih sering dipersepsikan secara matematis dan material; jumlah uang, jabatan, rumah, mobil, lifestyle, dan seberapa banyak punya pacar. Aihhhhh. Betapa dangkal. Padahal, hal-hal yang berdampak pada orang lain, itu adalah hakikat hidup yang sebenarnya. Bukan kesuksesan individu, terutama iri saat melihat pencapaian orang lain sehingga menyalahkan hidup dan keluar kata-kata “Gini-Gini Aja”

Konklusi
Apa yang ane sampaikan tidak mutlak benar. Bahkan bukan sebuah kebenaran, Ane nulis ini dengan tujuan berbagi, dan sedikit banyak atas pengalaman pribadi. Kalau ada hal baik yang bisa diambil manfaatnya, silakan dipraktikkan. Kalau tidak setuju, silakan koreksi dan ditambahkan. Salam.
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 


doctorkelinciAvatar border
uang5ratusAvatar border
uang5ratus dan doctorkelinci memberi reputasi
0
685
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan