Kaskus

News

babygani86Avatar border
TS
babygani86
BUMN ikutan Main dengan OVO dan GO-Pay, Bisa Menangkah?
Total jumlah transaksi uang elektronik di Indonesia pada 2018 menurut data Bank Indonesia (BI) adalah sebesar Rp. 47,2 triliun, jika "kue" sebesar itu cuma dimakan satu atau dua perusahaan saja, tak pelak, pastilah perusahaan pembayaran uang elektronik itu akan cepat meraih status unicorn, yang berarti perusahaan tersebut memiliki valuasi di atas USD 1 Miliar atau setara dengan Rp 14,2 triliun, dengan kurs Rp14.277. Tapi untunglah itu belum terjadi. Pasar uang elektronik di Indonesia masih terus diperebutkan oleh puluhan perusahaan. Berdasarkan data BI, per 4 Maret lalu sudah ada 37 perusahaan dompet digital yang sudah mendapat izin menerbitkan uang elektronik.

Jadi, meski kue bisnis uang elektronik sangat besar, belum ada yang mendapat status unicorn. Maklum, pemainnya cukup banyak.  Hanya, diperkirakan dalam waktu satu-tiga tahun ke depan, unicorn baru diprediksi akan muncul dari sektor ini.

BUMN ikutan Main dengan OVO dan GO-Pay, Bisa Menangkah?

Pasalnya pertumbuhan bisnis uang elektronik sangat pesat, di atas 100% per tahun dan diperkirakan pasar uang elektronik di Indonesia akan bernilai USD 30 miliar atau setara dengan Rp. 428,3 triliun pada 2020.

Pembengkakan "kue" bisnis uang elektronik semasif itu terutama karena akan banyak anggota masyarakat yang beralih dari uang tunai ke uang elektronik. Karena, meski bisnis uang elektronik sudah bernilai Rp 47,2 triliun pada 2018, itu baru setara 2% saja dari total transaksi keuangan. Karena itu juga pendirian LinkAja, perusahaan dompet milik BUMN, jadi unik karena status unicorn selama ini selalu didominasi perusahaan swasta.

Bahkan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, tampak bersemangat setiap mempromosikan layanan pembayaran LinkAja. Rini kerap mendatangi salah satu merchant, lalu membeli minuman dingin dan membayar menggunakan LinkAja. Kehadiran LinkAja diyakini akan mernbantu dan mempermudah transaksi nasabah yang merupakan bentuk integrasi layanan pembayaran digital BUMN.

BUMN ikutan Main dengan OVO dan GO-Pay, Bisa Menangkah?

Linkaja merupakan aplikasi pembayaran yang dibentuk gabungan beberapa lembaga bisnis seperti Telkomsel, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yakni Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN, Pertamina, serta jiwasraya. Aplikasi tersebut merupakan transformasi dari T-cash milik Telkomsel dan pengoperasiannya diserahkan kepada PT Finarya.

LinkAja ini Insya Allah direncanakan akan menjadi Unicorn baru pelat merah. Karena LinkAja pada dasarnya pembayaran elektronik. Tadinya bank-bank Himbara terutama Mandiri, BNI, dan BRI itu punya sendiri. BNI punya Yap!, BRI punya Brizzi, Mandiri punya e-Cash Telkornsel ada T-cash.

Munculnya aplikasi ini didasarkan pada keinginan untuk menggabungkan BUMN, jadi tidak usah terpecah-pecah sehingga jadi banyak jenis pembayaran di merchant dan penjualnya. Kalau sekarang kan jadi punya satu sistem. Tadinya terpisah, ada tiga jenis cara pembayaran. Kalau sekarang, punya rekening di BNI, BRI, Mandiri sudah bisa langsung.

BUMN ikutan Main dengan OVO dan GO-Pay, Bisa Menangkah?

Ke depannya customernya BNI, BRI, dan Mandiri bisa optimum pemanfaatannya. Ke mana saja, di mana saja bisa pakai satu. Layanan ini diarahkan untuk pernbayaran di tol, beli bensin, beli McDonalds, KFC, Indomaret, dan Alfamart.

Saat ini Go-Pay dan OVO yang memang masih mendorninasi pasar uang elektronik. Di atas kertas, perkembangan pasar uang elektronik yang begitu masif memang membuat soal unicorn bagi dua perusahaan itu cuma soal waktu. LinkAja bisa kuasai semua pembayaran publik mulai dari CommuterLine, MRT, LRT, Transjakarta, kereta, bandara dan jalan tol. Hanya tetap ada kendala, masuknya pernain BUMN ke segmen uang elektronik itu agak terlambat. Untuk mengalahkan pemain existing butuh promosi besar-besaran. Apakah BUMN berani bakar uang? Sulit, karena terhambat regulasi.

Meski demikian, kehadiran LinkAja bisa menjadi penyeimbang di tengah unicorn yang banyak didominasi asing. Dan memang, faktor "non-asing" ini terutama yang membuat positioning Linkaja jadi agak unik. Ibaratnya setelah melihat pasar dompet digital yang begitu masif dikuasai beberapa gelintir perusahaan saja, barulah para BUMN yang tadinya terpecah-belah bersatu-padu melawan. Tapi apakah kesadaran ini terlambat? Apakah BUMN mampu jadi pemain dominan di bisnis uang elektronik, atau cuma pelengkap? Kita tunggu saja.


Spoiler for Referensi:


0
726
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan