Osenk2BantalAvatar border
TS
Osenk2Bantal
Kesaksian Eks PNS Pendukung ISIS yang Sempat Menetap di Suriah
Kesaksian Eks PNS Pendukung ISIS yang Sempat Menetap di Suriah



Foto: Sejumlah anggota kelompok militan ISIS dan keluarganya membawa barang-barang mereka saat menyerah di desa Baghouz, provinsi Deir Al Zor, Suriah, Selasa, 12 Maret 2019. Anggota ISIS menyerah kepada Pasukan Demokrat Suriah (SDF). REUTERS/Rodi Said

TEMPO.CO, Jakarta- Eks pendukung ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) asal Indonesia, DJ, menceritakan pengalamannya ke Suriah pada empat tahun silam. "Saya tertarik dengan negara kekhalifahan," kata DJ alias Eko (nama samaran) saat ditemui Tempo di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Khusus Sentul, Jawa Barat, Sabtu, 15 Juni 2019.


Pria berusia setengah abad itu meminta Tempo merahasiakan nama aslinya demi keamanan keluarganya. Ia menceritakan awal mula memutuskan menjadi pengikut ISIS karena didesak keluarga. "Awalnya saya tidak mau ikut, tapi karena didesak terus, dan saya juga takut keluarga berangkat sendiri ke sana, akhirnya saya coba mengkaji dulu," katanya.

Satu tahun mendalami pemikiran ISIS lewat video di media sosial dan pengajian keluarga, pada Agustus 2015, Eko mantap meninggalkan kariernya sebagai pegawai negeri sipil di salah satu daerah di Kepulauan Riau.

Ia tergiur dengan iming-iming adanya pendidikan yang bagus, dan hidup sebagai warga sipil di negara kekhalifahan yang menjalankan hukum sesuai syariat Islam. Tak ada niat jihad atau berperang dalam pikirannya.

Bermodalkan hasil penjualan rumah, pria berpostur jangkung itu berangkat bersama istri dan tiga anaknya ke Suriah melalui Turki. Mereka ke sana bersama lebih dari 20 anggota keluarga besarnya. Saat mencoba masuk Suriah, keluarga besar tersebut dibagi dalam empat kelompok. Namun, hanya 3 kelompok yang berhasil lolos. Kelompok lainnya ditangkap otoritas Turki.

Lewat bantuan saudara iparnya yang berhubungan dengan anggota ISIS bernama Abu Hud, keluarga DJ dan 2 kelompok lainnya berhasil melewati perbatasan dan bertemu warga Indonesia yang bekerja dengan ISIS. WNI yang bekerja untuk ISIS itu membantu Eko masuk ke Suriah.

Tiba di sana, Eko dan keluarganya bersama pendatang dari berbagai negara dikumpulkan dalam satu gedung. Selama 1,5 bulan, mereka diberi pemahaman mengenai khilafah versi ISIS. Namun, Eko menilai sistem kekhalifahan yang diusung ISIS tak sesuai harapannya.
"Pemerintahan berdasarkan kekhalifahan tapi banyak yang tidak sesuai dengan kekhalifahan secara Islam. Ini menurut penglihatan saya, ya," kata dia. "Sekolah dijanjikan, tapi kemarin enggak ada. Kalau di filmnya ada perbaikan-perbaikan jalan, itu enggak ada juga."

Hal lainnya yang membuat dia makin tidak nyaman menetap di Suriah adalah eksekusi mati. Ia melihat tahanan-tahanan ISIS yang ditangkap kemudian dihukum mati di alun-alun. Eksekusi mati yang secara kejam itu diperlihatkan pada publik. "Itu bikin kurang sreg. Keluarga juga merasakan hal yang sama," ucapnya.

Dihantui rasa tak nyaman dan aman, Eko mulai mengurangi keterlibatan dirinya dalam organisasi teroris itu. Misalnya, ia mengundurkan diri dari pelatihan militer yang baru dijalaninya selama 5 hari. Ia juga berkali-kali pindah tempat tinggal dan terakhir menetap di Raqqah, Suriah. Lewat bantuan penduduk asli Raqqah itu lah, Eko dan keluarganya berhasil keluar dari wilayah kekuasaan ISIS.

tempo


Kisah Pelarian WNI Eks Pendukung ISIS dari Suriah



Foto: Suasana kamp pengungsian al-Hol, yang ditempati puluhan ribu anggota keluarga milisi ISIS di Hasaka, Suriah, 1 April 2019. REUTERS/Ali Hashisho

TEMPO.CO, Jakarta- Seorang pendukung ISIS asal Indonesia beserta keluarganya akhirnya memutuskan kembali ke Tanah Air setelah mengalami serangkaian kekecewaan saat berada di Suriah, pada 2015. Sebelumnya, mantan Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini bersama keluarga besarnya hijrah ke Suriah. "Saya tertarik dengan negara kekhalifahan," kata DJ alias Eko (nama samaran) saat ditemui Tempo di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Khusus Sentul, Jawa Barat, Sabtu, 15 Juni 2019.

Quote:




Berikut kisahnya saat berusaha keluar dari negara yang dihantui konflik berdarah itu.

DJ menyebut perjalanan pulang ke tanah air tidak mudah. Situasi di sana, membuat Kementerian Luar Negeri, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, atau bantuan lain tak bisa masuk. "Gakada jalurnya ke sana (Suriah bagi pemerintah Indonesia). Jadi kami harus berusaha keluar sendiri, dan baru (nanti) dijemput," kata dia.

Untuk menemukan jalur pulang itu bukan perkara mudah. Warga sekitar Raqqah, tempat tinggal DJ dan keluarganya, tak mudah menerima pendatang baru. Namun setelah sembilan bulan menetap, DJ akhirnya bisa mendapat kepercayaan mereka, dan lalu mendapat jalur keluar Suriah.

Perjalanan menuju perbatasan bukannya tanpa ancaman. Di jalur ini peperangan masih berkecamuk. Bahkan ada satu unit jembatan runtuh dan nyaris menghentikan langkah mereka.
Setelah pasukan ISIS digempur habis-habisan, akhirnya jalur pelariannya bersih dari sisa anggota ISIS dan dapat dilewati. "Kami masuk ladang penduduk dan nginep sehari. Lalu paginya diantarkan menyeberang," kata DJ.

Mereka diantar menuju wilayah Syrian Democratic Force (SDF) yang merupakan musuh ISIS. DJ. Tetapi dia dan keluarganya tak serta merta bisa masuk. Bahkan berkali-kali mendapat tembakan peringatan. Akhirnya mereka digiring masuk ke kamp tahanan SDF.




Foto: Sejumlah anggota kelompok militan ISIS dan keluarganya membawa barang-barang mereka saat menyerahkan diri kepada Pasukan Demokrat Suriah (SDF), di desa Baghouz, provinsi Deir Al Zor, Suriah, Selasa, 12 Maret 2019. Sikap menyerah anggota ISIS itu, menandakan semakin dekatnya kekalahan ISIS di Baghouz, Suriah. REUTERS/Rodi Said

Di sana, DJ dan keluarganya terpecah karena kamp pria dan wanita terpisah. Upaya menghubungi pemerintah Indonesia tak dapat dilakukan karena terbatasnya saluran komunikasi. Mereka menjadi tahanan SDF selama dua bulan.


Setitik cahaya terang muncul saat salah satu keluarga DJ di kamp wanita diwawancara.Informasi keberadaan DJ dan keluarganya akhirnya terkuak. Setelah itu, pemerintahan Indonesia membawa mereka pulang ke tanah air.

Di Indonesia, DJ dan salah satu kerabatnya mendapat vonis hukuman penjara dan menjalani program deradikalisasi. Sedang keluarga lainnya hanya mendapat program deradikalisasi saja.
Di dalam tahanan kini, DJ banyak menggunakan waktunya untuk berdiskusi dan berolahraga. Oleh BNPT, ia juga mendapat program rehabilitasi, deradikalisasi, serta kewirausahaan.

Pria berumur setengah abad itu kini mengaku optimistis menghadapi masa depan. Ia berminat menjadi wirausaha jika keluar nanti. "Yang paling penting itu memotivasi kami untuk berusaha." kata DJ tersenyum.

EGI ADYATAMA | FRISKI RIANA



Semua diawali mimpi kehidupan surga di negeri gurun, lalu mencari informasi di sumber berita non-resmi. Sebegitu anti-nya kah mereka pada media mainstream? Kalau dibaca keluhan mereka pada ISIS mudah sekali mencari konfirmasi berita resminya. Ada ribuan berita tentang kehidupan khilafah ala ISIS: latihan militer, eksekusi publik, kekejaman terhadap kemanusiaan, suasana perang dll.

Yuk melihat kenyataan. Hidup di Indonesia susah, tapi belum tentu tanah di negeri gurun lebih hijau.

imba.ruinerAvatar border
vly69Avatar border
auradewAvatar border
auradew dan 16 lainnya memberi reputasi
17
6.7K
57
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan