- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bunga Rampai dari Perjalanan Mudik dan Kampung Halaman


TS
Aboeyy
Bunga Rampai dari Perjalanan Mudik dan Kampung Halaman

Pada lebaran tahun 2019 ini, Ane pulang kampung alias mudik pada H+1.
Tanggal ini Ane pilih dengan harapan jalanan tidak terlalu ramai, padat atau macet.
Dengan naik motor, Ane berharap akan sampai di tanah kelahiran tepatnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara, dari Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, yang berjarak kurang lebih 170 itu dalam waktu sekitar 4 jam.
Eh ternyata, kenyataan tak sesuai ekspektasi. Hampir 6 jam Ane baru bisa menginjakkan kaki di rumah yang telah membesarkan Ane. Penyebabnya tidak lain adalah ‘macet’.
Karena itu, pada thread ini Ane akan menceritakan atau membawakan ‘bunga rampai’ alias ‘oleh-oleh’ berupa cerita yang Ane dapatkan selama di perjalanan mudik dan di kampung halaman.
Tiada yang unik sih isi ceritanya, namun daripada tiada yang disuguhkan buat anggota keluarga di Kaskus ini, inilah ‘seadanya’ buah tangan dari Ane.

1. Di Perjalanan

Hal yang Ane temui selama perjalanan mudik, seperti yang sudah Ane gambarkan di awal adalah ‘kemacetan arus lalu lintas’.
Namun ada hal ‘yang tidak biasa’ menurut Ane dalam kemacetan kali ini.
Memang, kemacetan adalah hal yang bisa, namun biasanya tidak semacet kali ini, yang panjangnya sampai sekitar 5 kilometer.
Dan penyebab kemacetan lalu lintas yang lazim di Kalsel adalah akibat adanya ‘kecelakaan lalu lintas.’
Karena itu, Ane pun menduga demikian, sehingga dengan sabar berdesakan di bawah terik matahari, jalan motor merayap bak semut, sampai akhirnya Ane mengetahui penyebab kemacetan itu adalah ternyata…
a. Mobil Berhenti di Tepi Jalan
Beberapa mobil berhenti di tepi jalan untuk beli makanan, cemilan atau oleh-oleh yang dijual masyarakat di pinggir jalan.
Akibatnya, walau hanya berhenti beberapa detik, deretan mobil dan motor di belakangnya sudah memanjang seperti ular.
b. Di Persimpangan Jalan
Di pertigaan jalan menuju makam Datuk Kelampaian alias Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary di Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar, banyak keluar masuk kendaraan para peziarah dan masyarakat setempat, sehingga terjadi kemacetan. Sedangkan aparat yang mengatur persilihan arus lalu lintas tampaknya tidak ada.
2. Di Kampung Halaman
a. Tak Ada Jaringan Internet
Setelah sampai di kampung halaman, hal pertama yang bikin Ane agak kurang sreg adalah ‘tak ada signal’ telepon, baik 2G apalagi 4G.
Andai Ane masih kecil, mungkin Ane juga akan nangis seperti anak kecil yang viral karena menangis akibat tak ada jaringan saat mudik ke kampung kakeknya itu.

Ane sudah coba ganti-ganti SimCard dengan harapan ada yang bisa menangkap jaringan.

Eh ternyata semua sama. Dan solusinya, Ane harus naik ke tempat yang tinggi, yakni ke atas tempat pengolahan air bersih milik PDAM, baru bisa ketemu 4G yang statusnya kadang turun naik sampai E, bahkan hilang sama sekali.
b. Lelang Amal

Kekecewaan Ane karena tak adanya jaringan internet sedikit terhibur setelah pada malam berikutnya diadakan ‘Lelang Amal’ di kampung Ane.
Lelang itu bertujuan mengumpulkan dana perbaikan sebuah sekolah swasta.
Dalam lelang itu, masyarakat secara swadaya menyumbangkan makanan, umumnya berupa kue, untuk dilelang.
Modal kue lelang itu rata-rata sekitar 30 ribu, namun semuanya habis terjual dengan harga rata-rata lebih dari 100 ribu, sehingga dari lelang tersebut dapat terkumpul dana tunai sekitar 70 juta lebih.
Yang membawakan lelang biasanya perempuan didampingi seorang perempuan yang mengangkat kue yang dilelang.
“Bismillah, taruh harga berapa?”
“Lima puluh!”
“Tujuh puluh!”
Tonton nih videonya:
Begitu seterusnya hingga diperoleh harga tertinggi dan tak ada lagi yang menawar dengan harga yang lebih tinggi.
Di wilayah Kalsel, ‘Pelelang’ adalah sebuah profesi yang cukup menjanjikan.
Pelelang profesional punya tarif tersendiri, dan kualitas pelelang juga sangat mempengaruhi tinggi harga jual barang lelang.
Lelang Amal ini sudah menjadi tradisi turun temurun di kampung Ane untuk menggalang dana masyarakat secara swadaya, untuk keperluan sosial atau tempat ibadah.
c. Penganten Naik Gerobak

Adat perkimpoian di kampung Ane, sejak pagi hingga sekitar pukul 12 siang, adalah khusus menjamu tamu undangan, sedangkan kedua mempelai belum bersanding.
Baru sekitar pukul 14.00, jika kedua mempelai masih dalam satu kampung atau berdekatan kampung, mempelai pria akan diantar ke tempat mempelai wanita untuk bersanding di sana.
Nah dalam mengantar mempelai pria itu, Ane sudah pernah lihat mempelai pria dibawa dengan cara diusung di leher pria, di atas tandu, bahkan naik perahu saat musim banjir.
Namun baru kali ini Ane lihat mempelai pria diantar dengan naik gerobak dorong. Gerobak dihias sedemikian rupa, dan diberi sebuah kursi sebagai tempat duduk. Lalu beberapa orang mendorong gerobak tersebut, sementara masyarakat yang lain mengiringinya sambil bersorak.
***
Nah, cuma itu oleh-oleh dari perjalanan mudik dan kampung halaman Ane. Lalu, mana ceritamu?

Diubah oleh Aboeyy 18-06-2019 17:24




nona212 dan adestiey memberi reputasi
2
267
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan