- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Guru Mengaji Hasut Para Murid untuk Ikut Serta dalam Aksi 22 Mei


TS
pasti2periode
Guru Mengaji Hasut Para Murid untuk Ikut Serta dalam Aksi 22 Mei
Quote:
Investigasi awal oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia mendapati bahwa para guru mengaji telah menghasut murid-murid mereka untuk mengambil bagian dalam kerusuhan pasca pengumuman hasil Pilpres 2019. Sejumlah guru mengaji yang diidentifikasi oleh Komnas HAM sebagai penghasut kekerasan di kerusuhan 22 Mei berafiliasi dengan Front Pembela Islam (FPI), organisasi politik Indonesia yang radikal. Dua pekan setelah terjadinya kerusuhan, sekitar 70 orang, termasuk sejumlah remaja, dilaporkan masih hilang.
Guru-guru mengaji Alquran yang terkait dengan kampanye kandidat presiden oposisi yang kalah Prabowo Subianto diketahui telah menginstruksikan murid-murid mereka yang masih berusia remaja untuk mengambil bagian dalam kerusuhan mematikan bulan Mei 2019 di Jakarta, menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Indonesia.
Delapan orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka dalam kerusuhan selama tanggal 21-22 Mei 2019, yang dipicu oleh terpilihnya kembali kandidat presiden petahana Joko “Jokowi” Widodo, yang meraih 55,5 persen suara dan menang atas lawannya Prabowo.
Banyak dari para demonstran itu masih berusia muda, menurut Komnas HAM. Mereka mengambil bagian dalam protes 22 Meikarena mereka diperintahkan oleh guru ngaji dan teman-teman mereka.
“Beberapa dari mereka benar-benar percaya bahwa telah terjadi kecurangan pemilu dan bahwa mereka perlu mendukung teman-teman mereka dalam perjuangan mereka,” kata ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.
Prabowo telah mengajukan tantangan hukum terhadap hasil Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi, menuduh adanya penipuan yang meluas dan mengklaim bahwa Jokowi harus didiskualifikasi. Namun para pengamat independen mengatakan bahwa pemilu kali ini pada umumnya berlangsung dengan bebas dan adil.
Ahmad mengatakan dia “sangat khawatir” bahwa masalah serupa bisa kembali meletus ketika MK memberikan putusannya pada tanggal 28 Juni 2019.
“Ketegangan politik tengah meningkat,” kata Ahmad. “Saya mendesak semua pihak untuk berkomitmen pada putusan pengadilan. Tolong jangan lagi memobilisasi massa karena cenderung akan menghasilkan kerusuhan.”
Sejumlah guru mengaji yang diidentifikasi oleh Komnas HAM sebagai penghasut kekerasan berafiliasi dengan Front Pembela Islam (FPI), organisasi politik Indonesia yang radikal. Sementara itu, sejumlah orang lainnya diketahui “dekat” dengan partai-partai politik yang mendukung pencalonan Prabowo, kata Ahmad. Mereka pada umumnya berasal dari Jawa Barat, Banten, dan kawasan sekitar Jakarta.
“Telah ada upaya untuk membentuk opini publik sejak beberapa waktu yang lalu bahwa Prabowo adalah orang yang akan menjalankan aspirasi komunitas Muslim,” kata Ahmad. “Pendukung Prabowo tidak mempercayai Jokowi karena mereka merasa bahwa dia terlalu dekat dengan China sementara partai yang mengusungnya tidak dekat dengan Islam.”
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mengusung Jokowi dipimpin oleh Megawati Sukarnoputri, mantan presiden Muslim dan putri bapak pendiri negara, Sukarno.

Ahmad, yang sedang menyelidiki kerusuhan itu, merujuk pada “jaringan” yang mencakup Jakarta, Banten, Jawa Barat, serta Kota Lampung dan Bangka Belitung di Sumatra Selatan, yang telah mengerahkan para pengunjuk rasa. “Kami tidak tahu siapa yang memerintahkan mobilisasi massa,” katanya. “Tetapi semua orang yang datang untuk protes telah saling berkomunikasi satu sama lain melalui Facebook dan kanal media sosial lainnya. Banyak dari mereka bepergian dengan sepeda motor secara berkelompok ke Jakarta. Mereka tinggal di rumah teman-teman mereka dan juga di masjid-masjid di sekitar Petamburan, Tanah Abang.”
Beberapa lokasi kerusuhan dan pembakaran paling intens bulan Mei 2019 terjadi di Petamburan, di mana asrama brimob diserang dalam apa yang diyakini sebagai upaya untuk menyita senjata dan amunisi.
Investigasi awal Komnas HAM juga mengungkapkan upaya untuk menyebarkan kerusuhan ke berbagai wilayah lain di Jakarta dari kawasan yang secara langsung terletak di luar gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), di mana protes awal telah dilakukan.

Dua pekan setelah terjadinya kerusuhan, sekitar 70 orang, termasuk sejumlah remaja, dilaporkan masih hilang.
“Beberapa dari mereka saat ini ditahan oleh polisi. Kami pikir beberapa dari mereka mungkin bersembunyi karena teman-teman mereka telah ditangkap,” kata Ahmad. “Kami kini sedang menyelidiki, melakukan pemeriksaan silang, dan memverifikasi keberadaan mereka.”
Harun Rasyid, 15 tahun, termasuk di antara delapan orang yang tewas dalam kerusuhan 22 Mei. Menurut laporan media lokal, Harun meninggalkan rumah dengan seorang teman untuk menyaksikan demonstrasi dan akhirnya tertembak. Kematiannya hingga kini masih diselidiki oleh Komnas HAM.
Guru-guru mengaji Alquran yang terkait dengan kampanye kandidat presiden oposisi yang kalah Prabowo Subianto diketahui telah menginstruksikan murid-murid mereka yang masih berusia remaja untuk mengambil bagian dalam kerusuhan mematikan bulan Mei 2019 di Jakarta, menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Indonesia.
Delapan orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka dalam kerusuhan selama tanggal 21-22 Mei 2019, yang dipicu oleh terpilihnya kembali kandidat presiden petahana Joko “Jokowi” Widodo, yang meraih 55,5 persen suara dan menang atas lawannya Prabowo.
Banyak dari para demonstran itu masih berusia muda, menurut Komnas HAM. Mereka mengambil bagian dalam protes 22 Meikarena mereka diperintahkan oleh guru ngaji dan teman-teman mereka.
“Beberapa dari mereka benar-benar percaya bahwa telah terjadi kecurangan pemilu dan bahwa mereka perlu mendukung teman-teman mereka dalam perjuangan mereka,” kata ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.
Prabowo telah mengajukan tantangan hukum terhadap hasil Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi, menuduh adanya penipuan yang meluas dan mengklaim bahwa Jokowi harus didiskualifikasi. Namun para pengamat independen mengatakan bahwa pemilu kali ini pada umumnya berlangsung dengan bebas dan adil.
Ahmad mengatakan dia “sangat khawatir” bahwa masalah serupa bisa kembali meletus ketika MK memberikan putusannya pada tanggal 28 Juni 2019.
“Ketegangan politik tengah meningkat,” kata Ahmad. “Saya mendesak semua pihak untuk berkomitmen pada putusan pengadilan. Tolong jangan lagi memobilisasi massa karena cenderung akan menghasilkan kerusuhan.”
Sejumlah guru mengaji yang diidentifikasi oleh Komnas HAM sebagai penghasut kekerasan berafiliasi dengan Front Pembela Islam (FPI), organisasi politik Indonesia yang radikal. Sementara itu, sejumlah orang lainnya diketahui “dekat” dengan partai-partai politik yang mendukung pencalonan Prabowo, kata Ahmad. Mereka pada umumnya berasal dari Jawa Barat, Banten, dan kawasan sekitar Jakarta.
“Telah ada upaya untuk membentuk opini publik sejak beberapa waktu yang lalu bahwa Prabowo adalah orang yang akan menjalankan aspirasi komunitas Muslim,” kata Ahmad. “Pendukung Prabowo tidak mempercayai Jokowi karena mereka merasa bahwa dia terlalu dekat dengan China sementara partai yang mengusungnya tidak dekat dengan Islam.”
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mengusung Jokowi dipimpin oleh Megawati Sukarnoputri, mantan presiden Muslim dan putri bapak pendiri negara, Sukarno.

Ahmad, yang sedang menyelidiki kerusuhan itu, merujuk pada “jaringan” yang mencakup Jakarta, Banten, Jawa Barat, serta Kota Lampung dan Bangka Belitung di Sumatra Selatan, yang telah mengerahkan para pengunjuk rasa. “Kami tidak tahu siapa yang memerintahkan mobilisasi massa,” katanya. “Tetapi semua orang yang datang untuk protes telah saling berkomunikasi satu sama lain melalui Facebook dan kanal media sosial lainnya. Banyak dari mereka bepergian dengan sepeda motor secara berkelompok ke Jakarta. Mereka tinggal di rumah teman-teman mereka dan juga di masjid-masjid di sekitar Petamburan, Tanah Abang.”
Beberapa lokasi kerusuhan dan pembakaran paling intens bulan Mei 2019 terjadi di Petamburan, di mana asrama brimob diserang dalam apa yang diyakini sebagai upaya untuk menyita senjata dan amunisi.
Investigasi awal Komnas HAM juga mengungkapkan upaya untuk menyebarkan kerusuhan ke berbagai wilayah lain di Jakarta dari kawasan yang secara langsung terletak di luar gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), di mana protes awal telah dilakukan.

Dua pekan setelah terjadinya kerusuhan, sekitar 70 orang, termasuk sejumlah remaja, dilaporkan masih hilang.
“Beberapa dari mereka saat ini ditahan oleh polisi. Kami pikir beberapa dari mereka mungkin bersembunyi karena teman-teman mereka telah ditangkap,” kata Ahmad. “Kami kini sedang menyelidiki, melakukan pemeriksaan silang, dan memverifikasi keberadaan mereka.”
Harun Rasyid, 15 tahun, termasuk di antara delapan orang yang tewas dalam kerusuhan 22 Mei. Menurut laporan media lokal, Harun meninggalkan rumah dengan seorang teman untuk menyaksikan demonstrasi dan akhirnya tertembak. Kematiannya hingga kini masih diselidiki oleh Komnas HAM.
https://www.scmp.com/news/asia/south...ated-candidate
SUMBER
guru

ngaji









tien212700 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
5.4K
Kutip
56
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan