TS
babygani86
Rincian Mitigasi yang Harus Dilakukan Untuk Mencegah Bencana Terulang
Bulan Maret Kemarin, sebagian besar wilayah Alabama diterjang tornado berkekuatan dahsyat. Badan Cuaca Nasional AS mengelompokkan kekuatan tornado ini pada kategori EF-3- atau tornado dengan kekuatan angin 266km/jam. Beauregard merupakan wilayah yang paling parah kerusakannya. Rekaman video amatir memperlihatkan, saat terjadi tornado, sejumlah tiang listrik tercabut, mobil terlempar, dan atap rumah beterbangan. Suaranya seperti kereta barang muncul.
Sedikitnya korban tewas mencapai 23 orang. Hampir 2000 rumah dilaporkan terdampak tornado dan mengalami pemadaman listrik. Keadaan darurat diberlakukan dengan pengiriman bantuan ke Alabama. Drone dengan kemampuan inframerah juga dikerahkan untuk menemukan korban yang tertimbun puing.

Selain di AS, dalam setahun terakhir, cuaca ekstrem terjadi pula di berbagai belahan dunia. Awal Januari lalu, Australia mengalami serangan cuaca panas ekstrem di sejumlah daerah. Di Adelaide suhunya hisa menyentuh 46,6 C. Bahkan di beberapa wilayah barat daya Australia, suhunya mencapai 49,9 C. Hanya berselang sepekan, banjir besar melanda sejumlah wilayah timur laut Negeri Kangguru itu. Satu di antaranya Queensland, yang dikenal banyak peternakan sapi.
Bagaimana dengan Indonesia? Curah hujan sejak pertengahan Februari lalu hingga Maret justru ekstrem. Beberapa daerah di Pulau Jawa mengalami banjir. Nasib yang sangat mengenaskan terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Madiun. Saat banjir, airnya sempat satu pinggang, banjir melanda 57 desa di 12 kecamatan. Total rumah yang terendam dan rusak mencapai 5.086 rumah. Selain melanda permukiman, banjir juga merendam 497 hektar lahan pertanian padi yang siap panen. Jalur tol trans-Jawa untuk akses Caruban-Solo juga sempat ditutup lantaran ketinggian air mencapai 75 sentimeter. Kerugian banjir ini mencapai Rp54 miliar.
Begitu juga di Kabupaten Bandung, khususnya Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot. Dua kecamatan itu sudah kerap menjadi langganan banjir luapan Sungai Citarum, setinggi 1,5 meter. Banjir ini salah satunya karena aliran sungainya terhalang, ada batu di Curug Jompong.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi bencana rutin khususnya di Sumatera. Di Sumatera Selatan, misalnya, pada tahun lalu dilaporkan 41.1 50 hektar lahan yang terbakar. Menghadapi bencana tersebut, tahun ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengoptimalkan upaya pencegahan ketimbang penanggulangan yang berbiaya mahal.

Pemerintah sedang menyusun strategi pencegahan dan penanggulangan karhutla. Selain menempatkan personel, upaya pencegahan akan dilakukan dengan membentuk tim yang terdiri dari berbagai unsur di masyarakat, termasuk para ulama, budayawan, dan pemuda.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya. Saat Asian Games tahun lalu saja, anggaran pemadaman dengan water bombing sangat besar. Karena itu, saat ini upaya yang dilakukan adalah dengan mendekatkan diri pada masyarakat dalam bentuk edukasi. Tim personel juga akan diturunkan agar tradisi membakar dibentikan dan biaya tidak lagi mahal.
Upaya mitigasi terhadap bencana alam sebenarnya sudah punya landasan hukum. Bahkan pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sudah membuat peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 yang merinci upaya mitigasi terhadap bencana alam yang harus dilakukan untuk mencegah bencana terulang dan jatuhnya banyak korban.
Sedikitnya korban tewas mencapai 23 orang. Hampir 2000 rumah dilaporkan terdampak tornado dan mengalami pemadaman listrik. Keadaan darurat diberlakukan dengan pengiriman bantuan ke Alabama. Drone dengan kemampuan inframerah juga dikerahkan untuk menemukan korban yang tertimbun puing.

Selain di AS, dalam setahun terakhir, cuaca ekstrem terjadi pula di berbagai belahan dunia. Awal Januari lalu, Australia mengalami serangan cuaca panas ekstrem di sejumlah daerah. Di Adelaide suhunya hisa menyentuh 46,6 C. Bahkan di beberapa wilayah barat daya Australia, suhunya mencapai 49,9 C. Hanya berselang sepekan, banjir besar melanda sejumlah wilayah timur laut Negeri Kangguru itu. Satu di antaranya Queensland, yang dikenal banyak peternakan sapi.
Bagaimana dengan Indonesia? Curah hujan sejak pertengahan Februari lalu hingga Maret justru ekstrem. Beberapa daerah di Pulau Jawa mengalami banjir. Nasib yang sangat mengenaskan terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Madiun. Saat banjir, airnya sempat satu pinggang, banjir melanda 57 desa di 12 kecamatan. Total rumah yang terendam dan rusak mencapai 5.086 rumah. Selain melanda permukiman, banjir juga merendam 497 hektar lahan pertanian padi yang siap panen. Jalur tol trans-Jawa untuk akses Caruban-Solo juga sempat ditutup lantaran ketinggian air mencapai 75 sentimeter. Kerugian banjir ini mencapai Rp54 miliar.
Begitu juga di Kabupaten Bandung, khususnya Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot. Dua kecamatan itu sudah kerap menjadi langganan banjir luapan Sungai Citarum, setinggi 1,5 meter. Banjir ini salah satunya karena aliran sungainya terhalang, ada batu di Curug Jompong.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi bencana rutin khususnya di Sumatera. Di Sumatera Selatan, misalnya, pada tahun lalu dilaporkan 41.1 50 hektar lahan yang terbakar. Menghadapi bencana tersebut, tahun ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengoptimalkan upaya pencegahan ketimbang penanggulangan yang berbiaya mahal.

Pemerintah sedang menyusun strategi pencegahan dan penanggulangan karhutla. Selain menempatkan personel, upaya pencegahan akan dilakukan dengan membentuk tim yang terdiri dari berbagai unsur di masyarakat, termasuk para ulama, budayawan, dan pemuda.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya. Saat Asian Games tahun lalu saja, anggaran pemadaman dengan water bombing sangat besar. Karena itu, saat ini upaya yang dilakukan adalah dengan mendekatkan diri pada masyarakat dalam bentuk edukasi. Tim personel juga akan diturunkan agar tradisi membakar dibentikan dan biaya tidak lagi mahal.
Upaya mitigasi terhadap bencana alam sebenarnya sudah punya landasan hukum. Bahkan pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sudah membuat peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 yang merinci upaya mitigasi terhadap bencana alam yang harus dilakukan untuk mencegah bencana terulang dan jatuhnya banyak korban.
Spoiler for MITIGASI YANG SUDAH DIRENCANAKAN:
Spoiler for Referensi:
Diubah oleh babygani86 10-06-2019 13:40
0
659
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan






