

TS
dalledalminto
MARIAH55
MARIAH
Oleh: Dalle Dalminto
.
"Sampai pada inti acara yaitu pengajian. Pengajian pada malam ini akan disampaikan oleh Kyai Kerto." Suara dari toa menggema di seluruh masjid dan sekitarnya.
"Kyai Kerto, pasti menceritakan tentang Mbah Mariah," celetuk Parjo yang telah dihapalnya.
"Sttt ... jangan begitu, Jo!" Parmin menghardik teman karibnya, yang duduk bersila di sampingnya.
Bernar saja ucapan Paijo. Setelah membuka salam dan lain sebagainya. Kyai Kerta mulai menceritakan perihal hidup Mbah Mariah.
Di masa mudanya Mariah, menjadi primadona di kota dengan nama tenar Meri. Di tempatnya ia bekerja. Setiap laki-laki hidung belang rela mengantri berjam-jam untuk mendapatkan jasanya.
Dengan kecantikan yang alami dan dengan tubuhnya yang berisi, setiap lelaki pasti akan terpesona olehnya.
Hidup Mariah di masa mudanya bergelimang harta. Hanya dengan menjentikkan jari semua bisa dimiliki dan ada di depan matanya. Ibaratnya seperti itu.
Tak sedikit teman sekerjanya yang menaruh iri terhadap Mariah. Namun tak bisa berbuat apa-apa.
Waktu pun terus berlalu dan tak bisa dihentikan. Lambut laun pesona Mariah mulai meredup. Keriput-keriput menjalar di mana-mana. Perlahan dan pasti pelanggan Mariah mulai berkurang dan mulai hilang. Sebab rotasi roda kehidupan terus berjalan. Yang di atas pastinya akan ke posisi di bawah.
Mariah tua akhirnya pulang ke desa. Tak ada yang tahu persih dengan apa Mariah bisa bertahan hidup. Sebab ia tak punya keahlian apapun, di masa mudanya dihabiskan untuk menjajakan diri.
Warga desa tidak ada yang sudi tinggal berdekatan dengan Mariah.
"Wanita menjijikan. Amit-amit."
"Harusnya tinggal di neraka."
"Aku tak sudi berdekatan dengannya. Najis!"
Suara-suara sumbang selalu menghinggap di telinga Mariah.
Warga desa hanya mengijinkan tinggal di pojok desa, yang Mariah bisa tinggali untuk menghabiskan masa tuanya.
Satu lagi tempat yang tak bisa dicegah untuk Mariah. Musala. Setiap petang, dari Magrib sampai Isyak. Mariah selalu salat dan setelah itu berdoa, berzikir, salawatan. Warga tak bisa apa-apa, tidak mengijinkan sekaligus tidak bisa melarang.
Malam itu, suasana terasa panas. Setelah perhitungan suara pemilihan kepala desa. Desa tersebut terjadi huru-hara dikarenakan dua kubu yang saling berseberangan. Banyak terjadi kekacauan dan kerusuhan. Tidak ada yang tahu sebabnya, tiba-tiba musala di desa itu terbakar. Warga saling menyelamatkan diri. Namun nahas bagi Mariah. Mariah tidak sempat menyelamatkan diri. Dan menjadi satu-satunya korban di dalam musala itu.
Setelah api padam, bukannya bau sangit, seperti kayu arang yang bekas terbakar. Namun aroma melati yang tercium di sekitar tempat terbakarnya musala. Para warga pun mulai percaya, bau wangi melati itu adalah adalah aroma tubuh Mariah yang diterima pertobatannya.
"Kenapa kamu, Jo?" tanya Parmin yang melihat Paijo mengendus-endus sesuatu bau.
"Bau wangi melati!" teriak Parmin, mendahului jawaban Paijo.
Entah dari mana datangnya. Tiba-tiba seluruh jamaah masjid itu mencium harum wangi melati. Sementara di atas mimbar.Kyai Kerto masih melanjutkan ceramahnya.
Bantul, 2019
Oleh: Dalle Dalminto
.
"Sampai pada inti acara yaitu pengajian. Pengajian pada malam ini akan disampaikan oleh Kyai Kerto." Suara dari toa menggema di seluruh masjid dan sekitarnya.
"Kyai Kerto, pasti menceritakan tentang Mbah Mariah," celetuk Parjo yang telah dihapalnya.
"Sttt ... jangan begitu, Jo!" Parmin menghardik teman karibnya, yang duduk bersila di sampingnya.
Bernar saja ucapan Paijo. Setelah membuka salam dan lain sebagainya. Kyai Kerta mulai menceritakan perihal hidup Mbah Mariah.
Di masa mudanya Mariah, menjadi primadona di kota dengan nama tenar Meri. Di tempatnya ia bekerja. Setiap laki-laki hidung belang rela mengantri berjam-jam untuk mendapatkan jasanya.
Dengan kecantikan yang alami dan dengan tubuhnya yang berisi, setiap lelaki pasti akan terpesona olehnya.
Hidup Mariah di masa mudanya bergelimang harta. Hanya dengan menjentikkan jari semua bisa dimiliki dan ada di depan matanya. Ibaratnya seperti itu.
Tak sedikit teman sekerjanya yang menaruh iri terhadap Mariah. Namun tak bisa berbuat apa-apa.
Waktu pun terus berlalu dan tak bisa dihentikan. Lambut laun pesona Mariah mulai meredup. Keriput-keriput menjalar di mana-mana. Perlahan dan pasti pelanggan Mariah mulai berkurang dan mulai hilang. Sebab rotasi roda kehidupan terus berjalan. Yang di atas pastinya akan ke posisi di bawah.
Mariah tua akhirnya pulang ke desa. Tak ada yang tahu persih dengan apa Mariah bisa bertahan hidup. Sebab ia tak punya keahlian apapun, di masa mudanya dihabiskan untuk menjajakan diri.
Warga desa tidak ada yang sudi tinggal berdekatan dengan Mariah.
"Wanita menjijikan. Amit-amit."
"Harusnya tinggal di neraka."
"Aku tak sudi berdekatan dengannya. Najis!"
Suara-suara sumbang selalu menghinggap di telinga Mariah.
Warga desa hanya mengijinkan tinggal di pojok desa, yang Mariah bisa tinggali untuk menghabiskan masa tuanya.
Satu lagi tempat yang tak bisa dicegah untuk Mariah. Musala. Setiap petang, dari Magrib sampai Isyak. Mariah selalu salat dan setelah itu berdoa, berzikir, salawatan. Warga tak bisa apa-apa, tidak mengijinkan sekaligus tidak bisa melarang.
Malam itu, suasana terasa panas. Setelah perhitungan suara pemilihan kepala desa. Desa tersebut terjadi huru-hara dikarenakan dua kubu yang saling berseberangan. Banyak terjadi kekacauan dan kerusuhan. Tidak ada yang tahu sebabnya, tiba-tiba musala di desa itu terbakar. Warga saling menyelamatkan diri. Namun nahas bagi Mariah. Mariah tidak sempat menyelamatkan diri. Dan menjadi satu-satunya korban di dalam musala itu.
Setelah api padam, bukannya bau sangit, seperti kayu arang yang bekas terbakar. Namun aroma melati yang tercium di sekitar tempat terbakarnya musala. Para warga pun mulai percaya, bau wangi melati itu adalah adalah aroma tubuh Mariah yang diterima pertobatannya.
"Kenapa kamu, Jo?" tanya Parmin yang melihat Paijo mengendus-endus sesuatu bau.
"Bau wangi melati!" teriak Parmin, mendahului jawaban Paijo.
Entah dari mana datangnya. Tiba-tiba seluruh jamaah masjid itu mencium harum wangi melati. Sementara di atas mimbar.Kyai Kerto masih melanjutkan ceramahnya.
Bantul, 2019







anasabila dan 6 lainnya memberi reputasi
5
800
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan