- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengapa Mudik? Perjuangan Jarak Dan Waktu


TS
Indriaandrian
Mengapa Mudik? Perjuangan Jarak Dan Waktu

Jumpa lagi gansis, bagaimana lebaran tahun ini, masih ramaikah didaerah agan sista? Yang sedang mudik, masihkan lama dikampung halaman atau sudah kembali ketempat kerja/domisili sekarang? Sepertinya sudah banyak yang kembali nih.
Tahun ini kebetulan ane belum mudik, semoga kalau minggu depan mudik, arus balik sudah lancar jaya, aamiin.
Setiap hendak mudik, selain doa keselamatan, kita berharap perjalanan lancar, tidak macet, tapi kalau mau jujur gansis, rasa yang tidak terlupa dari mudik justru macet dijalan, sensasi sebelnya itu, luar biasa.
Lebaran beberapa waktu yang lalu saat macet parah, kebetulan ane ngalamin juga. Perjalanan yang biasanya hanya 5 jam ditempuh, saat itu sampai 2hari,2malam kita lalui. Waktu itu yang terbersit dipikiran ane,
"Ngga bakalan ane mudik pas lebaran lagi!"
Kapok rasanya untuk macet dijalan berhari- hari, tapi ternyata lebaran berikutnyapun, tetap ane bela- belain bermacet ria demi mudik. Meskipun berat dan melelahkan, tapi kesan dari macet mudik menjadi cerita tersendiri, yang seru untuk dikenang dan diceritakan kembali.

Secara bahasa kata "MUDIK" konon bermula dari bahasa Jawadan Betawi.
Mudik dari bahasa Jawa berasal dari akronim jawa ngoko yaitu mulik dilik atau pulang sebentar, menggambarkan bahwa para pemudik pulang kekampung halaman hanya sebentar tidak menetap lama.
Sementara dari bahasa Betawi, mudik merupakan asal kata dari udik/kampung, jadi mudik diartikan menuju udik, atau menuju kampung.
Tapi tahu tidak? Ternyata tradisi mudik sudah dimulai dari jaman Majapahit, sekitar tahun 1200n, pada masa perluasan wilayah kerajaan Majapahit. Pada masa itu para petani membuka lahan diluar daerah mereka,banyak yang keluar jawa, sehingga berbulan - bulan mereka jauh dari kampung halaman. Di daerah asal mereka, para petani tersebut mempunyai tradisi membersihkan makam orangtua dan keluhurnya, pada hari besar keagamaan/ hari besar adat mereka. Sehingga pada hari - hari tersebut para petani akan pulang kekampung masing - masing/ mudik, untuk melaksanakan tradisi membersihkan makam tersebut.
Pada masa selanjutnya, mudik atau pulang kekampung halaman menjadi lebih marak terjadi pada tahun 1970n. Pada tahun 70n, Jakarta sebagai ibukota negara, mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama perkembangan penduduk, dengan banyaknya pendatang dari daerah, yang mencari kerja di Jakarta. Jakarta menjadi tanah impian bagi banyak penduduk daerah. Apalagi ditunjang dengan perfilman kita, yang pada masa itu banyak menggambarkan kesuksesan hidup di Ibukota.
Penduduk daerah yang kebanyakan perani dan nelayan, melihat cerita tentang mudahnya mencari uang di Jakarta dengan menjadi pekerja kantoran atau pabrik, yang jauh dari kesan kotor lumpur disawah, gaya hidup yang mungkin cenderung hedonis, ditambah segala bumbu cerita sukses yang luarbiasa, berbondong- bondong penduduk daerah meninggalkan tanah dan pekerjaan turun temurun, untuk mencari peruntungan di Ibukota, Jakarta menjadi sangat ramai.
Namun seperti halnya para leluhur kita dijaman Majapahit, yang kembali kekampung halaman untuk membersihkan makam keluarga, pada masa sekarangpun, kita akan rela menempuh jarak sekian kilometer, mengorbankan waktu dan uang, untuk bisa kembali kekampung/mudik, bertemu orangtua dan keluarga, meski hanya sebentar, bersilaturahmi, melepas kerinduan. Bahkan beberapa orang hanya sekedar menyambangi makam orangtuanya.
Segala macam teknologi telpon, gadget, vidiocall yang memudahkan kita berkomunikasi jarak jauh, tidak bisa menggantikan pertemuan langsung dengan keluarga. Menurut ane beginilah jiwa orang Indonesia, keluarga adalah yang utama. Seberapa jauhpun kita melangkah, tanah kelahiran akan selalu memanggil dengan kerinduan.
kita akan selalu kembali pada tempat asal kita, tempat ternyaman kita bersama keluarga, bersama orang-orang terkasih, "mudik adalah pulang".
Jadi gansis, selamat untuk kalian semua yang sudah berhasil mudik, bertemu dengan orangtua, keluarga, teman-teman, mantan pacar 😁.
Semoga tahun depan kita dipertemukan kembali, dengan kekhusyukan Ramadhan, dan bisa kembali mudik dengan, aman; nyaman, selamat sampai tujuan.
Sukses selalu
MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN


pic: dokpri
Tahun ini kebetulan ane belum mudik, semoga kalau minggu depan mudik, arus balik sudah lancar jaya, aamiin.
Setiap hendak mudik, selain doa keselamatan, kita berharap perjalanan lancar, tidak macet, tapi kalau mau jujur gansis, rasa yang tidak terlupa dari mudik justru macet dijalan, sensasi sebelnya itu, luar biasa.
Lebaran beberapa waktu yang lalu saat macet parah, kebetulan ane ngalamin juga. Perjalanan yang biasanya hanya 5 jam ditempuh, saat itu sampai 2hari,2malam kita lalui. Waktu itu yang terbersit dipikiran ane,
"Ngga bakalan ane mudik pas lebaran lagi!"
Kapok rasanya untuk macet dijalan berhari- hari, tapi ternyata lebaran berikutnyapun, tetap ane bela- belain bermacet ria demi mudik. Meskipun berat dan melelahkan, tapi kesan dari macet mudik menjadi cerita tersendiri, yang seru untuk dikenang dan diceritakan kembali.

Secara bahasa kata "MUDIK" konon bermula dari bahasa Jawadan Betawi.
Mudik dari bahasa Jawa berasal dari akronim jawa ngoko yaitu mulik dilik atau pulang sebentar, menggambarkan bahwa para pemudik pulang kekampung halaman hanya sebentar tidak menetap lama.
Sementara dari bahasa Betawi, mudik merupakan asal kata dari udik/kampung, jadi mudik diartikan menuju udik, atau menuju kampung.
Tapi tahu tidak? Ternyata tradisi mudik sudah dimulai dari jaman Majapahit, sekitar tahun 1200n, pada masa perluasan wilayah kerajaan Majapahit. Pada masa itu para petani membuka lahan diluar daerah mereka,banyak yang keluar jawa, sehingga berbulan - bulan mereka jauh dari kampung halaman. Di daerah asal mereka, para petani tersebut mempunyai tradisi membersihkan makam orangtua dan keluhurnya, pada hari besar keagamaan/ hari besar adat mereka. Sehingga pada hari - hari tersebut para petani akan pulang kekampung masing - masing/ mudik, untuk melaksanakan tradisi membersihkan makam tersebut.
Quote:
Pada masa selanjutnya, mudik atau pulang kekampung halaman menjadi lebih marak terjadi pada tahun 1970n. Pada tahun 70n, Jakarta sebagai ibukota negara, mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama perkembangan penduduk, dengan banyaknya pendatang dari daerah, yang mencari kerja di Jakarta. Jakarta menjadi tanah impian bagi banyak penduduk daerah. Apalagi ditunjang dengan perfilman kita, yang pada masa itu banyak menggambarkan kesuksesan hidup di Ibukota.
Penduduk daerah yang kebanyakan perani dan nelayan, melihat cerita tentang mudahnya mencari uang di Jakarta dengan menjadi pekerja kantoran atau pabrik, yang jauh dari kesan kotor lumpur disawah, gaya hidup yang mungkin cenderung hedonis, ditambah segala bumbu cerita sukses yang luarbiasa, berbondong- bondong penduduk daerah meninggalkan tanah dan pekerjaan turun temurun, untuk mencari peruntungan di Ibukota, Jakarta menjadi sangat ramai.
Namun seperti halnya para leluhur kita dijaman Majapahit, yang kembali kekampung halaman untuk membersihkan makam keluarga, pada masa sekarangpun, kita akan rela menempuh jarak sekian kilometer, mengorbankan waktu dan uang, untuk bisa kembali kekampung/mudik, bertemu orangtua dan keluarga, meski hanya sebentar, bersilaturahmi, melepas kerinduan. Bahkan beberapa orang hanya sekedar menyambangi makam orangtuanya.
Segala macam teknologi telpon, gadget, vidiocall yang memudahkan kita berkomunikasi jarak jauh, tidak bisa menggantikan pertemuan langsung dengan keluarga. Menurut ane beginilah jiwa orang Indonesia, keluarga adalah yang utama. Seberapa jauhpun kita melangkah, tanah kelahiran akan selalu memanggil dengan kerinduan.
kita akan selalu kembali pada tempat asal kita, tempat ternyaman kita bersama keluarga, bersama orang-orang terkasih, "mudik adalah pulang".
Jadi gansis, selamat untuk kalian semua yang sudah berhasil mudik, bertemu dengan orangtua, keluarga, teman-teman, mantan pacar 😁.
Semoga tahun depan kita dipertemukan kembali, dengan kekhusyukan Ramadhan, dan bisa kembali mudik dengan, aman; nyaman, selamat sampai tujuan.
Sukses selalu
MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN



pic: dokpri






mbakendut dan 4 lainnya memberi reputasi
5
656
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan