Kaskus

News

sukhoivsf22Avatar border
TS
sukhoivsf22
Makan Ikan Hasil Perbudakan? Potret Muram Industri Perikanan Indonesia
PERBUDAKAN MODERN | 1MENIT
LALU

Puluhan buruh nelayan
Indonesia kembali menjadi
korban perbudakan lewat
skema gelap agen tenaga kerja
lokal. Mereka dipaksa bekerja
selama 18 jam sehari tanpa air
minum yang memadai. Kini
korban menggugat balik.

Teraniaya, kelaparan dan tak
jarang harus menadah tetesan
kondensasi untuk memuaskan
dahaga: nasib Rahmatullah yang
meninggalkan Indonesia buat
mencari penghidupan yang lebih
baik berujung di neraka
perbudakan.

Kisahnya itu mendefinisikan
industri perikanan yang marak
praktik perburuhan paksa, klaim
pakar anti penyelundupan
manusia. Celakanya banyak
konsumen yang tidak menyadari
"harga sesungguhnya" dari
produk perikanan yang mereka
beli di restoran atau
supermarket.

Para buruh itu terbiasa bekerja
tanpa bayaran dan sering
menghadapi kekerasan yang bisa
berujung pada kematian.

Indonesia dan Asia Tenggara
termasuk kawasan yang paling
subur praktik perbudakan, di
mana makelar hitam membidik
pengangguran muda tanpa ijazah
sekolah dengan iming-iming gaji
yang tinggi.

Rahmatullah awalnya dijanjikan
gaji sebesar 400 Dollar AS per
bulan, di tambah bonus
tangkapan per ton. Namun ketika
bergabung, dia malah dijual ke
Somalia, di mana dia menjalani
sembilan bulan bekerja di atas
kapal nelayan Cina dalam kondisi
yang brutal. Setiap hari
Rahmatullah harus bekerja
selama 18 jam.

"Saya merasa seperti budak,"
kata pria beruisa 24 tahun itu
kepada AFP. "Kru dari Cina minum
air bersih, sementara kami harus
mengumpulkan air dari tetesan
kondensasi. Kami sering dipukuli
kalau tidak mendapat jumlah
tangkapan yang memuaskan,
bahkan ketika kami sakit
sekalipun," imbuhnya.

Rahmatullah adalah satu dari 40
buruh perikanan yang menuntut
kompensasi setelah merasa
ditipu dan dijebak oleh agen
tenaga kerja PT. Maritim
Samudera. Sebagian dikirimkan
ke Jepang, sementara yang lain
ditempatkan di lepas pantai
Somalia.

Dalam wewancaranya dengan
AFP, para korban mengaku
dianiaya secara fisik dan
psikologis, serta dibiarkan
kelaparan dan kehausan. Dua kru
kapal dikabarkan meninggal dunia
akibat dehidrasi, demikian
menurut kesaksian Rahmatullah.

Mereka biasanya diberikan nasi
dengan lauk berupa sayur atau
ikan rebus. "Makanannya parah
sekali," kata Arianus Ziliwu yang
bekerja di perairan Jepang. "Dan
kondisi ruang tidurnya tidak
manusiawi," imbuhnya.

Kementerian Ketenagakerjaan
Indonesia sempat menengahi
kasus Rahmatullah dengan
menyarankan pihak perusahaan
agar membayar uang ganti rugi.
Namun himbauan itu ditolak PT
MSI. Saat ini polisi menyelidiki
kemungkinan dugaan
penyelundupan manusia. Namun
prosesnya berjalan lambat,
menurut PPI.

Indonesia bukan kali pertama
mendarat dalam daftar negara, di
mana praktik perbudakan modern
tumbuh subur. Pada 2015 silam
kantor berita Associated Press
membongkar sindikat
perbudakan di pulau Benjina,
Maluku, di mana ratusan nelayan
dipekerjakan secara paksa.

Mereka dipaksa bekerja selama
22 jam sehari dan hasil produknya
dinikmati konsumen di Eropa dan
Amerika Serikat.

Sebab itu pemerintah Indonesia
dituding tidak serius memerangi
praktik perbudakan di sektor
perikanan. Yuli Adiratna, Kasubdit
Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Kementerian
Ketenagakerjaan, mengakui
"pengawasan terhadap kondisi
kerja nelayan bisa ditingkatkan,"
ujarnya sembari menambahkan
pihaknya sedang berkonsentrasi
mengawasi nasib buruh migran
yang terancam.

Dia juga berjanji pemerintah
sedang menggodok program
pengawasan dan kerjasama antar
agen tenaga kerja. Namun buat
sebagian, langkah pemerintah
terlalu lambat. "Saya ingin agar
perusahaan dihukum sehingga
tidak lagi jatuh korban," kata Lutfi
Awaludin Fitroh, nelayan lain yang
menjadi korban perbudakan lewat
skema gelap PT Maritim
Samudera Indonesia.


rzn/ap (Agence France-Presse)
https://m.dw.com/id/makan-ikan-hasil...ccrDetktWaScIc
ziernikaAvatar border
ziernika memberi reputasi
1
2.1K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan