Kafarot dan fidah adalah konsekuensi bagi ummat muslim yang sengaja membatalkan puasanya dan masing-masing konsekuensi tersebut memiliki definisi berbeda dan seseorang yang dikenai konsekuensi tersebut itu pun berbeda-beda, semua tergantung dari cara membatalkan puasanya.
Kafarot merupakan salah satu jalan untuk menebus sebuah kesalahan yang dilkukan secara disengaja, berhubungan intim halal bagi pasangan suami istri dan bernilai phala, namun ketika seorang suami istri melakukan nya tidak pada waktunya maka dikenakan kafarot, misalnya berhubungan intim disiang hari waktu berpuasa.

Fidyah adalah bentuk keringanan bagi orang yang tidak mampu menjalankan puasanya dan untuk membayarnya seseorang tersebut menyalurkan sejumlah harta benda dg kadar tertentu yg wajib diberikan pd fakir miskin sebagai ganti ibadah wajib seperti puasa Romadhon atau solat maktubah) yg ditinggalkan.Misalnya seperti orang yang sudah tua renta atau perempuan yang sedang hamil takut fisiknya tidak kuat.

Dan fidyah juga merupakan tanggungan keluarga dan ahli waris dari orang yang tidak mampu menjalankan kewajiban berpuasa, fidyah di tempuh dengan memberi maskan orang miskin setiap hari dan jiuga bisa berupa uang.
Menurut kitab Al-Mahamili dalam Al-Lubab fîl Fiqhis Syâfi‘i, hal, 184 : secara umum kafarat ada 4 :

Kafarat zhihar,Kafarat hubungan badan di bulan Ramadhan, Kafarat pembunuhan , Kafarat yamin (sumpah).

Namun dalam Al-Majmu‘ Syarhul Muhadzab, ada jenis kafarat yang kelima, yakni kafarat haji. 
Sedangkan bentuk kafarot itu sendiri bisa :
Memerdekakan budak atau,Berpuasa 2 bulan berturut-turut  atau Memberi makan 60 orang miskin, masing-masing 1 mud (3/4 liter beras ( (Tuhfatul Muhtaj juz 3, hal, 452 atau hHasyiyah al Bajuri juz 1, hal. 309)

Dalam praktiknya kafarot dzihar berbeda dengan kafarat yang lain, dalam kafarot zhihar tidak memberi pilihan, yakni ketiga bentuk kafarat harus ditempuh sesuai urutan dan kemampuan, sebagaimana di atas.