Kaskus

Story

germaksAvatar border
TS
germaks
Kisah Hijrah Di Kota Raja
Kisah Hijrah Di Kota Raja

     

Kota Raja sedang dingin – dinginnya. 3 lapis selimut melingkar di badanku tapi dinginnya tak lepkas pergi. 2 tahun sudah aku tinggal di kota ini. Bekerja sebagai seorang pegawai honorer di salah satu kantor pemerintah kota ini. Aku bekerja di bagian pendapatan daerah. Namaku Agung dan aku hobi '’jajan’’. 

Kantor kami buka dari senin sampai jumat dan libur di hari sabtu dan minggu. Awalnya ku tinggal menumpang di rumah salah satu kenalan. Namanya Pak Arif, orangnya religius apalagi ketika ditinggal mendiang istrinya. Dirumahnya yang cukup besar ini kami tinggal berdua saja. Kedua anaknya merantau ke kota sebelah untuk melanjutkan pendidikan mereka.

--

‘‘Kenapa kamu pulangnya kemalaman terus gung?’’. Tanya pak arif ketika membuka pagar rumah.

‘’Mohon maaf pak, pekerjaan kantor sedang banyak – banyaknya’’. Jawabku dengan sedikt terbata – bata.

Karena keseringan pulang malam akupun berinisiatif untuk pindah dan memilih menyewa kos – kosan saja. Barangku kuangkat menggunakan bentor (becak motor) ketika Pak Arif tidak sedang di rumah. Kukirimkan pesan singkat ke nomor Pak Arif bahwa aku pindah dan memohon maaf jika kau punya salah selama ini.

--

Hidup di kos – kosan membuatku semakin bebas saja beraktivitas terutama berhubungan dengan hobiku yang suka ‘’jajan’’ sana sini. Pemilik kost tak ambil pusing dengan perbuatanku yang sering membawa wanita ke dalam kamar. Pun tetanggaku sama juga.

Sekali dua kali ‘‘jajan’’ aku menikmati dan makin ketagihan. Di daerah Kota Raja ada lokalisasi yang berkedok rumah karaoke. Di dalamnya kita akan disuguhkan berbagai macam jenis wanita, tinggal pilih saja dan bawa. Harganya relatih murah dan pas untuk kantong pegawai honor sepertiku.

--

Pagi menjelang, aku bangun dari tempat tidurku. Seperti biasa aku bersedia untuk berangkat ke kantor. Hari ini pekerjaanku banyak, seorang pejabat di kantorku akan melakukan perjalanan dinas ke Jakarta dan membawa laporan tersebut ke pemerintah pusat.

‘’Agung tolong buat laporan ini, saya tunggu malam ini’’. Kata si pejabat sambil menyodorkan amplop putih polos yang lumayan tebal.

‘’Siap pak’’. Jawabku sigap.

Kukerjakan laporan itu hingga selesai lalu membawanya kerumah pejabat tersebut. Dalam perjalanan pulang aku singgah di jalan yang penerangan lampunya lumayan. Kubuka amplop itu dan mataku tiba – tiba melotot tajam. Luar biasa uang merah berjejer rapi, jumlahnya satu juta rupiah. Tanpa basa basi akupun langsung berangkat ke lokalisasi untuk ‘‘jajan’’.

Di dalam bar aku kepincut dengan salah satu wanita yang bodinya semok.

‘‘Nama kamu siapa dek?’’. Tanyaku sambil melihat seluruh tubuhnya dari kepala sampai kaki.

‘’Santi bang’’. Jawabnya anggun.

Belum sempat berkenalan jauh seorang lelaki berbadan tegak datang menghampiri.

‘‘Semalam 750 ribu, mau?’’. Kata si pria sambil membusungkan dada.

Ternyata dia adalah germonya.

‘‘Boleh bang’’. Jawabku dengan wajah riang gembira.

Akhirnya transaksipun terjadi dan kubawalah santi ke kosanku. ‘’jajan’ kali ini sungguh memuaskanku. Bagiaman tidak, wanita yang sesuai tipeku ada di depan mata dan siap ‘’disantap’’.

--

Pagi datang, tiba – tiba aku ingin buang air kecil. Kubuka pintu kamar mandi dan celananku. Aku terpana melihat kelaminku yang tidak mengeluarkan air tapi nanah. Kelaminku juga sakit tak tertahankan. Seorang teman kutelepon tapi tak percaya dan justru tertawa dengan keadaanku.

Seharian aku terkapar menahan pedih dan kuputuskan tak masuk kantor hari ini. Kubuka smartphoneku dan mencari jenis penyakit yang kualami. Ternyata aku terkena penyakit sipilis atau bahasa kerennya raja singa. Seketika kau sadar kalau hobiku ‘‘jajan’’ selama ini adalah penyebabnya. Hari itu aku seketika bertobat, kupanjatkan doa kepada Allah dan mengakui semua kesalahanku.

Tindakan medispun kuambil dengan memeriksakan diri di rumah sakit setempat. Beberapa perawat dan dokter sempat gempar karena melihat penyakitku. Kata mereka ini adalah kasus pertama di kota ini. Akupun memohon untuk tidak disebarluaskan agar namaku tak rusak. Mereka mengiyakan itu.

Selama masa pengobatan tak satupun orang kuberitahu mengenai penyakitku. Sembari melakukan pengobatan akupun memp[erdalam ilmu agamaku di salah satu mesjid yang tak jauh dari rumah sakit. Setiap hari ketika tak kerja aku datang dan duduk dengan jamaah lainnya. Belajar membaca Al-Qur’an dan berdiskusi mengenai Islam. Pribadikupujn berubah, beberapa orang dikantor bahkan tercengang dengan perubahanku. Akupun mengajak mereka untuk hijrah dan mempelajri agama Islam lebih dalam lagi. Beberapa orang tertarik dan kamipun membentuk komunitas pengajian.  Komunitas tersebut masih bertahan hingga saat ini dan anggotanya terus bertambah. Alhamdulillah

 



anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
417
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan