- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Karena Semua Itu Sia-Sia..


TS
ibliss666
Karena Semua Itu Sia-Sia..


Seandainya sebelum ini aku mengamalkan semua kebaikan yang mampu kulakukan..
Kudengar mereka mengataiku dari belakang. Aku dengar semuanya. Mereka masih saudara ku..sepupu-sepupuku.. keponakanku, sampai bibi, tante, om.. yang diam hanya keluarga intiku saja, mereka menahan semuanya. Aku tahu itu.. Aku tahu. Jangan tanya tetangga, mereka lebih parah.
Sembari berdiam ku ingin membalas mereka, ingin ku juga mengatakan mereka ini itu, namun ku sadar bahwa yang mereka katakan itu benar. Aku malu dan juga kasihan pada keluargaku, ibuku..kakakku.. tidak dengan bapakku karena sudah pergi beberapa tahun lalu.
Perlahan namun pasti, waktu bergulir.. tetapi yang kuingat hanyalah perbuatanku yang sia-sia, yang tak pernah bisa kutebus dan dosa-dosa yang telah kukumpulkan dengan senang hati itu tak pernah luntur dari jiwaku.
Aku menjadi wanita penghibur di daerah yang kecil ini. Namaku sudah tersohor kemana-mana, tak hanya di kota ini, aku juga melalang buana di beberapa kota sebelah, hingga sosial mediaku banyak sekali pengikutnya. Aku suka memamerkan asetku yang indah dan tanpa cela ini melalui foto-foto yang kujepret dari ponsel mahalku. Untuk masalah uang sekarang tak masalah, aku bekerja untuk anakku yang berusia 10 tahun, ku rela bekerja seperti ini karena aku sudah bercerai dengan lelaki busuk itu. Keluargaku hanya tahu kalau aku bekerja sebagai SPG dan aku memilih tinggal memisah tanpa membawa anakku bersama agar lebih mudah dalam bekerja.
Hari demi hari yang kujalani hanya senang-senang dengan para pria hidung belang, hanya dengan satu kali kencan aku bisa membawa sebuah handphone baru. Namun sekali kencan itu bagiku hanya bisa membeli makan untuk sehari dua hari, sehingga aku bisa berkencan 3x dalam seminggu. Karena pergaulan dengan teman-temanku yang glamour itu maka duit banyak itu perlu banget agar tidak dihina dan dianggap miskin.
Gengsi ku itulah yang membuat pikiranku kacau sampai rela mengorbankan semuanya agar bisa memiliki lembaran kertas yang membuat orang tergila-gila.
Awalnya aku sering nongkrong ditempat anak-anak mencari klien, dengan modal speak-speak iblis yang menggoda dan memperlihatkan lekuk tubuh aku mudah sekali mendapatkan klien dan akhirnya mereka menjadi pelangganku. Tak lama aku menjadi primadona, bahkan jikalau ku mati, teman-temanku pasti tersenyum karena pesaing beratnya telah tiada.
Sore itu seperti biasa aku melihat instagramku dan posting beberapa foto, kulihat beberapa DM dari orang-orang yang ingin berkenalan dan ada juga dari calon pelanggan menanyakan nomor handphoneku. Tiba-tiba ada telephone masuk dan dia adalah seorang pengusaha yang sudah sering mengunjungiku untuk melepas penatnya dan tentu saja untuk menghabiskan uangnya. Tanpa berlama-lama aku mengiyakan ajakannya untuk bersama pekan depan di tempat yang agak jauh dari rumah dia agar anak istrinya tak tahu bapaknya tengah memadu kasih dengan orang lain.
Sembari menunggu pekan depan akupun melayani pelanggan yang lain. Hari itu kuingat sekali kalau salah satu orang yang tidur denganku adalah orang-orang yang sudah biasa melihatku.
Oh ya, dua bulan lagi adalah tahun baru dan aku menghubungi beberapa teman dekatku yang merantau, kami sudah membuat beberapa acara yang seru di malam tahun baru nanti.
Keseharianku kugunakan dengan macam-macam hal yang 'nikmat' menurutku.. namun dalam hati kecil ini pastilah aku punya rasa takut dan rasa bersalah, dimana keinginan taubat masih terganjal gemerlapnya dunia.. masih banyak waktu yang bisa kugunakan untuk bertaubat memohon ampun padaNya.
Ternyata aku salah.. waktuku tak sebanyak itu. Bahkan tak pernah sampai pada tahun baru.
Berawal dari perjanjianku dengan seorang pengusaha di pekan depan itu.. saat hari pertemuan kita bersenang-senang, kita sedikit melupakan masalah dunia dan menghabiskan waktu bersama, hanya dua hari kita bersama.. namun membuatku seperti ini selamanya. Ya, kita berdua terlibat kecelakaan tunggal, dimana pengusaha itu sudah pergi meninggalkan ku terlebih dahulu. Kini aku hanya bisa berbaring di tempat tidur rumah sakit dengan berbagai selang berada di tubuhku.
"Nek, Ibu kapan bangun Nek", tanya anakku yang berada di sebelahku sambil memegangi tanganku yang tak bisa kurasakan keberadaannya.
"Sebentar lagi nak", jawab ibuku yang sedari kemarin menungguku di rumah sakit ini.
Suara kakakku yang sedang membaca Al-Qur'an membuatku semakin takut akan kematian, aku takut jika tubuh ini tak bisa bertahan dan jiwaku akan meninggalkannya, kini aku sadar betapa aku sangat rapuh dan ketakutan ini semakin besar. Aku hanya bisa mendengarkan tanpa bisa bergerak dan berbicara.
"Nek, ibu nangis nek, ada air matanya", teriak anakku yang masih memegangi tangan ini.
Kemudian ibukupun memanggil perawat yang sedang berjaga diluar ruangan ICU ini.. seorang perawat pun memeriksa tanda vitalku, memeriksa pupil mata dan denyut jantungku lalu berlalu menemui ibuku, aku tak tahu apa yang ia bicarakan, aku hanya bisa merasakan apa yang perawat tadi lakukan tanpa bisa memberikan balasan. Tangisanku tadi pun juga tak kurencanakan, air mata mengalir begitu saja, mungkin karena aku terlalu takut akan kematian yang begitu dekat.. dengan membawa segunung dosa.
Jam demi jam berlalu, aku hanya bisa menerawang dunia dengan pikiranku ini, berbagai hal telah ku lakukan termasuk menyebut nama Allah, entah sudah berapa ribu kali ku menyebutNya.. ketika sudah begini aku baru mau berdzikir.. waktu sangat berharga, aku telah menyiakannya.. aku telah diberi waktu yang lama namun tak memanfaatkannya dengan baik.. aku hanya berharap taubatku yang tak seberapa ini diterima dan bisa meringankan siksaku nanti di neraka.. kita tak pernah tau bagaimana kehidupan akhirat yang pasti kita jalani kelak.. semoga keluargaku tak terbebani karena ulahku.. aku takut dengan segala yang akan terjadi di hari pembalasan nanti. Penyesalan yang bertubi-tubi ini hanyalah beberapa saat saja.
"Bu, kata perawatnya sudah bisa dibawa pulang", kata kakakku kepada ibuku yang berada di sebelahku.
"Oh sudah boleh ya?, yaudah siapin semuanya bareng-bareng", jawab ibu.
Akupun di ajak pulang oleh keluargaku, yang kutahu hanya aku merasa berada di jalan dengan raga yang terlentang. Rumah sakit yang ku jadikan tidur itu berada di kota besar, sehingga perjalanan agak lama dari biasanya. Di jalan aku menerawang jauh, aku sedikit lebih lega karena tak berada di rumah sakit lagi.
Aku masih belum bisa bergerak, jadi hanya merasakan sekitar, namun aku merasa bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi.. aku merasa rumahku ramai sekali, ada yang menyiapkan makan, ngobrol dengan tetangga, duduk duduk hingga ada anak anak kecil berlarian, semuanya seperti biasa, hingga tiba-tiba tubuhku diangkat dari dipan lalu aku dimandikan, air dingin mengalir di tubuhku, terasa segar namun aku masih bertanya-tanya kenapa tidak ke kamar mandi rumah jika hanya sekedar memandikanku?, setelah ditutupi kemudian aku dibopong ke dalam, beberapa orang wanita yang ternyata hanya tetanggaku bersama ibuku tengah menyiapkan pakaian untukku, aku maklum karena aku memang tidak bisa bergerak, mereka baik sekali mau menyiapkan pakaian, padahal kami hanya tetangga..apakah seperti ini menjenguk orang sakit?.
Kain putih panjang terhampar dihadapanku, lalu aku ditaruh diatasnya dan seolah mereka membungkusku dengan kain itu, aku tersentak!. Aku berteriak-teriak kenapa aku dipocong, kenapa aku dibungkus dengan paksa. Aku masih hidup, aku masih melihat dan mendengar kalian para tetangga yang sedang beramai-ramai menjengukku.
Seolah tak ada yang mendengarku, apa aku bermimpi? atau aku memang sudah mati? Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu karena semua terasa nyata.. aku juga disholatkan didepan imam, dan aku ditutup dengan kurungan besi yang biasa aku lihat disebelah mushola dekat rumah. Tak lama kemudian aku diangkut dan diantar ke pemakaman desa, pemakaman yang dulu waktu kecil aku sering bermain di sini, kini aku akan menjadi salah satu penghuninya, sendiri..
Suara tanah yang tengah digali sudah berhenti, tubuhku di angkat lalu diturunkan ke liang sempit itu.. entah apa yang akan terjadi, sampai detik aku menulis ini.. aku tak pernah tahu.. mereka yang mengantarku perlahan pergi meninggalkan ku sendiri, berhadapan dengan takdir yang sudah pasti ditetapkan, dan takkan pernah bisa diulang kembali..
Berbagai hal yang kumiliki dan semua yang telah kulakukan tanpa adanya ilmu agama yang memadai, kurasa hanya akan menjadi hal yang tak berguna.. semua itu sia-sia.
Diubah oleh ibliss666 25-05-2019 09:47


anasabila memberi reputasi
1
693
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan