- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
si poteng jilid 8


TS
rahmata.p
si poteng jilid 8
Spoiler for sumur:
terimakasih banyak udah nyangkut di thread ini, kali ini ane pengen bagi lanjutan kisah si Poteng jilid 8. berhubung ane abis bertapa di gua yang tak berhantu jadi ane berterimakasih banyak buat kalian yang mungkin masih sedikit ingat dengan kisah si poteng. tapi ane yakin kalian telah melupakannya. tapi tenang aja jejak kisah si poteng akan ane sisipkan liknya di trhead ini. sooo... tanpa berbasi - basi lagi. ayo kita menuju ke TKP
Spoiler for TKP:
SI POTENG JILID 8
Pagi yang cerah di lolo town, suara sahutan ayam mengiringi mentari yang perlahan mengkilau indah. Poteng baru saja terbangun dari tidurnya, “aku harus segera mandi dan bersiap-siap untuk hari pertamaku!”.
Beberapa kokok ayam kemudian, poteng telah selesai mematut penampilannya, di tanganya menempel jam tangan jadul, dia telah duduk tepat di atas sepeda onthel nya, siap mengayuh kencang untuk menyambut hari yang cerah. Secerah merek sabun cuci piring, sun light.
Setibanya di toko croti ia tersentak, matanya membelalak. Ia bertanya – tanya dalam hati “ kenapa toko ini begitu sepi?” matanya terpaku pada pintu toko yang masih di lilit rantai gembok.
“ apa jangan- jangan toko ini sudah bangkrut, atau mungkin toko ini sedang bersikap introvert, atau jangan – jangan ini bukan planet bumi?” pertanyaan aneh itu mengiang- ngiang di kepala si poteng.
Setelah tigapuluh menit poteng termangu menatap toko yang sepi itu tiba – tiba seorang gadis yang berseragam sama dengannya menyapa dari belakang, “apakah kamu menginap di toko ini ?”
“ohai patunia, kenapa kau terlambat datang?” tanya poteng
“bukan aku yang terlambat bego, kau datangnya terlalu cepat!”
“bukannya toko ini buka setiap pukul tujuh pagi?”
“iya kampret, dari zaman belanda toko ini selalu buka dari jam tujuh!”
“ini kan sudah pukul delapan, kenapa tokonya belum buka?”
“dasar kotoran sapi, ini baru pukul 6:45!”
“lantas mengapa di sini sudah pukul delapan?” tangan poteng menunjuk ke arah jam tangan yang di kenakkannya.
Dengan wajah yang memelas Patunia kemudian menjawab “ jam tangan kamu mati bego!”
Dengan polos dan senyum yang mengembang si poteng menjawab “wah kalau begitu sebaiknya aku segera memakamkan jam tangan ini!”
“dasar gila!” ungkap patunia sembari membuka gembok pintu toko tersebut. Kedua pegawai toko croti itu telah berada dalam ruang dapur,
“langkah pertama yang harus kau lakukan adalah menghapal resep roti ini!” tangan patunia memberikan selembar gulungan kertas pada poteng
“wah, ini sangat menyenangkan!” ungkap poteng dengan mata berbinar. Namun seketika raut wajahnya tercengang ketika gulungan kertas itu dia buka.
Panjang gulungan kertas resep itu mencapai duapuluh meter dengan detail resep roti sebanyak 59862 kata, Dengan bentuk tulisan cakar ayam.
tujuh ratus duapuluh detik kemudian, poteng telah mampu menghapalkan inti-inti dari resep roti di hadapan patunia.
“nah selanjutnya ini alat-alat yang kau butuhkan untuk membuat roti!” ucap patunia sambil menunjuk meja tempat pemanggangan roti.
“halo pemanggang yang sedikit berkarat, halo minyak nabati, halo kotak gandum, halo penjepit besi, halo serbet yang tak terpakai !” ucap poteng kepada alat-alat yang membisu itu.
“sekarang saatnya kau mulai memanggang roti !” seru patunia sedikit tegas. “aku akan kembali lagi mencicipi roti buatanmu, kalau butuh apa-apa tinggal teriak saja, aku berjaga di meja kasir!” lanjutnya.
Beberapa adonan kemudian, aroma harum dari roti mulai tercium hingga penjuru toko, sebentar lagi roti buatan poteng matang “patunia rotinya telah matang !” ucap poteng sambil mengantarkan roti dengan sebuah nampan ke tempat patunia yang sedang membetulkan kertas-kertas di meja kasir.
“ mana, sini aku coba roti buatanmu!” tangannya meraih roti di nampa yang di bawakan si poteng.
Seketika itu matanya berbinar, kunyahannya terhenti sejenak, kemudian berkata
“ Wow, apakah benar kau yang memanggang roti ini?”
“iya Roti Mantao original khas toko croti!”jawab poteng pelan.
“ wow, kamu tahu seperti apa rasa roti ini?” tanya Patunia.
“aku belum mencobanya.” Ucap poteng.
“ roti ini rasanya seperti tepung terigu yang di olesi minyak zaitun , bertabur biji wijen yang kemudian kau beraki. Rasanya sangat menjijikkan, membuat lidahku melepuh. Ini menghina indra pengecapku!” seru patunia matanya melotot kemudian memuntahkan kembali roti yang telah di kunyahnya. si poteng hanya tersipu malu sambil menggaruk-garuk kepala melihat reaksi patunia.
“hari ini kau belum bisa mulai bekerja, teruslah latihan, kau harus mempelajari resep roti mantao itu dengan sangat baik, mengerti !” ungkap patunia, nada suaranya meninggi.
“iya siap laksanakan my Queen !” jawab si poteng sebelum kembali ke dapur.
Beberapa waktu kemudian, di tengah waktu si Poteng sedang bergulat dengan resep yang harus di pelajarinya.
Pak Couplis datang, setelah mengetuk pintu dapur pria gemuk itu berkata “hey Nak, bagaimana, apa kau sudah bisa membuat roti mantao ala toko croti?” tanya Pak Couplis.
Sambil mengaduk adonan roti Poteng berkata “tadi saya sudah membuat Roti mantao pak, namun rasanya tidak enak kata Patunia”
“memang tidak gampang untuk membuat roti mantao nak, kita harus menaburkan bubuk-bubuk cinta di dalam adnan roti itu, harus memperlakukannya seperti istrimu sendiri!” lanjut pak Couplis.
“tapi aku belum punya istri pak, apakah aku harus menikah dengan roti ini terlebih dahulu?” tanya Poteng, sambil membersihkan wajahnya yang terkena tepung,
“ya memang benar nak, kamu harus menikah dengan roti itu terlebih dahulu, sebaiknya bergegaslah panggang rotinya kemudian setelah matang kita langsungkan pernikahanmu dengan roti itu!” seru pak couplis
Dengan wajah berseri-seri poteng menjawab “wah ide yang cemerlang, aku sudah tidak sabar untuk menikah dengan roti ini”
Beberapa waktu kemudian, Poteng memasuki berjalan memasuki ruangan pak couplis sambil membawa sebuah roti di atas nampan.
“rotinya sudah jadi pak!” seru Poteng, senyumnya mengembang. Pak Couplis yang sedang membaca koran sejak tadi menghentikan kegiatannya
“roti mantao selalu terlihat seksi ketika baru diangkat dari panggangan” ucap pak Couplis, matanya tertuju pada roti yang masih sedikit mengeluarkan asap itu.
“sekarang apa yang harus aku lakukan pak?” tanya Poteng. “pertama – tama kau harus membersihkan dirimu terlebih dahulu, mandi dengan air kembang tujuh rupa kemudian ganti pakaianmu dengan jas pernikahan.
“tapi aku tidak memilikinya pak!” ungkap Poteng.
“kau tidak perlu memikirkan itu, saya sudah menyiapkannya jauh sebelum kamu lahir di bumi ini, mandilah di kamar mandi pribadiku, disana kau akan menemukan semua kebutuhannmu”
“siap pak, saya akan melakukannya sekarang!” jawab poteng sebelum melangkah.
Beberapa gosokan sabun kemudian...
Poteng mematut penampilannya, tangannya merapihkan kerah jas berwarna hitam yang di kenakannya di depan cermin bulat besar.
“aku harus terlihat sempurna di hari pernikahanku !” ucap poteng penuh semangat.
“jangan sampai kau melupakan menggunakan dasi kupu – kupu itu nak!” suara pak Couplis yang muncul tiba – tiba membuat poteng tersentak.
“kenapa bapak bisa masuk ke kamar mandi ini, bapak masuk lewat mana ?” tanya poteng, setengah kaget.
“ini kan kamar mandi pribadi milikku, tentu saja aku tahu caranya untuk menyusup tanpa ada sesiapapun yang tau hahaha” ungkap pak Couplis sambil tertawa terbahak - bahak kemudian keluar lagi dari ruangan tersebut.
Beberapa kilapan minyak rambut kemudian...
Toko Croti telah berubah, dekorasinya sudah mirip dengan gedung pernikahan saat itu. rangkaian bunga di sudut – sudut ruangan, ucapan selamat datang, dan kue tart yang besar di panggung utama. Semuanya terlihat megah.
Tibalah saatnya untuk poteng merayakan pernikahannya dengan mempelainya yang terbuat dari adonan tepung terigu, ya Roti Mantao.
Dengan di saksikan tamu undangan yang terbilang cukup banyak, kira –kira sekitar 4 orang. Pesta pernikahan itu terlihat sangat menggembirakan.
Pesta tersebut di hadiri oleh, Patunia, pak couplis dan satu orang bekas penggali kubur yang di sewa pak Couplis untuk menjadi seorang penghulu.
Tibalah saatnya pasangan pernikahan saling mengikat janji suci Dengan di pandu oleh penghulu berwajah kusam itu.
“dengan ini saya nikahkan engkau, poteng bin salabim dengan seonggok roti mantao dengan seperangkat alat panggang di bayar hutang” kata si penghulu.
Dengan penuh percaya diri poteng menjawab “saya terima nikahnya roti mantao dengan seperangkat alat panggang di bayar hutang”
“bagaimana para saksi, sah?” lanjut pak penghulu berambut gimbal itu.
“sah !” ucap pak Couplis sambil tersenyum bangga. Ucapan itu Kemudian di ikuti oleh patunia dengan wajah memelas sedang sibuk membersihkan lantai dengan kain pel.
Hari itu di isi dengan perayaan pesta pernikahan yang sangat meriah... Tidak ada satupun tamu yang memakan hidangan yang di sediakan. padahal Disana tersedia beraneka macam roti.
“mengapa tamu undangan belum memenuhi toko ini Patunia?” tanya pak Couplis
Dengan santai patunia menjawab “undangannya sudah saya sebar pak, tuh di sana!” tangannya menunjuk kearah halaman luar toko, disana terlihat puluhan undangan pernikahan yang berserakan.
“wah kau memang pegawaiku yang sangat rajin Patunia, terimakasih atas pertolongannmu!”
Spoiler for sumur:
selaput otak poteng. isinya ga ada.
Diubah oleh rahmata.p 23-05-2019 23:22


anasabila memberi reputasi
1
410
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan