Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ashibnuAvatar border
TS
ashibnu
Seorang Shaleh Yang Menemukan Jalannya Kembali
Seorang Shaleh Yang Menemukan Jalannya Kembali


Quote:



Mustofa, pria yang selalu terlihat di masjid setiap harinya. Dia adalah pemuda yang rajin melaksanakan ibadah sholat lima waktu dan selalu berjamaah di masjid. Karena baginya, sholat adalah tiang agama yang harus didirikan. Dengan memakai baju koko dan mengenakan sarung serta kopiah putih, dia sangat mencolok diantara para jamaah yang lain. Tofa begitu dia sering disapa oleh orang. Selalu berpenampilan layaknya seorang santri dengan senyum dan wajah yang teduh, menjawab setiap sapaan orang yang dia lewati.

Selain rajin beribadah ke masjid Tofa juga dikenal sebagai pemuda yang haus akan ilmu agama. Dia banyak mengikuti pengajian yang membahas tentang berbagai macam cabang ilmu agama. Berbagai pengajian yang dipimpin oleh Kyai, Ustadz, Habib dan para mubaligh selalu dia hadiri. Dia juga pandai dalam membaca Al-Qur’an. Memang Tofa tidak pernah masuk pesantren tetapi semangatnya untuk mendalami agama sangat besar.

Kajian agama yang sering dihadiri dan disukainya ketika pengajian itu dipimpin oleh Ustadz Nimzar. Tofa suka menghadiri pengajian Ustadz Nimzar karena dirinya merasa materi yang dikaji sangat pas dengan keadaannya. Mustofa lahir dari keluarga miskin, orangtuanya tidak mengetahui agama dengan sangat baik. Baginya Ustadz Nimzar seperti mengerti dan merasakan bagaimana kehidupannya.

Pengajian Ustadz Nimzar diselenggarakan di Mushola di Desa tempat tinggal Mustofa. Pengajian itu diadakan oleh ormas agama yang berada di desanya. Ada 4 ustadz yang menjadi pemateri dalam pengajian itu. Pengajian diadakan setiap hari Jum'at, Selasa, Rabu dan Kamis. Ustadz Nimzar mengisi pengajian setiap hari Rabu, kadang Ustadz Nimzar juga menggantikan Ustadz yang tidak bisa mengisi untuk hari Jum'at, Selasa dan Kamis.

Setiap kali ada Ustadz yang berhalangan untuk mengisi pengajian, Ustadz Nimzar sudi untuk menggantikan Ustadz tersebut. Tofa adalah salah satu orang yang mengajukan Ustadz Nimzar sebagai pengganti. Untuk menjemput dan menghubungi Ustadz Nimzar, Tofa selalu bersemangat untuk melakukannya. Dengan mengendarai sepeda motor miliknya, Tofa langsung memacu sepeda motor dengan cepat agar pengajian bisa berlangsung dengan diisi oleh Ustadz Nimzar.

Memang banyak yang bilang bahwa Ustadz Nimzar adalah orang yang bersahaja. Pembawaannya santai, tidak pernah terlihat marah ketika sedang mengisi pengajian, juga dia tidak suka melucu seperti Ustadz yang lain. Dengan mengendarai sepeda motor, memakai pakaian yang sederhana mengisi pengajian dengan ciri khasnya yang santai tetapi serius.

Wajah Ustadz Nimzar sangat kebapakan mesti umur beliau masih muda. Berkulit putih langsat dengan jenggot tipis disekeliling wajah, beliau adalah seorang Ustadz yang melaksanakan ajaran agama dengan baik. Beliau suka menyampaikan materi tentang kesabaran, keimanan, dan materi muamalat seperti riba dan utang piutang.

Tofa sepertinya sangat mengidolakan Ustadz Nimzar. Ketika Ustadz Nimzar menumbuhkan jenggot, Tofapun juga mengikutinya dengan menumbuhkan jenggot. Ketika kopiah Ustadz Nimzar ganti, Tofa juga mengganti kopiahnya dengan merk yang sama. Setelah selesai pengajian Tofa selalu paling pertama untuk menjabat dan mencium tangan Ustadz Nimzar.

Suatu hari Ustadz Nimzar datang terlambat dan beliau menaiki sepeda. Tidak seperti biasanya karena beliau selalu mengendarai sepeda motor miliknya.



Quote:


Sudah beberapa hari Ustadz Nimzar selalu berangkat pengajian menaiki sepeda. Para jamaah memperhatikan Ustadz Nimzar ada banyak perubahan, mulai dari penampilan dan dari wajahnya beliau terlihat mempunyai sebuah masalah. Badannya menjadi kurus dan kulitnya agak kecoklatan. Dari tatapan mata dan raut mukanya terlihat kosong dan pucat.

Mustofa segera ingin mengetahui apa sebenarnya masalah yang dialami oleh Ustadz Nimzar. Setelah bertanya secara pribadi dan dengan sedikit memaksa, Tofa mengetahui masalah yang dihadapi Ustadz Nimzar. Dari penuturan Ustadz Nimzar bahwa Ibu beliau mengalami sakit dan harus dirawat di rumah sakit karena membutuhkan biaya, beliau terpaksa menjual sepeda motor dan barang – barang yang ada di rumahnya. Mendengar cerita dari Ustadz Nimzar, Tofa akhirnya merelakan sepeda motornya untuk dipinjam sementara oleh Ustadz Nimzar.

Setelah beberapa hari berangkat ke pengajian menggunakan sepeda motor milik Tofa. Ustadz Nimzar ingin berhenti mengisi pengajian selama sebulan, kata beliau penyakit ibunya semakin parah jadi beliau ingin merawat ibunya dan tidak mengisi pengajian sementara waktu sampai kondisi ibunya membaik. Tofa tetap memberikan bantuan dengan meminjamkan sepeda motor satu-satunya miliknya untuk aktifitas Ustadz Nimzar.

Seminggu pengajian berjalan tanpa diisi oleh Ustadz Nimzar. Para jamaah lebih menyukai pengajian Ustadz Nimzar. Dua minggu dan tiga minggu pun berlalu para jamaah yang hadir di pengajian mulai berkurang karena pemateri tidak mereka sukai. Setelah hampir sebulan para jamaah mulai ramai kembali mengikuti pengajian karena Ustadz yang mereka sukai akan mengisi pengajian lagi. Tetapi tidak ada tanda – tanda kedatangan Ustadz Nimzar. Para jamaah berpikir mungkin Ustdaz Nimzar membutuhkan waktu lebih banyak untuk mengurus ibunya.

Setelah tiga bulan tidak ada kabar dari Ustadz Nimzar. Jamaah memutuskan untuk datang ke rumah Ustadz Nimzar. Banyak diantara mereka yang ingin membantu beliau. Tofa juga menjadi semakin tidak tenang dengan apa yang terjadi pada Ustadz Nimzar. Akhirnya para jamaah memutuskan untuk mengutus beberapa orang, termasuk Tofa untuk menengok Ustadz Nimzar di kediamannya. Tiba di rumah Ustadz Nimzar, jamaah dikagetkan dengan kondisi rumah yang sepi tak terawat dan kosong seperti sudah beberapa bulan tidak dihuni.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang Ustadz Nimzar akhirnya salah satu jamaah memberanikan diri bertanya pada tetangga.



Quote:


Ibu itu pun menjelaskan lebih lengkap tentang siapa sebenarnya Nimzar tersebut. Sepengetahuan ibu tersebut bahwa dirinya tidak mengetahui rumah itu dihuni oleh seorang Ustadz. Ibu itu hanya mengetahui bahwa Nimzar adalah seorang pendatang di desa itu. Dia juga tidak melihat ada orang lain yang tinggal di rumah itu. Hanya seorang laki – laki yang tinggal sendirian di rumah itu. Ibu itu melanjutkan pembicaraannya dengan menyebut bahwa penghuni rumah sering didatangi oleh dept collector. Kadang juga terjadi keributan si pemilik rumah dan seorang penagih hutang.

Para jamaah yang gagal menemui Ustadz Nimzar malah mendapatkan kenyataan yang mengagetkan dari sosok seorang Ustadz pujaan mereka. Kabar miring mulai berhembus diantara para jamaah pengajian. Banyak yang menyangkutpautkan Ustadz Nimzar sebagai seorang narapidana, adapula yang menyebut bahwa Ustadz Nimzar adalah penjudi. Keimanan seorang Mustofa mulai diuji karena dirinya adalah orang yang paling memuja dan memuji Ustadz Nimzar. Celaaan dan Hinaan mulai mendatangi Tofa. Dirinya juga memikirkan tentang kendaraan yang dipinjamkannya kepada Ustadz Nimzar. Orang tua Tofa juga mulai tersulut oleh panasnya fitnah terhadap anaknya.

Tofa menjadi bimbang tidak karuan dirinya mulai jarang menampakkan diri di masjid dan majelis pengajian yang biasa dihadirinya. Meresa malu dan tertipu, itu yang dirasakan oleh Tofa. Sedikit demi sedikit Tofa mulai jauh dari agama. Keimanannya semakin terkikis dan menjadi tipis. Tofa mulai terjerumus ke dalam lembah setan dengan mengenal alkohol dan narkoba. Setiap harinya dijalani dengan menenggak minuman keras dan membiarkan dirinya dalam kehinaaan. Perintah agama yang dulu dia cari dan dia dambakan mulai dia abaikan sendiri. Beberapa tahun Tofa hidup dengan tidak sehat, imannya juga dibiarkan menjauh dari agama dan Tuhan.

Sampai suatu hari dirinya mengalami sakit perut yang hebat, muntah darah dan pingsan. Segera Tofa dilarikan ke rumah sakit oleh keluarga dan kerabat dekatnya. Dari hasil pemeriksaan dokter, Tofa didiagnosa mengalami kerusakan organ hati dan lambung. Dalam benaknya Tofa merasa bersalah karena membiarkan raga yang diamanatkan oleh Tuhan dirusak oleh dirinya sendiri. Tofa merasa malu pada Tuhan, berdo’apun dirinya seperti tidak layak.

Beberapa teman dan orang terdekat Tofa mulai menjenguknya. Banyak yang memberikan semangat kepada Tofa agar tidak putus asa. Salah satunya adalah seorang Ustadz dari pengajian yang dulunya dihadiri oleh Tofa. Ustadz itu berkata kepada Tofa agar mempertimbangkan hidupnya dan kembali kepada apa yang diinginkan Tofa dalam menjalani hidupnya. Sebuah kalimat dari Ustadz tersebut membekas dan menerangi qolbu Mustofa.

Quote:



Sumber : Pikiran Pribadi
Diubah oleh ashibnu 21-06-2019 08:58
0
643
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan