Kaskus

Hobby

santohAvatar border
TS
santoh
JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN: 1. PANDANGAN BENAR
Yang pertama adalah pandangan benar.

Buddha berkata: Lihatlah sesuatunya tanpa pendapat apa pun, jika tidak, engkau tidak pernah melihat kenyataan. Lihatlah sesuatunya tanpa filsafat apa pun, tanpa prasangka apa pun, tanpa dogma, kepercayaan, kitab suci apa pun. Lihatlah saja. Lihatlah sesuatunya sebagaimana adanya. Jadilah nyata/berdasarkan fakta; jangan menciptakan khayalan/fiksi. Jika engkau sedang mencari sesuatu dengan prasangka, engkau akan menemukannya - itulah masalahnya. Jika engkau sudah penuh dengan satu kepercayaan engkau akan menemukannya karena pikiran itu begitu kreatif, begitu imajinatif, sehingga ia mampu melakukan auto-hipnosis, bahwa apa pun yang ia percayai bisa ia ciptakan. Buddha berkata: Pergilah ke kenyataan tanpa kepercayaan (belief) apa pun. Kepercayaan adalah penghalangnya.

Engkau pasti sudah pernah mengamatinya.

Jika engkau terlahir sebagai orang Hindu - itu berarti jika engkau dikondisikan dari masa kecilmu oleh umat Hindu - itu berarti engkau adalah korban agama Hindu. Dan hal yang sama berlaku untuk orang-orang Islam dan Kristen, Yahudi, Jaina, komunis: keseluruhan umat manusia adalah korban dari aliran ini atau itu, dari prasangka ini atau itu, dari kepercayaan ini atau itu. Jika engkau terlahir sebagai seorang Hindu, telah dikondisikan dalam dogma-dogma tertentu, dan engkau mulai bermeditasi, engkau akan mulai mendapat penglihatan dari Krishna, Rama - itu tergantung pada apa yang telah diajarkan kepadamu, yang telah dipaksakan dan dipahat di dalam pikiranmu - tetapi Kristus tidak akan pernah datang kepadamu. Kristus datang kepada seorang umat Kristen, Buddha datang kepada seorang umat Buddha, Mahavira datang kepada seorang umat Jaina. Bagi seorang Jaina, Muhamad tidak pernah bisa datang; itu tidak mungkin. Bahkan untuk memahami ide itu tidak mungkin. Bahkan dalam mimpi, Muhamad tidak akan datang kepada umat Jaina. Apakah yang terjadi? Apakah para Buddha ini, Mahavira, Kristus, benar-benar datang? atau apakah kepercayaanmu sendiri yang menciptakannya?

Kepercayaanmu sendirilah yang menciptakannya.

Bagi seorang komunis, tidak ada seorang pun yang datang. Kepercayaannya adalah bahwa semua agama adalah omong kosong, candu bagi rakyat, racun berbahaya yang harus dibuang secepat mungkin - maka tidak ada seorang pun yang datang. Itu tergantung padamu. Jika engkau memiliki kepercayaan, kepercayaan itu sendiri menjadi satu mimpi; dan jika engkau sangat, sangat sensitif, menerima, mimpi itu bisa terlihat lebih nyata daripada kenyataan. Bahkan, ini terjadi setiap hari, bahkan pada orang-orang yang tidak religius. Engkau bermimpi di malam hari dan ketika engkau bermimpi, mimpi itu terlihat begitu nyata. Engkau telah bermimpi selama seluruh hidupmu dan setiap pagi engkau membatalkannya sebagai tidak nyata. Tetapi sekali lagi, malam berikutnya engkau bermimpi, dan dalam mimpi itu sekali lagi tampaknya nyata.

Kekuatan mental atas mimpi hidup berdasarkan keyakinan. Jika engkau memiliki kepercayaan yang kuat maka kekuatan mental atas mimpi akan bergabung dengan kepercayaan, menuangkan energinya ke dalam kepercayaan, membuat yang dipercaya menjadi kenyataan, dan engkau mulai memiliki penglihatan. Buddha tidak mendukung penglihatan apa pun - karena ia mengatakan: "Apa yang ada, tidak membutuhkan penglihatan. Ia hanya membutuhkan kejelasan untuk dilihat." Pikiranmu tidak perlu bermimpi, mimpi-mimpi besar dari para orang suci, surga dan neraka; ini semua adalah ciptaanmu sendiri.

Pandangan benar adalah: tidak memiliki prasangka, tidak memiliki kepercayaan, tidak memiliki pendapat apa pun. Sulit ... Jalan Buddha itu sulit; dia menuntut terlalu banyak. Tampaknya hampir menjadi prestasi manusia super. Tetapi itu mungkin - dan itulah satu-satunya jalan menuju kebenaran.

Jika engkau memiliki pendapat apa pun, engkau akan memaksakan pendapatmu tentang kebenaran. Engkau melakukannya setiap hari. Jika engkau datang kepadaku dengan pendapat bahwa pria ini baik, engkau akan yakin bahwa pria ini baik; jika engkau datang dengan pendapat bahwa pria ini buruk. Engkau akan yakin bahwa pria ini buruk. Keyakinanmu akan selalu menemukan apa yang ingin ditemukannya. Kepercayaan itu sangat selektif....

Itu tergantung pada bagaimana engkau melihat sesuatunya. Engkau bisa melihat hal yang sama, dan engkau mungkin tidak sedang melihat hal yang sama. Jika engkau sedang mendengarkan aku dalam kepercayaan, engkau mendengarkan secara berbeda. Jika engkau mendengarkan aku dengan tidak percaya, engkau mendengarkan aku secara berbeda.

Jika engkau mendengarkan sebagai seorang murid, engkau mendengarkan secara berbeda. Jika engkau mendengarkan hanya sebagai orang luar, pengunjung – hanya sambil lalu, engkau telah datang dengan seorang teman - engkau mendengarkan secara berbeda. Apa yang aku katakan adalah sama, tetapi bagaimana engkau menafsirkannya akan tergantung padamu.

Mendengarkan yang benar adalah bahwa engkau mendengarkan tidak sebagai siapa pun: tidak mendukung atau melawan, tanpa prasangka - hanya mendengarkan. Jika engkau bisa melihat sesuatunya tanpa gagasan apa pun di dalam pikiran, maka Buddha mengatakan itu adalah pandangan benar.

Pandangan benar tidak membutuhkan konsep. Itulah mengapa Buddha berkata: Jangan bertanya padaku pertanyaan teoretis apa pun. Dia tidak mengatakan apa pun tentang Tuhan - bukan berarti bahwa Tuhan tidak ada. Dia tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu karena tidak ada gunanya untuk membuat teori.

Dia mencoba membuka matamu untuknya. Dia mengatakan: Untuk mengetahui kebenaran, engkau membutuhkan mata - sama seperti engkau tidak bisa mengajari seorang buta seperti apakah cahaya itu, bagaimana pun engkau mencobanya. Engkau tidak bisa mengajarkan orang buta apa pun tentang cahaya. Tentu saja, engkau bisa mengajarkan sebanyak yang engkau mau dan ia bisa mempelajari semua informasi yang engkau berikan kepadanya, tetapi tetap saja, dalam kenyataannya, ia tidak akan bisa memahami apakah cahaya itu. Dia tidak bisa menerimanya.

Pernah terjadi:

Seorang pria buta dibawa kepada Buddha. Buddha sedang melewati desa, dan penduduk desa sudah lelah dengan orang buta itu karena dia sangat logis dan sangat filosofis. Ia begitu penuh argumen sehingga ia biasa membuktikan bahwa cahaya itu tidak ada ... Ia akan berkata, "Engkau hanya perlu membawanya, aku ingin menyentuhnya”; atau “Engkau bawalah cahaya itu sehingga aku bisa mencicipinya”; atau “Engkau bawalah, setidaknya biarkan aku membauinya”; atau “Engkau bawalah dan pukullah seperti drum sehingga aku bisa mendengarnya."

Tentu saja, engkau tidak bisa memukul cahaya seperti drum, dan engkau tidak bisa mencicipinya, dan engkau tidak bisa membauinya, dan engkau tidak bisa menyentuhnya. Orang buta itu akan tertawa, tertawa dengan kemenangan, dan dia akan berkata, "Engkau bodoh! Engkau mencoba membuktikan sesuatu kepadaku yang tidak ada. Aku punya empat indra. Buktikanlah itu! Aku siap, aku terbuka."

Mereka tidak bisa membuktikannya, sehingga orang buta itu mulai berpikir bahwa mereka hanya mencoba untuk menipunya tentang cahaya ini: "Seluruh urusannya hanyalah satu penipuan, kecurangan. Bahkan, mereka ingin membuktikan bahwa aku buta. Mereka menghinaku. Aku tidak buta, karena cahaya tidak ada. Jadi apa gunanya? Jika cahaya tidak ada, mata tidak perlu ada. Mata hanyalah sebuah khayalan."

Dia akan berkata, "Engkau semua buta, tetapi engkau bermimpi tentang sesuatu yang tidak ada."

Mereka membawa pria itu kepada Buddha, dan Buddha berkata, "Jangan bawa dia kepadaku. Aku kenal seorang dokter - karena dia tidak membutuhkan keyakinan, dia membutuhkan penglihatan cahaya. Dia butuh mata. Ia membutuhkan perawatan, ia tidak membutuhkan teori tentang hal itu. Tapi aku kenal seorang dokter." Buddha memiliki seorang dokter yang cakap dan sangat terpelajar. Dia diberikan kepadanya oleh seorang raja, untuk menjaga tubuh Buddha. Orang buta itu dibawa ke dokter.

Dia mengobatinya, dan dalam enam bulan dia bisa melihat.

Pada saat itu Buddha telah pindah ke kota lain. Pria itu datang berlari dan menari; dia sangat gembira. Dia jatuh di kaki Buddha dan dia berkata, "Engkau telah meyakinkan aku."

Buddha berkata, "Jangan bicara omong kosong. Aku belum melakukan apa pun. Matamu telah meyakinkanmu, dan tidak ada cara lain."

Buddha pernah berkata: Aku bukan seorang filsuf, aku seorang dokter. Aku ingin mengobati mata batinmu, dan langkah pertama adalah pandangan benar. 'Pandangan benar' sesungguhnya berarti: pikiran tanpa pandangan. Jika engkau memiliki pandangan apa pun, itu adalah pandangan yang salah. Jika engkau tidak memiliki pandangan apa pun, maka engkau hanya terbuka, jernih. Maka jendelamu benar-benar terbuka, engkau tidak memiliki halangan apa pun; apa pun yang tersedia, engkau akan bisa melihatnya. Buddha tidak pernah mengatakan apa pun tentang apa yang akan engkau lihat; dia hanya berbicara tentang bagaimana mengobati kebutaanmu, bagaimana caranya keluar dari kebutaanmu.

Anak Mulla Nasrudin, yang mempelajari ilmu politik, bertanya kepada ayahnya, "Ayah, apakah seorang pengkhianat dalam politik?"

"Setiap orang yang meninggalkan partai kita," kata Mulla, "dan pergi ke partai yang lain, adalah pengkhianat."

"Nah, bagaimana dengan pria yang meninggalkan partainya dan menyebrang ke partaimu?" tanya pria muda itu.

"Dia akan menjadi mualaf/petobat, Nak," kata Nasrudin, "seorang petobat sejati."

Sekarang, ketika seseorang pergi dari partaimu ke partai lain, ia adalah seorang pengkhianat, dan ketika seseorang datang dari partai lain ke partaimu, ia adalah seorang petobat. Ketika seorang Hindu menjadi seorang Kristen, bagi orang Hindu dia adalah seorang pengkhianat, bagi orang Kristen dia adalah seorang petobat; dan ketika seorang Kristen menjadi seorang Hindu, mereka menyambutnya: pemahamannya kembali, dia telah menyadari apakah kebenaran itu. Tetapi bagi orang Kristen, dia adalah pengkhianat.

Jika engkau hidup dengan pandangan, engkau tidak bisa melihat kebenaran dari apa pun juga. Pandanganmu selalu datang sebagai penghalang. Ia menghalangi, ia memutarbalikkan, ia tidak membiarkanmu untuk melihat sesuatunya sebagaimana adanya. Dan Tuhan adalah Ia yang ada. Untuk mengetahui yang sebenarnya engkau tidak perlu memiliki pandangan. Bahkan, jika engkau benar-benar ingin mengetahui yang sebenarnya, engkau harus menjatuhkan pandangan. Itu adalah penolakan pertama yang diajarkan Buddha: Jatuhkan semua pandangan, dan pandangan benar akan muncul. Semua pandangan adalah pandangan salah. Hindu, Kristen, Buddhis: semua pandangan adalah pandangan salah.

Seorang manusia tanpa pandangan, seorang manusia tanpa opini, seorang manusia dengan tanpa satu pikiran pun untuk melekat, seorang manusia yang hanya cermin, mencerminkan kenyataan.

Seorang wanita mendengar pengkhotbah membaca sepuluh perintah Allah, dan setelah setiap perintah dia bergabung dengan seluruh hadirin untuk berteriak, "Amin!" Ketika pengkhotbah sampai pada perintah: Jangan berzinah, dia berkata, "Sekarang dia mulai ikut campur."

Sesuatu tampaknya benar sampai ia tidak sesuai denganmu - seolah-olah engkau adalah batu ujian kebenaran, seolah-olah engkau adalah kriteria kebenaran. Di saat hal itu tidak sesuai denganmu maka hal itu salah. Ini adalah pendekatan yang salah, dan jika engkau memiliki pendekatan ini, engkau tidak akan pernah sampai pada apa yang nyata. Jika sesuatu yang tidak sesuai denganmu, jangan terburu-buru dalam menyelesaikan masalahnya - bahwa hal itu pasti salah karena tidak sesuai denganmu. Hal itu tidak perlu sesuai denganmu. Tuhan tidak memiliki kewajiban untuk menyesuaikan diri denganmu. Kenyataan tidak memiliki kewajiban untuk menyesuaikan denganmu. Jika itu tidak sesuai denganmu, maka orang yang memiliki pemahaman benar akan mengubah dirinya sendiri daripada menyangkal kenyataan.

Jadi kapan pun itu menyakitkan, kapan pun kenyataan menyakitkan, dan kapan pun engkau merasa bahwa engkau tidak sesuai, itu adalah engkau yang tidak sesuai, bukan kenyataan. Dan seseorang  yang tidak memiliki pandangan tidak akan pernah menemukan bahwa ada konflik antara dia dan kenyataan. Dia akan selalu sesuai dengan kenyataan dan kenyataan yang akan sesuai dengannya - seperti sarung tangan yang pas di tangan.

Inilah pandangan benar.

OSHO ~ The Discipline of Transcendental, Vol 4, Chpt 1
0
590
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan