Kaskus

Story

dellesologyAvatar border
TS
dellesology
Hijrahnya Seorang Wanita, Karena Cinta Seorang Pemulung
Hijrahnya Seorang Wanita, Karena Cinta Seorang Pemulung

Hijrahnya Seorang Wanita, Karena Cinta Seorang Pemulung
Sumber: google.com


Perkenalkan namaku Haira, saat ini aku seorang mahasiswa yang sejak kecil memang sudah sangat mandiri sejak umur 3 tahun aku sudah tinggal bersama nenek yang mengurusi hingga diusiaku 9 tahun. Mungkin saat nenek ku masih hidup bisa dibilang aku menjadi anak yang masih baik-baik saja belum mengenal apa itu perbuatan yang bisa dibilang dimata orang sangat hina. Ini bermula saat aku berumur 9 tahun saat itu tepat bulan Ramadhan tanpa sakit atau tanda apapun nenek yang selama ini merawat diriku pergi meninggalkan selamanya gadis kecil yang masih butuh kasih sayang dirinya sebagai pengganti seorang ibu.

Saat itu ibuku dan ayahku masih hidup tapi karena sudah lama tinggal bersama nenek dari kecil, Haira kecil jarang sekali untuk mau tinggal bersama ayah dan ibuku. Hingga selang 4 bulan nenek ku meninggal kembali aku merasa kehilangan seorang sosok yang ku sayangi, ya selang 4 bulan dari nenek ku meninggal ayahku di panggil oleh sang illahi. Mungkin dari sini gadis kecil yang lama kelamaan menjadi remaja berubah sikapnya. "Haira yang remaja tidak mengenal tuhan, tuhan itu gak adil disaat gadis kecil yang sedang tumbuh dan butuh kasih sayang dari seorang yang paling dia kasihi di ambil oleh tuhan". Mungkin itulah yang ku ucapkan di saat usiaku 17 Tahun.

Sampai saat usia 17 tahun diriku ini berubah sering mabok, ngerokok dan tidak pernah sholat bahkan melihat teman berhijabpun serasa dalam hati "Hello buat apa sih cewe pake hijab paling abis pulang sekolah dibuka lagi tuh jilbab". sampai masa-masa kelam ini ku masukki usia ke 21 tahun, saat ini ku bertemu dengan seorang pria yang mungkin bisa dibilang dialah pangeran yang dikirimkan tuhan untuk diriku sebagai pengganti sosok ayah. Pria ini bernama Sastra pria yang ku kenal sangat baik dan memiliki banyak mimpi yang mungkin bisa dibilang sama denganku. Sampai pada satu hari dia berkata 

"Haira kenapa sih kayanya lu ga pernah gue liat lu sholat dan kenapa juga lu ngeroko, ngeroko itu ga bagus ra". Ucapnya seraya menyeruput minumnya. 

"Ya gimana Sas gue kaya ginipun depresi gue berasa tuhan tuh ga adil Sas, buat apa gue sholat, kalau saat dulu gue percaya tuhan tapi dia ambil orang yang gue sayang dari hidup gue". Timpalku sambil menghisap satu putung rokok, 

"Ya Ra semua sudah takdir tuhan tuh mau nguji lu apa lu bisa tumbuh menjadi cewe kuat yang tahan banting disaat semua cewe manja-manjaan dengan orang yang dia sayang dengan ayahnya dan lu sendiri bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat Ra, lagi pula lu masih punya ibu yang bisa lu bagi cerita sama diakan". Jawab Sastra sambil menatap wajahku serius

Dan akupun hanya bisa mengangguk dalam hati bener juga apa yang dibilang Sastra, lalu Sastra bangkit dan mengajakku untuk ke masjid saat itu memang sedang istirahat untuk sholat dzuhur memang gue dan Sastra juga tidak sengaja bertemu saat itu ada acara bersama di kampus dan kebetulan Sastra dan aku satu divisi yang sama dalam satu acara. Aku kagum dengan sosok dia, kitapun makin intens setelah acara selesai sampai akhirnya akupun menyukainya, sampai akupun memendam rasa pada Sastra.

Lama-kelamaan Sastra mengajak gue untuk berhenti ngerokok dan menyuruhku untuk mengenal lagi dengan tuhan yang selama ini gue tinggal setelah beberapa lama, sampai pada satu hari, kepercayaan aku terhadap keberadaan tuhanpun kembali diuji disaat aku tahu bahwa Sastra ternyata sedang dekat dan mencoba bertaaruf dengan seorang teman satu kelas denganku, dan saat mengetahui hal itu saat bertemu dengan Sastra aku mencoba menjauh sampai pada akhirnya di satu kesempatan Sastra menegur dan berbicara saat aku sedang dikantin.

"Ra lu kenapa sih kok kayanya menjauh dari gue", tanya Sastra dengan mimik wajah penasaran.

"Tidak apa-apa Sas, udah ya gue mau kelas dulu nih, lagi pula bukannya lu udah mau ta'aruf sama Ghina ya, ngapain lu deketin gue lagi, gue takut nanti orang berfikir yang aneh-aneh", sambil berdiri akupun mulai meninggalkan Sastra sambil sedikit menitikan air mata.

Sampai disatu malam Sastra mengirimkanku pesan yang berbunyi.

"Hei Haira kenapa sih lu ngerokok lagi kenapa lu ga percaya lagi tuhan atau lu lagi kecewa dan merasa tuhan ga berpihak kepada lu ra?, Ra gue udah tau dari Yumna dia bilang kalau selama ini lu nyimpan rasa sama gue, Ra maaf gue gatau Ra, gue kira lu gak bakal respon gue kalau nanti gue ngajak lu ta'aruf, Ra jujur gue seneng saat lu perlahan-lahan udah bisa berubah Ra, tapi yakin gue bakal doain lu sebagi sahabat agar lu dapat jodoh yang lebih baik dari gue asal lu mau perbaiki diri lu stop buat ngeroko lagi Ra gue mohon, dan balik lagi ke Haira yang gue kenal yang mulai sholat dan berbuat baik lagi seperti biasnya."

Melihat pesan itu akupun langsung meneteskan air mata hingga aku keluar saat itu kebetulan jam-jam ingin isya kemudian disaat bersamaan aku melihat seorang nenek pemulung yang sedang mengais sampah didekat pedagang dengan kondisi tubuh yang memiliki kekurangan, sampai akhirnya ku ajak nenek itu untuk duduk bersamaku untuk ku belikan makan dan makan besama denganku, kebetulan aku sedang menghibur diriku disekitar pusat jajanan di dekat masjid raya.

Saat makanan selesai dan pas saat adzan berkumandang "Neng nenek ngucapin terimakasih baik banget hati neng sudah canti semoga Allah ganti rezeki neng dengan rezeki yang lebih besar dan apa yang neng mau terwujud". Ucap nenek tersebut sambil tersenyum padaku".

sampai saat itu ku masih ingat apa iya tuhan akan kasih aku hal yang lebih, bukannya selama ini tuhan telah mengecewakanku, ketika ku kira Sastra yang berhasil mengajakku hijrah dari keburukan menjadi kebaikkan pergi meninggalkanku dengan berta'aruf dengan teman kelasku sendiri, apa iya tuhan akan memberikan rezeki dan kebahagian yang lain.

Setelah itu dengan jalan yang sudah melambat nenek itu ku lihat masuk ke dalam masjid raya lalu karena iba ku bantu nenek itu sampai masuk ke masjid raya.

"makasih ya neng, udah bantuin nenek lagi, neng ga sholat apa lagi halangan?". tanya sang nenek sambil memandangku dengan penuh kasih.

"Oh iya nek ini lagi nungguin nenek wudhu", lalu terpaksa kuambil wudhu dan sholat bersama dengan sang nenek.

Setelah selesai sholat ku penasaran dan ku tanya dengan nenek pemulung itu.

"Nek kenapa nenek masih mau ibadah padahal kondisi nenek sekarang seperti ini nenek masih bisa beribadah pada Allah,, bukankah dengan kondisi seperti ini Allah tidak adil dengan nenek?". tanyaku sambil menatap wajah lelah sang nenek pemulung itu.

"Neng seberapapun dan bagaimanapun yang tuhan berikan kita harus syukuri, kondisi nenek kaya gini nenek masih bersyukur bahwa Allah masih kasih kesempatan nenek untuk bernafas dan merasakan nikmat yang Allah kasih ke nenek, Allah itu maha adil neng kadang kita saja manusia yang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang sudah Allah berikan, hanya karena satu masalah kita menganggap Allah ga adil." Jawab nenek tersebut sambil memegang wajahku.

"Saat itu ku menitikkan air mata, bahkan dalam hati kecilku berkata, "apa yang dikatakan nenek ini ada benarnya, mungkin selama ini aku yang ga bisa melihat nikmat yang banyak dan hanya melihat satu kejadian buruk yang membuat aku menajadi orang yang kufur akan nikmatnya".

Selesai nenek tersebut berkata seperti itu langsung ku menangis dan memeluk erat sang nenek, ternyata aku tersadarkan oleh seseorang yang selalu bersyukur walau hidupnya serba kekurangan tapi dia tidak kufur akan nikamat yang sudah Allah berikan. Sejak keesokkannya ku mulai kembali memohon ampun dan mulai merajut hidup baru sebagai peribadi yang baik dan bertaubat dengan sebenarnya, dan dalam hati terkadang malu apa yang sudah diperbuat membuat diriku kufur dari nikmat Allah.


Spoiler for Referensi:



0
711
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan