Kaskus

Story

zeref162534Avatar border
TS
zeref162534
Bidadari Penunjuk Jalan (Hijrah)
Bidadari Penunjuk Jalan (Hijrah)

Namaku adalah Rehan. Aku adalah orang yang gagal. Entah sejak kapan aku jadi gak jelas begini. Diumurku yang sudah 28 tahun tapi masih berkeliaran di jalan.....

Sebelumnya aku adalah seorang buruh pabrik. Tubuhku cukup tinggi, namun aku tidak begitu gemuk. Kulitku sawo matang... Biasa... Kulit anak kampung. Aku di sini hidup sendiri karena sedang merantau. Namun karena krisis ekonomi di negara ini, pabrik yang sebelunya tempatku bergantung telah bangkrut. Dengan terpaksa seluruh kariawannya dirumahkan.

Meskipun begitu aku tetap berfikir positif dan memikirkan masa depanku. Kusimpan uang pesangonku untuk membiayai hari hariku selama mencari pekerjaan. Namun inilah kenyataanya, sudah 2 minggu lebih aku masih tetap belum menemukan pekerjaan. Karena memang keadaan di negara ini sedang kacau. Dan pemecatan buruh terjadi dimana mana. Tapi aku tidak menyerah dan pulang kampung, karena bagiku pantang untuk pulang sebelum banyak uang.

Setelah itu aku memutuskan untuk berjualan es kopyor. Jualan es kopyor ini ternyata cukup memakan modal. Gerobaknya saja hampir 2 juta. Belum lagi modal harianya untuk beli isinya.

Dihari pertama aku hanya mendapat 2 pelanggan. Jujur, berjualan ini benar benar menguji mental. Seharian duduk di penggir jalan namun hanya itu yang aku dapatkan di hari pertama.

Aku berjualan dan terus berjualan hingga hampir sebulan. Namun kenyataanya, es yang ku jual tidak pernah terjual habis, bahkan separuh pun sulit. Pernah ada seorang wanita yang membeli cukup banyak yaitu 12 bungkus, namun dia tidak pernah kembali untuk membeli lagi... Biasanya es yang kujual hanya terjual 7 bungkus saja. Entah memang negara ini benar benar telah jatuh kedalam krisis besar. Atau memang aku yang sial. Setelah itu aku mulai memutar otak untuk mencari solusi apa yang harus aku lakukan selanjutnya sambil berjualan es.

Meskipun begitu, aku telah memiliki pelanggan tetap. Mereka adalah 2 orang pengamen yang mengamen di lampu merah 150 meter dari tempatku jualan. Mereka sering nongkrong di sini dan memberiku semangat. Sesekali kita bernyayi di sini dan menghilangkan suntuk dan rasa putus asa yang telah membebaniku berhari hari.

Hari hari semakin berlalu. Bukannya untung tapi malah rugi aku membuka es kopyor ini. Akhirnya aku mengeluh di depan para pengamen yang sekarang ini telah menjadi teman baikku.

Quote:


Menanggapi pertanyaanya, aku hanya mengangguk. Aku juga menanyakan beberapa pekerjaan kepada mereka.

Seperti biasa besoknya aku jualan. Dan seperti biasa kedua pengamen ini datang dan nongkrong di gerobak sederhanaku. Namun ada sesuatu yang berbeda. Yaitu mereka menawariku pekerjaan lain selain jualan es ini.

Quote:


Ternyata mengamen itu cukup melelahkan. Rute pertama kita mengamen adalah di lampu merah hingga sore hari. Mengamen di lampu merah ini kadang enak kadang enggak. Soalnya kadang kadang ada satu truk Satpol PP yang tiba tiba dateng dan bikin rusuh.

Sedang  pada malam harinya kita ngamen di warkop trotoar pinggir jalan. Kurang lebih sampai jam 10 malam. Ngamen di warkop itu enak. Kadang ada yang reques, kadang ada juga cowok yang lagi pacaran terus gengsi didepan pacarnya akhirnya ngasih uang gede. Pokoknya ngamen siang itu buat makan rokok dll dan ngamen malam ini buat uang hasil kerja.

Selama mengamen, aku tetap tinggal di kos kosan lamaku. Hingga tak terasa sudah berminggu minggu, bahkan berbulan bulan aku mengamen. Suatu hari salah satu pengamen yang namanya Roni, menawariku sebuah barang berbahaya yaitu sabu sabu. Katanya dia dapat itu dari temanya. Bahkan Katanya sebelum ngamen bareng aku, mereka sudah biasa pake. Katanya biar gak capek jalan seharian.

Karena aku takut,  aku menolaknya begitu saja. Namun kita tetap mengamen seperti biasa. Hingga suatu hari terjadi penggrebekan di warung kopi yang biasa aku ngamenin. Banyak polisi dan satuan BNN berkeliaran. Jantungku berdetak cepat dan aku hanya duduk tak berkutik di sebuah kursi plastik. Lebih dari 30 orang diangkut termasuk aku. Aku di jejali banyak pertanyaan. Bahkan aku dipaksa dengan kekerasan untuk mengakui bahwa aku juga pengguna. Mungkin karena aku pengamen, Para penyidik jadi yakin bahwa aku juga pemakai.

1x24 jam aku di kurung di balik jeruji. Namun aku terbukti tidak bersalah berkat hasil tes uji urin. Sedang kedua temanku itu tidak kelihatan entah dimana. Setelah kutanya kepada petugas, ternyata mereka masih buron. Dan parahnya lagi, si Roni ini adalah pengedar kelas kakap yang sudah lama diincar.

Setelah bebas, aku pulang dan membawa gitar warisan kedua temanku itu. Aku tidur dan mencoba untuk berfikir mereka aman dan dapat ngamen seperti biasa lagi. Besok paginya aku kembali mengamen di lampu merah sendirian. Suasana masih seperti biasa. Selepas magrib aku menuju wakop trotoar tempat biasa aku ngamen. Betapa kagetnya, Suasananya sangat sepi. Bahkan Tidak ada penjual satu pun.

Lalu aku kembali ke lampu merah. Aku sengaja tidak mencari tempat lain karena aku pernah di beritahu mereka agar jangan pernah mengamen di daerah orang lain. Di lampu merah saat malam hari cukup sepi, hanya banyak motor yang berjejer menunggu lampu kembali hijau. Pengendara motor biasanya jarang memberi uang. Beda dengan mobil pick up pengangkut pada siang hari.

Hari telah berganti, namun aku tak mendapat kabar apapun dari mereka. Begitu juga Warkop yang biasa tempatku ngamen sekarang tutup dan di jaga ketat oleh Satpol PP. Mendengar cerita dari penjual rokok keliling, katanya warkop disana tidak akan buka lagi. Karena bos yang memodali warung warung itu ternyata pengedar kelas kakap dan sudah tertangkap. Seketika aku langsung kaget mendengar pernyataan itu. Aku juga bingung mau ngamen kemana ketika malam tiba. Lalu pada akhirnya kuputuskan ngamen di lampu merah siang malam.

Hingga suatu hari tibalah bulan Ramadhan. Aku ngamen seperti biasa di lampu merah pada siang hari kala itu. Ketika aku sedang asik bernyanyi ada seorang yang menurunkan kaca mobilnya. Tampak kakek tua yang sedang mengulurkan tanganya keluar mobil box tersebut. Dia sedang menggenggam sebungkus rokok. Lalu di berikan kepadaku sambil berkata....

Quote:


Tak terasa hari sudah sore dan Magrib akan segera tiba. Aku duduk di bawah pohon palm di pinggir jalan. Kulihat di seberang jalan ada sekumpulan orang orang yang sedang membagikan takjil. Yang menarik perhatian adalah ada beberapa orang wanita yang tengah memakai cadar.

Wihhh mereka kaya ninja aja pake penutup kaya gitu apa gak gerah ya? Gumamku dalam hati.

Terdengar suara lantunan azhan Magrib. Karena jalanan sudah sepi. Aku masih duduk dan memandangi masjid di sebrang jalan yang penuh dengan orang orang yang sedang berbuka puasa. Mesi cukup jauh, tapi tampak jelas senyuman anak anak yang sedang berebut es dari teko. Mereka tampak bahagia.

Setelah melihat itu, entah kenapa hati ini terasa aneh. Sudah cukup lama aku tidak berkunjung ke masjid. Kira kira sudah 3 tahun lamanya aku telah mengabaikan sholat. Kulanjutkan lamunan itu, sambil memandangi langit yang kian gelap. Tampak beberapa kelelawar yang sudah bermunculan.

Quote:


Lengan baju kiriku seakan di tarik. Ketika aku menurunkan pandanganku dan melihatnya, betapa kagetnya. Tampak 2 orang wanita yang memakai cadar sedang berdiri di depanku. Seketika jantungku berdetak cepat. Kupikir mereka adalah hantu, karena mereka memakai pakaian seperti itu.

Ekspresiku saat itu benar benar konyol. Dan itu membuat mereka tertawa kecil.

Quote:


Mereka berdua kembali ke dalam masjid. Setelah agak lama, terdengar sebuah Iqomah dari Masjid seberang jalan itu. Keadaan jalan benar benar sepi. Lalu aku memeriksa bingkisan yang di beri oleh kedua perempuan tadi. Terlihat ada sebungkus nasi, beberapa kue dan es cincau. Lalu aku memutuskan untuk memakanya di pinggir jalan.

Ketika aku sedang makan, tiba tiba terbayang jelas senyuman mereka. Entah kenapa aku jadi ingat kedua orang tuaku. Aku juga tiba tiba menyadari tentang keadaanku saat ini. Pekerjaan yang tetap tak punya. Kos kosan juga sudah nunggak 1 bulan karena sepinya hasil ngamen yang aku dapatkan. Bagaimana masa depanku nanti? istri, anak. Seakan akan itu adalah hal yang tidak akan pernah aku rasakan.

Lamunan itu membuatku meneteskan beberapa air mata. Duuh.. betapa bodohnya aku, gumamku dalam hati. Namun aku tidak pernah menyalahkan takdir. Karena menurut janji yang tuhan ucapkan bahwa takdir itu dapat diubah. Jadi aku terus menyalahkan diri hingga perasakanu benar benar down.

Setelah cukup meratapi nasib, aku memutar perasaan dan mencoba mengumpulkan semangat. Aku kembali mengamen, karena setelah sholat magrib hingga jam 9 biasanya jalanan cukup ramai. Meskipun beberapa lagu yang kunyanyikan terkadang membuatku teringat kenyataan ini.

Jalanan sudah mulai sepi. Entah kenapa aku jadi ingin memandangi masjid di seberang jalan itu. Jamaah tarawih juga sudah usai dari tadi. Lalu kuputuskan untuk pulang. Setelah beberapa langkah, seakan akan tubuhku di tarik dan ingin sekali melihat masjid itu dari dekat. Karena arah jalan menuju kosku berlawanan dengan masjid itu, jadi aku memutar badanku dan berjalan mendekati masjid itu. Kudekati pagar megahnya. Terdengar jelas suara wanita yang sedang tadarus. Lalu aku duduk di trotoar depan masjid. ku nyalakan sebatang rokok yang di berikan pak tua tadi sore.

Ku hisap baru setengah, Lalu datanglah seorang laki laki yang tiba tiba saja duduk di sampinngku. Dia memakai pakaian rapi seperti seorang yang taat ibadah.

Quote:


Akhirnya kita merokok bersama, namun tidak ada pembicarakan apapun. Hanya keheningan dan asap rokok yang terurai memenuhi langit langit. Entah kenapa saat itu aku tidak punya rasa ingin beranjak dari duduk ku. Setelah rokok pak tua itu habis, dia mematikanya dengan menginjaknya.

Quote:


Lalu pak tua itu menjelaskan, ternyata yang dia maksud adalah kedua teman yang biasa ngamen bersamaku. Roni di tembak di tempat karena melawan ketika akan di tangkap. Sedang Jack teman yang satunya telah di dalam penjara. Awalnya aku tidak percaya, namun setelah dia menjelaskan bahawa ada seorang polisi yang bercerita ketika sholat Zduhur.,

Mendengar cerita pak tua itu membuatku tambah bersedih dan semakin merasa kesepian. Apa lagi ditambah perasaan yang sebelumnya aku rasakan karena ketidak jelasan nasibku. Kemudian pak tua itu mengajaku lagi untuk masuk dan beribadah di masjid. Mungkin karena pikiranku benar benar down, Hingga akhirnya aku ikut begitu saja. Ketika dalam perjalanan masuk, kita berpapasan dengan dua wanita yang tadi sore memberiku makanan di lampu merah. Dua wanita yang misterius karena wajahnya tertutup cadar. Mereka memberikan salam kepada kita berdua.

Setelah masuk, aku di suruh mandi. Setelah itu aku di suruh berwudhu dan mengambil sarung serta baju yang dia simpan di kamar marbot. Ternyata pak tua itu adalah seorang marbot atau pengurus masjid. Beberapa pertanyaan lucu pun di tanyakan kepadaku. Seperti siapa namaku? apakah aku bisa Wudhu? Bisa Niat? Bisa Sholat dan bisa mengaji?

Sebenarnya aku bisa semuanya, Bahkan mengaji pun bisa, meski tidak selancar seorang santri. Setelah sholat, aku di jejali cerita tentang keagamaan. Tentang indahnya surga dan menakutkannya neraka. Aku hanya mendengarkanya karena sebenarnya aku sudah bosan mendengar cerita seperti ini. Setelah cukup lama bercerita, dia menyuruhku untuk tidur di kamar marbotnya. Sedang pak tua itu melanjutkan tadarusnya di dalam masjid.

Suasana kamar pak tua ini sangat clasic. Meskipun begitu, kamar pak tua ini ber AC dan sangat nyaman. Banyak buku yang berjajar di rak. Kulihat semua buku itu adalah buku tentang keagamaan. Sebelum tidur, ku putuskan untuk merokok sebatang terlebih dahulu. Tiba tiba aku teringat senyuman dua wanita yang menyapaku tadi. Aku benar benar penasaran, Secantik apakah mereka? Setelah itu aku tidur.

Quote:


Setelah itu aku keluar untuk mencuci muka dan duduk di serambi masjid. Ku dengar lantunan ayat ayat Qur'an yang di putar untuk menunggu waktu imsyak usai. Lagi lagi, dua wanita itu datang dan memberikan makanan kepadaku. Mereka juga berpesan agar memakanya bersama pak Rahmat. Rasa kantuk ku membuatku tidak yakin, apakah mereka berdua benar benar wanita tadi siang?

Setelah itu kuputuskan untuk memakanya bersama pak Rahmat. Setelah makan aku tiba tiba mengantuk dan ingin tidur. Tapi pak Rahmat selalu menghalangiku. Ku tahan kantuk itu hingga Subuh usai. Lalu ku putuskan untuk tidur. Baru tidur sebentar, pak Rahmat tiba tiba membangunkanku.

Quote:


Seusai sholat, aku disuruh tadarus menggunakan pengeras suara. Tapi aku menolaknya, karena alasan gerogi. Lalu ku putuskan untuk membaca buku yang di simpan oleh pak Rahmat di kamarnya. Karena katanya, aku sudah tidak boleh tidur lagi.

Tak terasa waktu sholat Ashar telah tiba, setelah solat banyak anak kecil yang datang dan mengaji di serambi. Entah kenapa, melihat keramaian malah membuat hatiku jadi lebih tenang. Ku lihat jam sudah menunjukan pukul 4 sore. Perutku sudah mulai panas dan berbunyi. Lalu ku putuskan untuk duduk di tepi serambi masjid dan memandangi jalan raya yang ramai. Tak lama, datanglah rombongan mobil pick up yang mengangkut makanan. Dan lagi lagi ku lihat mereka di kerumunan ibu ibu yang ikut serta mengawal makanan itu.

Tiba tiba pak Rahmat menyentuh pundaku dan menyuruhku untuk membantu mereka. Meskipun agak malu malu, ku putuskan untuk membantu mereka. Aku mengangkat makanan dari dalam mobil dan menaruhnya diatas meja. Setelah habis, aku salah tingkah. Aku bingung apa yang harus aku lakukan setelah ini. Lalu salah satu dari wanita bercadar itu mengajaku bicara.

Quote:


Spoiler for Gadis Bercadar:


Melihat mereka tertawa seperti itu, membuat seluruh gerak tubuhku berhenti.

Quote:


Setelah menyadari kebododhan ku tadi, aku langsung salah tingkah dan pergi menuju ruang wudhu untuk menenangkan hatiku yang tengah bergetar ini. Setelah beberapa saat, aku menyadari bahwa aku telah melewatkan banyak hal hal baik. Jadi mulai sekarang ku putuskan untuk berubah. Lalu aku berdoa kepada Allah.

Quote:
Diubah oleh zeref162534 13-05-2019 22:04
delia.adelAvatar border
delia.adel memberi reputasi
1
1.1K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan