tuanbuleAvatar border
TS
tuanbule
Konflik Sipil-Militer Amerika Serikat dalam Perang Korea
Salah satu momen paling Ikonik saat perang korea

Sebelumnya, artikel ini bukanlah hasil tulisan TS melainkan merupakan copy paste dari artikel sejarah di zenius yang ditulis oleh Gan Marcel.

Harapan Ts disini tidak lain hanya ingin membagikan tulisan yang bagi Ts menarik dan dapat menjadi bahan diskusi bagi suhu-suhu di forum ini maupun pengetahuan baru bagi rakyat kaskuser semuanya.

Quote:

Awal mula

Perang Korea terjadi karena pasukan Uni Soviet sukses menduduki Manchuria dan pangkal semenanjung Korea, sementara pasukan Amerika Serikat menduduki semenanjung Korea. Ideologi komunis yang dipeluk Uni Soviet berlawanan dengan ideologi-ideologi lain, membuat permusuhan antara Uni Soviet dengan negara-negara nonkomunis kembali seperti sebelum Perang Dunia Kedua dimulai. Semenanjung Korea yang dikuasai dua kekuatan yang ideologinya bertolak belakang inipun tak bisa disatukan: Pangkal Semenanjung Korea menjadi “Republik Rakyat Demokratik Korea” atau Korea Utara, sementara bagian Selatan Semenanjung Korea menjadi “Republik Korea” atau Korea Selatan.

Setelah Partai Komunis Tiongkok di bawah Mao Zedong sukses mengalahkan Partai Nasionalis dalam perang saudara, Korea Utara menjadi amat bersemangat menaklukkan tetangga Selatannya, mengkomuniskan seluruh semenanjung Korea. Iosif Stalin, diktator pemimpin Uni Soviet, mula-mula tak menginginkan perang. Namun, kemenangan Mao, dan keberhasilan ilmuwan-ilmuwan Soviet meledakkan bom atom buatan mereka mengubah pendapatnya. Ketika Mao juga bersemangat “membebaskan” seluruh semenanjung Korea, diam-diam kedua negara komunis raksasa itu mendukung Korea Utara.

Pihak Selatan sendiri terlalu percaya diri, mereka tak sadar, mereka kalah persenjataan. Pasukan Korea Selatan, biarpun didukung Amerika Serikat, misalnya tak memiliki tank. Di saat bersamaan, pihak Korea Utara sudah menimbun tank, artileri, dan senjata-senjata berat lainnya, berkat bantuan Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok. Biarpun persiapannya tak berimbang, pasukan Korea Selatan malah berkali-kali memprovokasi, terutama di daerah Kaesong dan Ongjin.

Peta korea selama perang

Akhirnya, tanggal 25 Juni 1950, pihak Korea Utara yangg sudah merasa siap, melakukan serangan besar-besaran. Pasukan Korea Utara didukung tank dan tembakan artileri, melibas tentara Korea Selatan yang tak memiliki tank maupun senjata anti tank. Perang Korea pun dimulai. Tentara Korea Utara yang didukung Tiongkok dan Uni Soviet berperang melawan Korea Selatan, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.


Jenderal Douglas MacArthur


Douglas MacArthur

Jenderal Douglas MacArthur adalah seorang tentara tulen, lahir pada tanggal 26 Januari 1880 di tengah-tengah keluarga tentara. Beliau lulus akademi militer di tahun 1903 sebagai valedictorian,  juara satu di angkatannya! Begitu lulus, dia menjadi serdadu zeni di Filipina yang waktu itu merupakan jajahan Amerika Serikat. Ketika dia masih muda saja, sudah ada yang memperhatikan karakternya dan menyatakan MacArthur itu seorang “Egotis”. Perhatikan: “Egotis” bukannya “Egois.” Egois itu mementingkan dirinya sendiri. Egotis itu adalah egois, merasa dirinya penting, merasanya dirinya hebat, dan sombong secara bersamaan. Seorang egotis selalu secara aktif berusaha mengiklankan kehebatan dirinya kepada seluruh dunia. Selalu. Sifat seperti ini adalah sifat kontroversial, banyak yang tak suka, tapi banyak juga yang suka.

Namun, biarpun (atau karena?) dia seorang egotis, karier militernya bersinar cerah. MacArthur muda berprestasi sepanjang karirnya di Filipina, Jepang, Amerika Serikat, Meksiko, dan lain-lain. Saat Perang Dunia Pertama, dia diangkat menjadi brigadir jenderal dan menerima banyak penghargaan karena kepemimpinannya. Selesai PD I, di tahun 1919 tepatnya, dia diangkat menjadi rektor West Point (akademi militer Amerika Serikat). Usia mudanya membuatnya menjadi salah satu rektor termuda dalam sejarah West Point.

Setelah menjadi rektor, dia dipromosikan menjadi mayor jenderal. Dengan pangkat setinggi itu, sifat egotisnya makin menjadi-jadi. Ada temannya yang menyatakan “Dia adalah aktor terhebat yang pernah menjadi jenderal”. Dwight Eisenhower, salah satu mantan asisten MacArthur, yang belakangan menjadi jenderal juga, dan bahkan menjadi presiden Amerika Serikat, waktu ditanya apakah dia mengenal MacArthur menjawab kurang lebih “Kenal? Bukan cuma kenal, gue belajar DRAMA bertahun-tahun sama dia!” Temannya MacArthur yang lain lagi bilang “Kalau jenderal lain diiringi Staf, MacArthur diiringi abdi istana!”

Sifat egotis MacArthur benar-benar menjadi pedang bermata dua. Publikasi prestasinya yang dia rancang sendiri membuatnya semakin populer. Siapa yang gak suka seorang pahlawan militer? Dia pun dipromosikan terus, bahkan akhirnya menjadi kepala staf angkatan bersenjata. Namun sifat ini juga membuatnya mengeluarkan kata-kata yang menyinggung banyak orang. Misalnya, ketika anggaran militer dipangkas oleh presiden Roosevelt, MacArthur sebagai kepala staf berkata “Ketika kita kalah dalam perang berikutnya, ketika seorang bocah Amerika terbaring di lumpur dengan bayonet lawan di perutnya menggunakan tenaga terakhirnya untuk mengutuk, gue mau dia mengutuk Roosevelt, bukannya MacArthur.” Tentu saja Roosevelt marah dan mencerca balik “Bukan begitu caranya bicara kepada seorang presiden!”

Roosevelt kini merasa MacArthur adalah ancaman, bukan cuma kepada dirinya, tapi juga kepada Amerika Serikat. Maka, ketika Filipina sedang menyiapkan kemerdekaannya (yang dijanjikan oleh Amerika Serikat) dan memanggil MacArthur untuk menjadi penyelia pembangunan tentaranya, Roosevelt setuju. MacArthur dikirim ke Filipina, jauh dari hingar bingar politik Amerika Serikat.

Saat MacArthur di Filipina, hubungan Amerika Serikat dengan kekaisaran Jepang makin tegang. MacArthur merasa Jepang tak mungkin menyerang Filipina karena Jepang pasti takut padanya. Kenyataannya, beberapa jam setelah Pearl Harbor dibom, Filipina juga dibom oleh pesawat terbang Jepang. Bala tentara Jepang pun menyusul, dengan mudah mengalahkan tentara Filipina yang kalah persenjataan. MacArthur terpaksa mengungsi. Sebelum dia meninggalkan Filipina, diapun berjanji “I Shall Return!” Sekali lagi, ini menjadi kontroversi, kenapa “I” bukannya “We”? Apakah pribadi MacArthur segitu hebatnya sampai-sampai dia berjanji secara pribadi, bukannya sebagai pejabat Amerika?


Chester W. Nimitz

Selama PD II berlangsung, MacArthur juga ngotot untuk diangkat sebagai pemimpin seluruh angkatan bersenjata Amerika Serikat di Pasifik. Pihak AL yang merasa “Pasifik itu nama samudera coi, lo jenderal, komandan darat, ngapain ikut campur?” juga ngotot tidak menginginkan diri mereka dipimpin MacArthur. Roosevelt adalah pemimpin dengan motto “Kalo anak buahmu ribut, tidak perlu putuskan siapa yang benar, pisahkan saja!” jadinya membagi 2 wilayah Pasifik: daerah Pasifik Selatan yang dipenuhi daratan (Pulau Papua, Maluku Utara, sampai Filipina) adalah daerahnya MacArthur, sementara daerah Pasifik Tengah yang samudera melulu (Gilbert, Marshall, Micronesia, Palau, sampai Mariana) adalah milik Admiral Nimitz dari AL. Artinya, selama Perang Pasifik, ibarat pertandingan sepakbola, “Kesebelasan Amerika Serikat” punya 2 kapten.

Di PD2 ini, MacArthur kembali berprestasi. Strategi “lompat katak”nya berhasil mengalahkan ratusan ribu tentara Jepang di Irian dan Maluku. Sementara itu, Admiral Nimitz sendiri sebetulnya jauh lebih cepat, dan berhasil merebut pulau-pulau benteng milik Jepang di daerah Pasifik Tengah. Bedanya, Nimitz tidak suka publikasi. Akibatnya, MacArthur jadi lebih tersohor. Publik makin mencintai MacArthur.

Berkat supremasi industrinya, Amerika Serikat biarpun dipimpin “dua kapten” bisa mengalahkan kekaisaran Jepang. MacArthur maupun Nimitz, hadir ketika Jepang menyerah kepada Amerika Serikat di atas kapal tempur USS Missouri di Teluk Tokyo tanggal 2 September 1945.

Selesai PD II, MacArthur diberikan tugas sebagai komandan pendudukan Jepang. Artinya MacArthur diangkat sebagai “Atasannya Kaisar Jepang” dan membangun Jepang baru, Jepang yang bebas dari militarisme dan napsu menjajah. Keberhasilannya memimpin, menambah popularitasnya. Dia bahkan menjadi populer di kalangan rakyat Jepang, yang sebetulnya sedang dia jajah. Saat dia sedang di Jepang inilah Korea Utara menyerang Korea Selatan.


Presiden Harry S. Truman


Harry S.Truman

Setelah membahas MacArthur, kita beralih ke Truman. Presiden Truman adalah presiden yang unik. Dia adalah satu-satunya presiden Amerika setelah abad 19 yang tidak punya ijazah SMA. Iya, setipe dengan menteri kelautan kita, ibu Susi Pudjiastuti. Karena latar belakang inilah Truman mendapat nama sebagai “Politikus yang merakyat”, bukannya “Elitis” seperti kebanyakan politikus.

Tidak seperti karier MacArthur yang spektakuler, masa-masa muda Truman tidak terlalu istimewa. Saat PD I, Truman berjasa lumayan besar saat dia menyelamatkan divisi 28 dalam ofensif Meuse-Argonne, tetapi pangkatnya cuma Mayor. Selesai perang, dia mencoba berdagang tapi gagal akibat resesi ekonomi di tahun 1921. Setelah kegagalan berdagang inilah Truman memasuki politik. Namun, karier politiknya juga tidak istimewa.

Baru di tahun 1934, Truman mendapat kesempatan: menjadi calon anggota Senat! (Badan yang serupa dengan Senat di sini adalah Dewan Perwakilan Daerah) Ini juga bisa tercapai karena keempat bakal calon sebelum Truman menolak dicalonkan. Truman menang, tapi sebagai Senator (Anggota Senat) ternyata kekuasaannya kecil. Kemampuan Truman baru terlihat di tahun 1940, saat dia memimpin pansus untuk menyelidiki korupsi industri yang dikontrak pemerintah Amerika Serikat untuk mempersiapkan militer Amerika Serikat untuk berperang. Pansus ini berhasil menyelamatkan 262 milyar dolar (Sesuai dengan nilai dolar di tahun 2018) dan membuat nama Truman menjadi populer.


Franklin D Roosevelt

Di tahun 1944, presiden Roosevelt sudah menjabat sebagai presiden selama 3 periode, selama 12 tahun. Waktu itu, tidak ada batasan masa jabatan secara legal, cuma secara tradisi sebab presiden Amerika pertama, George Washington, menolak mencalonkan diri lagi setelah menjabat selama 2 periode, selama 8 tahun. Namun, karena Perang Dunia Kedua masih berjalan, Roosevelt yang kesehatannya sebetulnya memburuk, akhirnya merasa sudah tugasnya untuk mencalonkan diri untuk keempat kalinya. Wakil Presiden Roosevelt selama ini, Henry Wallace, dianggap terlalu pro buruh oleh para elit partai demokrat. Mereka yang sadar Roosevelt sudah semakin lemah, tak mau Wallace menggantikan Roosevelt. Sang presiden akhirnya mengajukan beberapa nama sebagai pengganti, dan para elite memilih Truman. Roosevelt dengan mudah memenangkan pemilu, dengan Truman sebagai wakilnya.

Cuma selang 3 bulan kemudian, Roosevelt wafat. Selama 3 bulan itu, Truman TIDAK menerima tanggung jawab yang berarti. Dalam sekejap, “seluruh langit dan bintang runtuh ke atas kepalanya”, menurut Truman sendiri. Dalam sekejap, dia harus memutuskan banyak hal, salah satu yang paling penting adalah … bagaimana caranya membuat Jepang menyerah?

Selain bom atom, Truman juga menghadapi tantangan baru: perang melawan Jerman sudah selesai, melawan Jepang akan selesai, bagaimana hubungan Amerika Serikat dengan Uni Soviet? Tidak seperti Roosevelt yang selama perang terus menerus “pedekate” sama Stalin, Truman tidak mempercayai sang diktator paranoid dari Uni Soviet ini. Buat Truman, komunisme adalah ancaman. Truman dengan tegas mencegah pasukan Uni Soviet menduduki pulau Hokkaido. Dia juga menolak mengikuti kehendak Uni Soviet di Jerman, menciptakan insiden “Berlin Airlift”. Di Tiongkok, Truman mencoba mendamaikan Tiongkok saat partai Nasionalis Guomindang sedang berperang melawan partai Komunis Gongchandang dengan mengirim jenderal Marshall sebagai utusan khusus. Usaha Marshall untuk mendamaikan keduanya gagal, dan sang jenderal malah bilang “Gak usah ngebantuin Guomindang, mereka gakmungkin menang.” Di bawah kepresidenan Trumanlah Amerika Serikat yang anti komunis harus menyaksikan seluruh Tiongkok berubah jadi negara komunis.

Biarpun “Kehilangan Tiongkok” dan diperkirakan akan kalah dalam pemilu 1948, Truman berhasil memenangkan pemilu tersebut secara dramatis.Dua tahun setelah memenangkan pemilu, pasukan Korea Utara menyerang Korea Selatan, memulai perang Korea. Kegagalan menyelamatkan Tiongkok dari komunisme masih terngiang di kepala sang presiden.

Jalannya Perang Korea



Begitu presiden Truman menerima kabar tentang invasi Korea Utara, dia merasa ini mirip dengan sejarah saat Jepang mencaplok wilayah Tiongkok dan saat Hitler mencaplok Austria lalu Cekoslovakia. Karena negara-negara lain saat itu membiarkan Jepang dan Hitler mencaplok wilayah tetangganya, keduanya jadi semakin menjadi-jadi. Kalau saja Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat lebih tegas saat itu, Perang Dunia Kedua bisa dihindari!

Karena itulah Truman memutuskan untuk tegas dari awal: menggunakan PBB sebagai forum untuk menghimpun pasukan multinasional untuk menghentikan serangan Korea Utara. Sebagai pemimpin pasukan ini, Truman memilih jenderal paling senior dan paling populer. Siapa lagi kalau bukan Douglas MacArthur.

Perang yang dimulai dengan kekalahan besar tentara Korea Selatan ini langsung berbalik begitu pasukan multinasional diterjunkan. Pasukan Korea Selatan yang sudah terpojok, terkepung, di kota Busan di ujung Selatan semenanjung Korea, diselamatkan dengan cara mendaratkan 75.000 tentara di kota Incheon tanggal 10 September 1950, dekat Seoul, di belakang tentara Korea Utara yang mengepung Busan. Diserang dari belakang oleh pasukan multinasional bersenjata lengkap, pasukan Korea Utara kaget dan terpaksa mundur. Keberhasilan di Incheon ini jelas melambungkan reputasi MacArthur.

Setelah Incheon, situasi berubah total. Pasukan Korea Utara dibombardir dari laut dan langit oleh AL dan AU Amerika Serikat, dan merekapun kehilangan banyak tank dan persenjataan berat lainnya.

MacArthur yang pede bukan cuma mengusir pasukan Korea Utara dari wilayah Korea Selatan, dia meneruskan serangannya ke wilayah Korea Utara. Akhir Oktober, hampir seluruh wilayah Korea Utara diduduki oleh pasukan MacArthur. Sang jenderal besar pun berniat meneruskan serangan: mulai membom pangkalan-pangkalan Tiongkok yang mendukung pasukan Korea Utara, walaupun pangkalan-pangkalan tersebut berada di wilayah Tiongkok, bukannya Korea Utara.

Di sisi lain, Presiden Truman tak ingin gegabah memperluas perang. Misi utama MacArthur, menurut Truman, adalah mengamankan Korea dan menahan penyebaran komunisme. Ketika mereka bertemu tanggal 15 Oktober 1950, MacArthur memberitahu Truman kurang lebih “Seandainya tentara Tiongkok berani menyeberangi perbatasan, mereka semua akan kami bantai!”


Perpindahan wilayah selama perang korea

Kenyataannya, ratusan ribu pasukan Tiongkok di bawah pimpinan Peng Dehuai berhasil menyusup masuk, dan menyerang pasukan Amerika Serikat di bulan November 1950. Kaget karena diserang pasukan Tiongkok, ternyata ramalan MacArthur tidak menjadi kenyataan. Pasukan Tiongkok mengepung dan merebut banyak sekali lokasi yang dipertahankan pasukan multinasional, MacArthur terpaksa mundur. Pasukan Tiongkok bahkan belakangan berhasil merebut ibukota Korea Selatan, Seoul. Benturan antara Truman dan MacArthur mulai muncul ke permukaan saat pertanyaan besar mulai muncul: “Apakah pihak Amerika Serikat akan menggunakan bom atom untuk menghentikan serangan pasukan Tiongkok?”


Quote:


Lanjutan di komen
Diubah oleh tuanbule 12-05-2019 08:53
royaljannisaryAvatar border
lqmnnhkmAvatar border
lqmnnhkm dan royaljannisary memberi reputasi
2
2.5K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan