- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
jakarta memberiku cerita


TS
sletingdol
jakarta memberiku cerita
JAKARTA, mataku yang biasa melihat hamparan pesawahan sedikit merasa kagum ketika melihat tinggi nya gedung – gedung di kota ini. Kedatangan ku pertama kali ke Jakarta seperti turis saja yang dengan rasa penasaran juga pikiran ku penuh dengan pertanyaan untuk kota ini. Hilir mudik kendaraan dengan berbagai macam bentuk nya seolah tanpa henti memyambar penglihatan ku. Orang nyapun lebih beragam tidak seperti di desaku yang memang tidak ada perantauan yang tinggal atau bekerja disana. Seperti kebanyakan orang, aku sendiri merantau kejarta dengan tujuan mencari pekerjaan, dengan bekal ijazah SMA dan informasi dari kawan yang bekerja di Jakarta aku memutuskan untuk berangkat dengan harapan dapat pekerjaan di pabrik yang di ceritakan teman.
Singkat nya aku pun sampai di salah satu daerah di jakarta setelah sebelum nya aku telepon indra dan dia menyarankan agar pergi ke kp. Rambutan dengan menumpang bus meskipun kebingungan aku bergegas mencari wartel (warung telepon) untuk mengabari kawan ku yang bersedia menjemput ku di terminal karena saat itu aku belum punya Hp. di tengah ramai nya tawaran calo angkutan yang membuat ku kurang nyaman karena tidak sedikit yang memaksa. Tidak lama setelah menanyakan ke pedagang di sana langsung ku hubungi kawan ku.
A : “dra” (nama kawanku indra)
“urang geus nepi Kp. Rambutan rek jadi neang moal?”
“aku sudah sampai di kp. Rambutan jadi jemputnya?”
Indra : “oh heeuh ke nungguan di mana?” indra menanyakan tempat aku akan menunggu dia.
“oh, iya nanti tunggu di mana?”
Dengan cepat aku memutuskan tempat yang paling aku ingat dan sepertinya mudah di temukan.
A: “di mushola jero terminal anu aya spanduk walikota”
“di mushola dalam terminal yang ada spanduk walikota”
dengan sangat jelas aku gambarkan tempat di mana aku menunggu dia.
Indra : “ siap rada lila jigana tong kamana mana”
“ siap, kayak nya agak lama jangan kemana mana “ indra pun seperti nya mengerti apa yang aku jelaskan.
A : “siap, nuhun ndra”
“siap, makasi ndra”
Akupun segera ke mushola tempat yang sudah kami setujui sebagai titik pertemuan. Sambil menunggu aku membeli kopi dan rokok.
Sudah satu jam lewat indra belum juga datang. ada keinginan untuk menelepon indra kembali, dikarenakan aku tidak membawa banyak uang, aku putuskan menunggu dua jam lagi jika belum datang barulah aku telepon dia kembali. Hari sudah mulai gelap indra belum datang juga. Saat keluar dari mushola menuju wartel untuk mengubungi indra karena dia belum juga datang. Dalam perjalanan ku ke wartel tiba – tiba ada yang menepuk pundak ku.
A : “aduh sikasep meni lila”
“aduh si ganteng lama bener”
dengan helm masih menempel di kepalanya dia tersenyum sembari menyalami ku dan tak mengeluarkan kata apapun padahal dia tahu kalau aku hampir 3 jam menunggu dia.
Indra : “langsung jalan?” sambil memberikan helm padaku.
lega rasanya sudah bertemu indra dan kami pun berbegas berangkat dengan menggunakan motor.
Di perjalanan kami tidak banyak mengobrol agar indra konsentrasi mengendarai motor dan aku menyibukan diri dengan melihat lihat setiap bangunan yang kami lalui di perjalanan. Pantas saja indra sangat lama menjemputku, lalu lintas di Jakarta sangat ramai beberapa kali macet memperlambat perjalanan kami. Singkat cerita kami sampai di kontrakan indra karena rasa pegal dan capek aku langsung berbaring di lantai tanpa kasur atau karpet dan tertidur.
Aku sebenar nya belum lama mengenal indra Sebelum di Jakarta ini kami hanya pernah bertemu dua kali saja dan desa tempat tinggal kami berbeda. desa tempat aku tinggal ke desa indra berjarak 3 Km. pertama kali kami berjumpa pada saat dia di kejar warga di kampung ku dia berlari dan masuk tanpa permisi ke rumah ku seperti baru di pukuli terlihat dari darah yang ada di wajah nya. aku tinggal bersama nenek, kakek dan adik ku dan mereka sudah tidur karena memang sudah jam 12 malam lewat. saat itu aku masih belum tidur dan berada di teras rumah sambil mendengarkan radio kecil seperti walkman dengan baterai AA yang di sambungkan ke headset. Mungkin karena dia melihat pintu rumah ku yang sengaja kubuka dan aku sendiri sedang bersantai di teras rumah, indra masuk ke rumah ku dengan maksud untuk mencari perlindungan. aku sendiri juga kaget melihat ada orang yang berlari masuk ke rumah ku, mereka yang sedang tidur di rumah ku pun terbangun kecuali adik ku. Disusul warga yang mengejar yang kebanyakan masih seumuran atau di atau di atas umurku sedikit. Sebelum warga menyusul indra yang seperti nya dia bersembunyi di dapur atau kamar mandi aku juga belum tahu karena masih ada di teras rumah. Kakek ku menghalangi warga yang hendak menyusul indra yang sedang bersembunyi itu. Di kampung ku kakek memang di segani selain karena umur nya yang sudah 80 tahun tapi masih terlihat segar, kakek dan nenek ku ini guru ngaji juga di kampung ini. Warga pun menjelaskan bahwa mereka mau menyusul indra yang sedang bersembunyi di rumah kami sambil menjelaskan kejadian nya, saat itu baru lah aku tahu masalah juga itu menjelaskan semua nya. meskipun dalam hati aku tidak setuju dengan perbuatan warga ini, saat itu indra baru pulang mengantarkan pacarnya yang adalah tetangga ku juga, dengan beralasan melanggar norma warga memukuli indra. Aku rasa memang karena ada yang cemburu saja dari salah satu orang yang mengejar indra ini, masalah kebanyakan anak muda di daerahj lain juga ku rasa. Ini terjadi kurang lebih satu tahun yang lalu tahun 2008 aku lupa tepat nya yang jelas aku baru naik kelas 3 SMA. Kakek mencoba menghentikan warga yang akhirnya menurut juga, kakek dan juga ada RT yang baru saja menyusul ke rumah berjanji akan menemui kedua orang tua mereka dan meminta mereka berdua untuk tidak melakukan hal ini lagi untuk meredam kemarahan warga, jika tidak mereka akan di nikahkan. Jika anda pernah melihat di film atau mendengar kabar seperti ini, kejadian seperti ini masih ada di kampungku di tahun 2008. Aku sedikit lega juga karena warga menurut dengan ucapan kakek ku untuk tidak menerus kan ini dan mereka setuju untuk membubarkan diri. kemudian aku susul indra yang masih bersembunyi, indra ada di dapur sedang duduk menenangkan diri terlihat raut wajah ke bingungan kemudian datang hesti pacar indra dan ibunya menemui indra di rumah ku. Dari dulu memang indra tidak banyak bicara padahal kakek dan nenek ku sudah berjasa agar dia tidak di pukuli oleh warga indra hanya menngucap kan terima kasih dengan nada datar tanpa ekspresi berlebihan. Setelah membersihkan diri hendak pulang ke rumah nya aku di minta kakek untuk membawa motor indra yang masih terparkir di depan rumah pacar nya dan mengantarkan indra pulang dan membantu menjelaskan kejadian ini kepada orang tua indra juga meminta mereka untuk datang ke kampung kami atas permintaan kakek setelah itu aku tidak pernah bertemu indra lagi.
Ini hari – hari terakhir ku di SMA, ujian nasional telah aku lalui dan tinggal menunggu hasil nya. banyak yang berharap – harap cemas selepas ujian yang telah kami lalui, ada yang merencanakan untuk melanjut kan sekolah, ada yang mau kerja, ada yang merencannakan pernikahan. Tapi tidak dengan ku, Aku sendiri hanya jadi pendengar setia beberapa teman. Tidak terpikirkan mau apa setelah SMA ini. bahkan aku sendiri sudah siap jika memang aku tidak lulus. beberapa pekan telah di lalui hari pengumuman pun datang. Setelah membaca semua surat yang di berikan kepada semua siswa tingkat akhir suasana pun berubah menjadi ramai teriakan dan suka cita karena semua siswa lulus ujian akhir. Berbeda dengan yang lain nya pada saat itu aku malah curiga dengan nilai ujian ku melihat daftar nilai di kolom matematika angka nya pas dengan minimal nilai kelulusan di tahun itu. Memang aku rasakan dalam pelajaran matematika aku suka kebingungan lambat dalam mempelajari pelajaran ini ya bisa di sebut bodoh mungkin tapi ya sudah lah. aku tak berfikir tuhan membantuku pada saat itu walau kegiatan ibadah dan berdoa banyak pada saat ini di selenggarakan di sekolah – sekolah menjelang Ujian akhir.
Aku ternyata salah menilai indra pada waktu itu. 2 hari sebelum ramadhan tahun ini tiba, indra datang bersama ibunya kerumah ku dengan membawa 1 karung beras dan bahan makanan lain nya orang – orang di desa biasa menyebut nya silaturahmi. ini pertemuan ke dua ku dengan indra kami mulai melakukan percakapan pada hari itu dia sudah 10 bulan bekerja di Jakarta saat kami bebicara mengenai keseharian kami. Indra berkunjung ke rumah ku karena memang salah satu nya ingin berterimakasih atas kejadian yang di alami dia pada waktu itu. Saat itu aku baru selesai dengan kegiatan sekolah dan status ku sekarang pengangguran yang masih belum tahu apa yang akan aku lakukan sekarang. Saat kami ngobrol, indra memberi ku saran untuk mencari kerja di Jakarta, dan dia bilang akan membantu ku sampai dapat pekerjaan. Disini kebuntuan ku selepas masa sekolah mulai menemui jalan kembali aku pun meng iyakan ajakan dia. Karena aku belum punya Hp pada saat itu aku tulis no Hp indra dan aku simpan di dalam dompet agar nanti jika aku berencana pergi ke Jakarta bisa menghubungi dia dan tidak ke bingungan.
Indra dan ibu nya pun pamit untuk pulang dan indra juga harus berangkat kembali ke Jakarta. Jika hari itu tidak menjelang bulan ramadhan mungkin aku akan ikut berangkat bersama indra tapi aku putuskan untuk menunggu waktu yang tepat dalam memulai perantauan ku.
Singkat nya aku pun sampai di salah satu daerah di jakarta setelah sebelum nya aku telepon indra dan dia menyarankan agar pergi ke kp. Rambutan dengan menumpang bus meskipun kebingungan aku bergegas mencari wartel (warung telepon) untuk mengabari kawan ku yang bersedia menjemput ku di terminal karena saat itu aku belum punya Hp. di tengah ramai nya tawaran calo angkutan yang membuat ku kurang nyaman karena tidak sedikit yang memaksa. Tidak lama setelah menanyakan ke pedagang di sana langsung ku hubungi kawan ku.
A : “dra” (nama kawanku indra)
“urang geus nepi Kp. Rambutan rek jadi neang moal?”
“aku sudah sampai di kp. Rambutan jadi jemputnya?”
Indra : “oh heeuh ke nungguan di mana?” indra menanyakan tempat aku akan menunggu dia.
“oh, iya nanti tunggu di mana?”
Dengan cepat aku memutuskan tempat yang paling aku ingat dan sepertinya mudah di temukan.
A: “di mushola jero terminal anu aya spanduk walikota”
“di mushola dalam terminal yang ada spanduk walikota”
dengan sangat jelas aku gambarkan tempat di mana aku menunggu dia.
Indra : “ siap rada lila jigana tong kamana mana”
“ siap, kayak nya agak lama jangan kemana mana “ indra pun seperti nya mengerti apa yang aku jelaskan.
A : “siap, nuhun ndra”
“siap, makasi ndra”
Akupun segera ke mushola tempat yang sudah kami setujui sebagai titik pertemuan. Sambil menunggu aku membeli kopi dan rokok.
Sudah satu jam lewat indra belum juga datang. ada keinginan untuk menelepon indra kembali, dikarenakan aku tidak membawa banyak uang, aku putuskan menunggu dua jam lagi jika belum datang barulah aku telepon dia kembali. Hari sudah mulai gelap indra belum datang juga. Saat keluar dari mushola menuju wartel untuk mengubungi indra karena dia belum juga datang. Dalam perjalanan ku ke wartel tiba – tiba ada yang menepuk pundak ku.
A : “aduh sikasep meni lila”
“aduh si ganteng lama bener”
dengan helm masih menempel di kepalanya dia tersenyum sembari menyalami ku dan tak mengeluarkan kata apapun padahal dia tahu kalau aku hampir 3 jam menunggu dia.
Indra : “langsung jalan?” sambil memberikan helm padaku.
lega rasanya sudah bertemu indra dan kami pun berbegas berangkat dengan menggunakan motor.
Di perjalanan kami tidak banyak mengobrol agar indra konsentrasi mengendarai motor dan aku menyibukan diri dengan melihat lihat setiap bangunan yang kami lalui di perjalanan. Pantas saja indra sangat lama menjemputku, lalu lintas di Jakarta sangat ramai beberapa kali macet memperlambat perjalanan kami. Singkat cerita kami sampai di kontrakan indra karena rasa pegal dan capek aku langsung berbaring di lantai tanpa kasur atau karpet dan tertidur.
Aku sebenar nya belum lama mengenal indra Sebelum di Jakarta ini kami hanya pernah bertemu dua kali saja dan desa tempat tinggal kami berbeda. desa tempat aku tinggal ke desa indra berjarak 3 Km. pertama kali kami berjumpa pada saat dia di kejar warga di kampung ku dia berlari dan masuk tanpa permisi ke rumah ku seperti baru di pukuli terlihat dari darah yang ada di wajah nya. aku tinggal bersama nenek, kakek dan adik ku dan mereka sudah tidur karena memang sudah jam 12 malam lewat. saat itu aku masih belum tidur dan berada di teras rumah sambil mendengarkan radio kecil seperti walkman dengan baterai AA yang di sambungkan ke headset. Mungkin karena dia melihat pintu rumah ku yang sengaja kubuka dan aku sendiri sedang bersantai di teras rumah, indra masuk ke rumah ku dengan maksud untuk mencari perlindungan. aku sendiri juga kaget melihat ada orang yang berlari masuk ke rumah ku, mereka yang sedang tidur di rumah ku pun terbangun kecuali adik ku. Disusul warga yang mengejar yang kebanyakan masih seumuran atau di atau di atas umurku sedikit. Sebelum warga menyusul indra yang seperti nya dia bersembunyi di dapur atau kamar mandi aku juga belum tahu karena masih ada di teras rumah. Kakek ku menghalangi warga yang hendak menyusul indra yang sedang bersembunyi itu. Di kampung ku kakek memang di segani selain karena umur nya yang sudah 80 tahun tapi masih terlihat segar, kakek dan nenek ku ini guru ngaji juga di kampung ini. Warga pun menjelaskan bahwa mereka mau menyusul indra yang sedang bersembunyi di rumah kami sambil menjelaskan kejadian nya, saat itu baru lah aku tahu masalah juga itu menjelaskan semua nya. meskipun dalam hati aku tidak setuju dengan perbuatan warga ini, saat itu indra baru pulang mengantarkan pacarnya yang adalah tetangga ku juga, dengan beralasan melanggar norma warga memukuli indra. Aku rasa memang karena ada yang cemburu saja dari salah satu orang yang mengejar indra ini, masalah kebanyakan anak muda di daerahj lain juga ku rasa. Ini terjadi kurang lebih satu tahun yang lalu tahun 2008 aku lupa tepat nya yang jelas aku baru naik kelas 3 SMA. Kakek mencoba menghentikan warga yang akhirnya menurut juga, kakek dan juga ada RT yang baru saja menyusul ke rumah berjanji akan menemui kedua orang tua mereka dan meminta mereka berdua untuk tidak melakukan hal ini lagi untuk meredam kemarahan warga, jika tidak mereka akan di nikahkan. Jika anda pernah melihat di film atau mendengar kabar seperti ini, kejadian seperti ini masih ada di kampungku di tahun 2008. Aku sedikit lega juga karena warga menurut dengan ucapan kakek ku untuk tidak menerus kan ini dan mereka setuju untuk membubarkan diri. kemudian aku susul indra yang masih bersembunyi, indra ada di dapur sedang duduk menenangkan diri terlihat raut wajah ke bingungan kemudian datang hesti pacar indra dan ibunya menemui indra di rumah ku. Dari dulu memang indra tidak banyak bicara padahal kakek dan nenek ku sudah berjasa agar dia tidak di pukuli oleh warga indra hanya menngucap kan terima kasih dengan nada datar tanpa ekspresi berlebihan. Setelah membersihkan diri hendak pulang ke rumah nya aku di minta kakek untuk membawa motor indra yang masih terparkir di depan rumah pacar nya dan mengantarkan indra pulang dan membantu menjelaskan kejadian ini kepada orang tua indra juga meminta mereka untuk datang ke kampung kami atas permintaan kakek setelah itu aku tidak pernah bertemu indra lagi.
Ini hari – hari terakhir ku di SMA, ujian nasional telah aku lalui dan tinggal menunggu hasil nya. banyak yang berharap – harap cemas selepas ujian yang telah kami lalui, ada yang merencanakan untuk melanjut kan sekolah, ada yang mau kerja, ada yang merencannakan pernikahan. Tapi tidak dengan ku, Aku sendiri hanya jadi pendengar setia beberapa teman. Tidak terpikirkan mau apa setelah SMA ini. bahkan aku sendiri sudah siap jika memang aku tidak lulus. beberapa pekan telah di lalui hari pengumuman pun datang. Setelah membaca semua surat yang di berikan kepada semua siswa tingkat akhir suasana pun berubah menjadi ramai teriakan dan suka cita karena semua siswa lulus ujian akhir. Berbeda dengan yang lain nya pada saat itu aku malah curiga dengan nilai ujian ku melihat daftar nilai di kolom matematika angka nya pas dengan minimal nilai kelulusan di tahun itu. Memang aku rasakan dalam pelajaran matematika aku suka kebingungan lambat dalam mempelajari pelajaran ini ya bisa di sebut bodoh mungkin tapi ya sudah lah. aku tak berfikir tuhan membantuku pada saat itu walau kegiatan ibadah dan berdoa banyak pada saat ini di selenggarakan di sekolah – sekolah menjelang Ujian akhir.
Aku ternyata salah menilai indra pada waktu itu. 2 hari sebelum ramadhan tahun ini tiba, indra datang bersama ibunya kerumah ku dengan membawa 1 karung beras dan bahan makanan lain nya orang – orang di desa biasa menyebut nya silaturahmi. ini pertemuan ke dua ku dengan indra kami mulai melakukan percakapan pada hari itu dia sudah 10 bulan bekerja di Jakarta saat kami bebicara mengenai keseharian kami. Indra berkunjung ke rumah ku karena memang salah satu nya ingin berterimakasih atas kejadian yang di alami dia pada waktu itu. Saat itu aku baru selesai dengan kegiatan sekolah dan status ku sekarang pengangguran yang masih belum tahu apa yang akan aku lakukan sekarang. Saat kami ngobrol, indra memberi ku saran untuk mencari kerja di Jakarta, dan dia bilang akan membantu ku sampai dapat pekerjaan. Disini kebuntuan ku selepas masa sekolah mulai menemui jalan kembali aku pun meng iyakan ajakan dia. Karena aku belum punya Hp pada saat itu aku tulis no Hp indra dan aku simpan di dalam dompet agar nanti jika aku berencana pergi ke Jakarta bisa menghubungi dia dan tidak ke bingungan.
Indra dan ibu nya pun pamit untuk pulang dan indra juga harus berangkat kembali ke Jakarta. Jika hari itu tidak menjelang bulan ramadhan mungkin aku akan ikut berangkat bersama indra tapi aku putuskan untuk menunggu waktu yang tepat dalam memulai perantauan ku.


anasabila memberi reputasi
1
665
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan