- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Alasan Terkuatku Untuk Hijrah


TS
triwinarti
Alasan Terkuatku Untuk Hijrah

Kututup rapat kisah kelamku yang membuatku terjerumus pada pergaulan bebas, pergaulan yang membuatku harus merasakan putus sekolah dan berakhir dengan pernikahan dini karena kehamilan diluar nikah. Kuputuskan semua ini, Jangan sampai terjadi pada anakku kelak.
Aku Sinta, aku adalah anak pertama dari dua bersaudara yang terlahir di keluarga yang sederhana. Kisahku ini berawal saat aku lulus Smp.
Seperti pelajar lainnya yang baru saja lulus Smp aku juga ingin memilih sekolah lanjutan yang sesuai keinginanku. Sayangnya hal itu tidak bisa terjadi kepadaku, karena ibuku yang menuntutku untuk masuk sekolah jurusan perawat. Dia berharap aku bisa jadi perawat atau apoteker di rumah sakit terbaik di kotaku.
Pandangan pekerjaan yang menjajikan setelah lulus sekolah, harapan ibuku aku bisa membuat keluargaku bangga setelah lulus nanti.
Namun tidak seperti yang di harapkan ibuku. Karena tidak suka dengan pilihan sekolah ibuku, di sekolah sering kali aku bolos tidak mengikuti pelajaran yang sangat sulit buatku.
Semua itu terjadi bermula saat aku bertemu Hana dan Riska, nasibnya sama denganku yang di paksa orang tuanya memilih jurusan itu sehingga kami merasa cocok dan akhirnya bersahabat.
Awalnya kami hanya sekedar bolos di jam pelajaran yang sulit dan tidak kami sukai, tau sendirikan jurusan perawatan agak mirip dengan dasar kedokteran yang sering membuat kita pusing karena tidak menyukainya jadi tidak ada semangat belajar dari kami.
Seringkali ketika di antar ibuku kesekolah, bukannya masuk sekolah aku bersama Hana dan Riska langsung kabur pergi ke tempat wisata atau taman karena malas belajar di sekolah yang tidak kami inginkan.
Surat peringatan sering kami dapat tetapi tidak kami sampaikan pada orang tua kami.
Sebulan berlalu akhirnya SP 3 di keluarkan oleh sekolah dan di kirimkan kepada ibuku. Betapa marahnya dia kepadaku yang tak hanya berbohong tapi mengecewakannya.
Dia mengusirku, dan dia memutuskan menitipkanku pada nenekku.
"Kalau kamu tidak mau sekolah ya sudah kerja saja sana !!
Ganti semua uang pendaftaran sekolahmu yang sudah aku usahakan untukmu !! ", ujar ibuku yang penuh kekecewaan padaku karena terlalu berharap banyak padaku saat masuk sekolah itu.
Aku di paksa untuk mencari pekerjaan untuk mengganti uang pendaftaran sekolahku yang lumayan mahal itu yang di dapat ibuku dari hutang demi harapannya padaku agar bisa tercapai tetapi aku malah mengecewakannya.
Terluka sekali hatiku, berasa ingin memberontak mengatakan semua mauku, tapi apa daya aku tak mampu karena rasa takutku kepada kedua orang tuaku.
Hampir sebulan sudah aku di rumah nenekku, tak ada satupun niat dari orang tuaku untuk menengok ataupun hanya sekedar tanyakan kabarku disini. Untunglah aku mempunyai nenek yang baik yang mengerti apa yang aku rasakan. Dia memberitahu ibuku untuk menjemputku dan menerimaku kembali ke rumah, berat awalnya tapi naluri seorang ibu semarah apapun tidak akan tahan jauh dari anak sekalipun dia membuat kesalahan.
Seakan tidak kapok, aku yang masih menghubungi Hana dan Riska yang sekarang sudah pindah kesekolah dengan jurusan yang mereka inginkan yang kebetulan sama dengan jurusan yang aku mau.
Aku meminta untuk sekolah lagi di tempat yang sama dengan Hana dan Riska, selain jurusan sesuai yang aku sukai di sekolah itu tidak begitu mahal seperti yang sebelumnya, dan akhirnya ibuku mengijinkanku untuk bersekolah lagi.
Tetapi karena pergaulan dengan teman yang sama bahkan lebih parah, kami sering keluar malam dengan alasan tugas yang justru kami buat untuk pergi bersama banyak teman laki-laki dan berganti-ganti pacar.
Sampai suatu hari ibuku melihatku saat bersama pacarku dan teman-temanku keluar malam, dia langsung menyeretku pulang dan memberitahu pada ayahku yang pada akhirnya membuat aku harus diam di rumah dan dilarang untuk sekolah lagi.
Berhari-hari aku di kurung di rumah oleh orang tuaku, hingga saat itu ibuku memutuskan untuk mengenalkan aku dengan pria. Dia adalah Ihsan, dia rekan kerja ayahku umurnya jauh lebih tua 10 tahun dariku.
Ibuku berharap dengan pria ini bisa menjagaku, agar hanya satu pria saja yang dia tau bersamaku setiap waktu aku keluar rumah.
Semua berjalan baik sampai akhirnya aku jatuh cinta padanya.
Dia selalu mengantarku bekerja atau hanya sekedar cari makan keluar rumah, kebersamaan itulah yang membuat kita saling mencintai.
Aku berpikir semua baik-baik saja sekarang, tetapi Ihsan tidak sebaik yang orang tuaku pikirkan.
Dia sama nakalnya denganku, hubungan percintaan kami sudah melewati batas hingga akhirnya aku hamil di luar nikah. Aku dan Ihsan berhasil menyembunyikannya selama 6 bulan tapi karena perut ini yang semakin membesar akhirnya ibuku mengetahuinya.
Ibuku menangis sejadi-jadinya melihat keadaanku, kenakalanku yang berkali-kali mengecewakan dan melukai hatinya.Dia merasa sudah gagal mendidik diriku.
Aku merasa betapa buruknya aku saat itu, berapa banyak dosa yang kulakukan, berapa kali sudah aku menyakiti hati ibuku, hingga akhirnya aku berjanji untuk memperbaiki diriku setelah menikah dengan Ihsan.
Kejadian yang menimpaku, membuatku belajar untuk memperbaiki sikap dengan menurut perkataan orang tua dan menjadi istri yang baik untuk suamiku sekarang.
Tiga bulan lebih sudah berlalu, akhirnya tiba saat aku melahirkan putri pertamaku dengan Ihsan, begitu berat perjuangan seorang ibu saat melahirkan, yang seolah mengingatkanku akan dosa-dosa yang sudah aku lakukan pada ibuku.
"Maafkan aku ibu... Aku baru tau perjuangan seorang ibu begitu berat bukan ketika anak beranjak dewasa tetapi perjuangan ibu itu di mulai sejak saat anak itu di lahirkan ", aku menangis sembari menciumi kedua tangan ibuku sesaat setelah melahirkan putriku.
Sejak saat itu, keputusanku untuk hijrah menjadi lebih baik semakin kuat. Aku tak ingin kejadianku terulang pada putriku. Aku dan Ihsan ingin memberikan contoh yang baik untuk putri kami.
Kejadian demi kejadian membuatku semakin bersyukur, masih ada kesempatan untukku hijrah kembali ke jalan yang benar, beribadah yang baik serta berbuat baik pada orang tuaku yang selama ini banyak aku kecewakan dan aku lukai hatinya.
Entah bagaimana jika tidak ada kesempatan untukku, atau aku meninggal sebelum bertobat ?
Di dunia mungkin banyak sekali yang akan menolongku, tapi setelah meninggal tidak ada yang bisa menolong selain perbuatan baik yang aku lakukan, jika tidak ada perbuatan baik yang aku lakukan mungkin hanya balasan buruk yang aku terima di akhirat kelak.
Bersyukurnya diriku masih ada kesempatan bertobat, dan semoga ini bisa jadi awal yang baik untuk aku dan keluargaku.
Quote:




anasabila dan l13ska memberi reputasi
2
887
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan