Kaskus

Story

l13skaAvatar border
TS
l13ska
Ratu Penguasa dan Rakyat Jelata
Ratu Penguasa dan Rakyat Jelata

Narsih, wanita berusia separuh abad dengan sombongnya melenggang bebas berjalan. Ia memang terkenal akan kesombongannya. Beberapa kali bertemu dengn tetangga ia selalu membuang muka.

Dia memang istri pedagang ayam yang terkenal kaya di kampung rambutan. Keluarga Narsih memang kaya raya dari berjualan ayam. Namun sombongnya juga luar biasa gak ketulungan. Sampai-sampai ada gosip beredar ia menjalankan pesugihan.

Hubungan dengan kerabatpun tak begitu baik. Pantaslah kiranya kesombongannya itu pasti membuat ia tak akur dengan saudara iparnya. Bahkan salah seorang saudaranya menuturkan keoada setiap orang yang ditemui termasuk Martini bahwa Narsih hanya ingin menguasai harta keluarga suaminya. Serakah dan tamak.

Tingkah lakunya bak seorang ratu yang tinggal di istana yang megah. Perhiasannya yang dipakai sangat banyak. Semua emas. Emas. Dan gelang beraneka model dan ukuran bertumpuk-tumpuk di kedua pergelangan tangannya. Total semua mungkin sekilo atau dua kilo.

Bibirnya selalu monyong satu senti meter kedepan. Cemberut dan susah senyum. Benar-benar berbakat jadi orang sombong kelas wahid.

Sang ratu
Dialah sang ratu
penuh rayu dengan matanya yang sayu
Dahulu ia hanyalah orang tak berada
Dan berstatus rakyat jelata
Saat harta dan kuasa ada didepan mata seketika ia berubah menjadi medusa

Wanita cantik berambut ular
Licik
Ambisius
Sombong

Dengan tatapan mematikan
Siap melumpuhkan kesiapa yang tak ia sukai

Berkawan melihat harta
Jabatan tinggi prioritas utama
Seolah keduanya karcis masuk ke istana megahnya
Alergi dan jijik dengan orang miskin nan papa
Terlebih jika tinggal di rumah sewa

Hanya berkawan dengan wanita bangsawan
Seolah lupa ia dulu tak lebih hanya manusia rendahan
Dipinang raja hingga status melejit bak artis india
Sekarang melenggang bergaya dan bergoyang si tumpukan harta

Raja selalu dalam kendalinya
Ia pengusa segala harta
Tak peduli keluarga bahkan saudara
Siapa tak sejalan visi dan misi disingkirkannya


***

Kasihan Martini, tetangga baru yang hidup sederhana dan tinggal di rumah kontrakan kecil berukuran tiga kali tiga itu di sebelah rumah Narsih. Kasur tak punya apalagi televisi dan sepeda motor. Berbeda dengan keluarga Sema sejak awal kepindahan, keluaraga Sama memboyong semua furnitur rumah tangan. Bahkan sepwda motor merwka punya.

Martini tak pernah dianggap oleh Narsih dan kelurga bahkan putri kecilnya tak diizinkan menginjakkan kaki di rumahnya. Selalu diusir setiap hendak memasuki rumahnya. Hanya Sema anak keluarga kaya yang boleh menjadi tamu kehormatan mereka. Bahkan sudah seperti keluarga.

Lucunya, Narsih pintar bermain peran dan memutar balikan fakta. Jika ada banyak orang ia dan anaknya begitu baik bak dewi bahkan kepada Maya yang mereka benci. Namun jika berhadapan muka terlihatlah rupa aslinya. Benar-benar Medusa.

Martini yang marah setelah memendam ribuan rasa sakit akan perlakuan Narsih sekeluarga. Hari itu kehilangn kontrol demi mendengar perkataan Mona kepada Maya.

" Loh lepas sandalmu! Itu baru saja ku pel." kata Mona dengan ketusnya.

Maya yang kaget karena dimarahi tak jdi melangkahkan kaki mungilnya.

Martini segera mengangkat tubuh mungil Maya anaknya

"Jangan kesini nak. Ini masjid"



Geram rasa hati Martini. Bukan sekali dua kali Maya diperlakukan seperti itu. Memasuki rumah bak istana itu ia seolah takut. Berkali-kali tiap hendak ke rumah megah itu. Pemilik rumah selalu menutup pintunya. Ia hanya ingin bermain dengan kawannya. Apakah salah?

***



Rumah bak istana tempat Sang ratu berkuasa
Megah nan indah namun penuh kepalsuan.
Ratu tak suka akan rakyat jelata
Anggapnya mereka tak lebih dari pengemis saja


Ratu begitu tak peka akan kritik
Tak suka diprotes
Bahkan tak segan ia memusuhi orang yang tak disukai
Melancarkan aksi keji yang tak bernurani


Narsih sepertinya telah mendengar cerita Mona. Hari itu i dengan keduanya menyindir Martini. Maya yang hendak mengikuti Sema menghenyikan langkah ketika di depan rumah Narsih.

"Masuk saja. Wong itu bukan masjid." Sindir Narsih dengan senyum kecutnya.

"Kalau bukan masjid kenapa tiap masuk rumah jenengan anak saya harus melepas sandal?.. Ngapunten saya kemaren nyebut rumah jenengan masjid soalnya anak saya diperlakukan seperti najis. Tiap mau ke rumah jenengan selalu ditutupin pintu."
Martini pun berlalu tanpa melihat ekspresi Narsih yang emosi menahan geram.

****
Sejak hari itu kehidupan keluarga Martini tak lebih baik. Martini yang baru merasakan realita hidup bertetangga sangat kecewa dengan sikap tetangganya itu.

Harta? Jika dari hari ia dipandang rendah. Haruskah ia bekerja keras atau menunjukkan harta warisan bapaknya agar diterima Narsih sekeluarga .

Tidak, bodoh sekali berbuat baik hanya untuk diterima dalam pergaulan kaum elit entah berduit itu. Kaum elit yang benar-benar pelit. Mereka tak lebih dari selilit yg harus dibersihan dari dunia ini. Bikin rusuh dan gaduh saja.



Perlakuan keluarga Narsih kepada Martini semakin menjadi-jadi. Pernah sekali Martini diajak melayat bareng Bu Ipah. Namun, kemudian ditinggal hanya karena Narsih tak mau bareng orang miskin.

Narsih sudah mengibarkan bendera permusuhan. Setiap bertemu Narsih sekeluarga tak ada yang sudi menyapa Tini. Bahkan Maya yang masih kecik dikucilkan dari pergaulan. Kawannya, Sema anak tetangga kaya yang selalu main di rumah Narsih tak diizinkan bermain dengan Maya.

Benar-benar sekumpulan orang picik.

emoticon-Kalah

Bahkan suatu hari, Narsih memberi sepotong kue pada Sema namun Maya tak diberi. Sema, memang anak orang kaya yang disukai Narsih sekeluarga. Anak pengusaha katering terkenal. Cucu dari Pak Haji dan Bu Haji yang tersohor di kampung Rambutan.

Sementara kawannya lahap memakan kue, Maya hanya menelan ludah.

Martini yang melihat langsung pemandangan itu tak tega kepada anaknya. Hati martini seolah teriris pisau tumpul. Sakit. Sebelum Maya merengek meminta kue yang sama pada Martini. Ia bergegas masuk rumah dan ambil dompet dengan beberapa lembar uang di dalamnya.

Ia gendong putrinya yang masih berusia setahun setengah itu ke toko Buk Bar. Toko di komplek yang jual aneka snack. Dibelinya semua jajanan dan sebotol susu yang diminta anaknya. Ia tak semiskin itu hingga tak mampu memberikan kue yang diinginkan anaknya. Tak semakin itu.

Dibawanya sekantung kresek berisi aneka jajan itu oleh Maya. Maya yang senang langsung masuk tanpa menoleh pada Sema dan sepotong kue biadab. Sejak hari itu Martini tak lagi sudi bercengkerama di depan rumah Sang Ratu.

Biarlah Sang Ratu hidup dan hancur bersama kesombongannya


Quote:
Diubah oleh l13ska 11-07-2019 06:46
CahayahalimahAvatar border
Cahayahalimah memberi reputasi
1
931
7
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan