Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

noviepurwantiAvatar border
TS
noviepurwanti
Maafkan Ibu, Nak
Maafkan Ibu, Nak


Hidup bertetangga itu manis-manis kecut rasanya. Banyak kecutnya, sih, menurutku. Apalagi keluargaku tinggal di kampung yang rumahnya nyaris nggak ada jarak antara tembok satu dengan lainnya. Nempel-pel kayak upil abis bepergian jauh naik motor!

Semua aktifitas tetangga nggak ada rahasia lagi. Si Anu sedang gondokin suaminya, si Itu lagi marahin anaknya, si Onoh kemarin abis ditabok mertuanya. Semuanya jadi rahasia umum di tempat Mbak Sari, penjual sayur tempat kumpulnya Komunitas Emak Apdet Berita alias KEAB.

"Tahu nggak, kemarin malam mbak Sri barusan beli kalung 20 gram! Katanya dapat hadiah dari kantor suaminya. Tapi, siapa yang tahu, ya. Lha wong kerjaan suaminya aja Ojol, dari mana dapat bonus?" Aku mulai memanasi anggota KEAB yang rata-rata memakai daster penuh ventilasi pada area ketek dan pinggul.

Jeng Ria, anggota paling tua menyahut, "Jangan-jangan duitnya hasil korupsi. Hahaha."

Kami ngikik-ngikik nggak jelas sambil pilih-pilih terong ungu.

"Tapi yang paling parah, tetangga yang baru tiga bulan pindah di depan balai RW. Mentang-mentang kaya dia nggak mau kumpul sama Emak-Emak. Padahal Mbak Nisa juga nggak bekerja. Pengangguran kek kita-kita." Aku curhat masalah darurat, tentang perilaku tetangga baru yang nggak tahu diri.

"O, Mbak Nisa yang pakai jilbab tiap hari itu ya." Kali ini Mbak Yuli yang ngomong.

Aku manggut-manggut, "Iya betul. Udah gitu orangnya sombong, nggak pernah nyapa tetangga. Diem aja kalau ketemu. Kek orang bisu aja."

Tiba-tiba Mbak Yuli menowel pundakku. Dagunya menunjuk pada sosok bergamis biru yang berjalan di kejauhan.

"Stt, Mbak Eka, itu orangnya datang," bisik Jeng Ria.

Gerombolan KEAB sontak terdiam. Nisa, si tetangga baru mengucapkan 'permisi' pelan dan mulai memilih belanjaan. Dia mengambil ayam, udang dan pesan sayur cap cay. Setelah membayar, Nisa langsung pulang ke rumahnya.

Benar-benar nggak mau bergaul dengan tetangga.

"Lihat saja, tingkahnya songong banget. Sok suci!" Bibirku mencebik.

Sebel banget lihat orang itu. Moodku langsung anjlok seketika. Males bergosip, aku memilih belanja sayur sop dan tempe lalu balik ke rumah.

Sebenarnya ada alasan khusus aku nggak suka dengan Nisa. Dia mempunyai semua hal yang kuinginkan. Punya rumah lantai dua, suaminya ganteng rajin ke masjid, anak-anaknya lucu dan nurut banget setiap sore ngaji di musholla. Hidup Nisa sempurna! Berbeda jauh denganku yang hanya seorang istri buruh pabrik udang.

Mas Aji suamiku, boro-boro ke masjid, wong sholat saja bolong-bolong. Dia cuma rutin sholat Jumat doang sama sholat hari raya. Selain itu enol besar.

Aku sendiri manut suami. Nggak pernah sholat juga. Pun dengan Yudi, anak semata wayang kami yang berusia 10 tahun. Kalau disuruh sholat susahnya minta ampun! Untung-untung dia mau mengaji, meskipun masih jilid 4 Tilawati.

Ternyata hidup itu penuh kecemburuan. Dalam hati kecil, aku ingin sekali punya keluarga sempurna seperti keluarganya Nisa. Tapi apa daya, jauh panggang dari api.

***

Siapa sangka, orang yang setiap hari aku omongin menjadi orang yang pertama kali mengulurkan bantuan saat terjepit keadaan.

Mas Aji tiba-tiba sakit tipes dan harus dirawat di rumah sakit. Aku minta tolong anggota geng KEAB supaya menjaga Yudi. Sedih sekali saat semua Emak-Emak itu beralasan sibuk ini itu. Mereka malah menyuruhku menitipkan Yudi pada orang tua di desa.

Maafkan Ibu, NakInstagram.com/hijabcetarz


"Yudi biar tinggal bersamaku, Mbak." Nisa datang menawarkan bantuan. Sepertinya ia nguping pembicaraan kami di warung.

"Beneran, Mbak?" Aku menatap wajah teduhnya.

"Iya, lagian Yudi juga teman sekelas Ahsan. Mbak jaga suami saja, Yudi biar aku yang urus."

Ah, rasanya bebanku terangkat. Aku mengucapkan terima kasih pada Nisa. Tak disangka, Yudi senang sekali bisa tinggal beberapa hari di rumah Nisa. Dia jejingkrakan memasukkan baju dan buku pelajaran ke dalam tasnya. Ia bahkan menolak kuantarkan ke rumah Nisa.

Mas Aji tergeletak lemas di rumah sakit. Aku merawatnya selama tiga hari. Untung saja semua biaya pembayarannya dicover BPJS, kalau tidak, bisa puyeng kepalaku memikirkan biayanya.

Setelah dinyatakan sembuh, Mas Aji boleh pulang. Tiap tiga hari harus kontrol kesehatan.

Tiga hari aku nggak bisa maksimal merawat Yudi. Sepulang dari rumah Nisa, anak itu membuatku sangat terperanjat.

Dia berubah!

"Ibu, aku mau ke masjid dulu. Mau sholat." Menjelang adzan Magrib, Yudi sudah ganteng memakai baju koko dan kopiah putih. Dia mengecup tanganku dan berlari ke luar rumah.

Ada sebuah rasa damai yang menelusup hati saat melihat Yudi berangkat ke Masjid. Kukira hanya sementara saja, biasanya sifat anakku itu gampang bosan. Ternyata aku salah, sudah satu bulan berlalu. Yudi masih rutin sholat jamaah di masjid dan sekarang dia rajin mengaji.

Aku malu!

Melihat anak sekecil itu sudah mempunyai prinsip. Air mataku menetes setiap kali Yudi salim, mengecup punggung tanganku dengan takzim.

Kenapa aku masih tetap seperti ini? Terkungkung dalam egoisme diri. Demi melihat suami yang lupa menjalankan kewajiban pada Tuhan, lantas aku ikut-ikutan. Bagaimana nanti aku harus bertanggungjawab?

Pertanyaan demi pertanyaan menggelayuti hati. Pada akhirnya aku mengambil keputusan besar. Tepat pada hari ke empat puluh setelah mas Aji sembuh.

Sebelum adzan Magrib berkumandang, aku mandi besar. Lalu memakai gamis yang dibelikan mas Aji pada lebaran kemarin. Juga mengenakan kerudung senada.

Yudi sepertinya kaget melihat penampilanku. Mata beningnya terbelalak

"Ibu mau ke mana?"

"Yudi, ibu ikut ke masjid, ya, Nak. Kita sholat sama-sama."

Yudi tertawa lebar. Bocah itu memelukku erat.

Aku menggandeng jemari bocah solih ini. Merasakan kehangatan kulitnya merasuk ke dalam hati. Kami berjalan beriringan menuju masjid. Aku mendekap erat mukena di dada.

Maafkan ibu yang selama ini tak pernah mendoakanmu, Nak. Mulai sekarang, ibu akan berusaha menjadi ibu yang bisa kau banggakan. Kita doakan bersama supaya ayahmu juga mendapat hidayahnya.

End
Diubah oleh noviepurwanti 08-05-2019 23:38
jiyanqAvatar border
tien212700Avatar border
pulaukapokAvatar border
pulaukapok dan 14 lainnya memberi reputasi
15
4.4K
90
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan