- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Hijrah Sang Penjaga Malam


TS
m00n2718
Kisah Hijrah Sang Penjaga Malam








Kisah yang akan saya sajikan disini berdasarkan kisah nyata dari pengalaman sahabat saya. Kisah ini sudah diceritakan kepada saya dan beliau sudah setuju kisah ini di angkat ke kaskus. Langsung saja berikut kisah hijrah beliau :

Namanya adalah Rahmadin, sapaan akrabnya Mas Din/Kang Din. Dia berprofesi sebagai wirausaha dengan membuka bengkel motor dan servis alat elektronik di depan rumahnya. Beliau orangnya ramah, santai, asyik diajak ngobrol dan sayang terhadap keluarganya.
Kang Din memiliki dua orang anak yang semuanya perempuan, yang besar kelas 4 SD sambil mondok, dan yang kecil masih tujuh bulan karena memang istrinya baru saja melahirkan. Kang Din ini suka sekali menolong orang, baik keluarganya, sahabatnya maupun orang yang baru ditemuinya. Yang sekiranya bisa ia bantu pasti dilakukanya. Ia juga suka bemasyarakat dan ikut andil dalam kegiatan sosial yang ada di desa.

Ternyata setelah saya lebih akrab lagi dengan nya, Kang Din ini memiliki cerita perjalanan hidup yang tidak mudah dan menginspirasi. Sebelum Ia menjadi Kang Din seperti sekarang ini, Ia sempat berada dalam dunia malam yang syarat akan hura-hura dan perbuatan yang kurang baik.
Kisah berawal ketika Ia masih kecil, Kang Din dilahirkan dari orang tua yang biasa saja, malah bisa di bilang kurang mampu. Di sebuah Desa yang terpencil. Tepatnya sebuah desa kecil di Kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung.
Ia besar layaknya anak kecil lainnya, di isi dengan bermain dan bandel. Setelah beranjak remaja Kang Din sadar bahwa Ia lahir dari keluarga yang kurang mampu sehingga membuatnya berpikir untuk ikut membantu kedua orang tuanya. Saat duduk di bangku SMP Ia mulai ikut membantu pekerjaan orang tuanya, baik membantu di ladang maupun di kebun karet dimana orang tuanya bekerja. Sebenarnya Kang Din ini cukup pintar dalam bidang akademis, ini terbukti ketika SMP sampai dengan SMA Ia selalu mendapatkan keringanan biaya dan bantuan Beasiswa karena prestasinya.
Setelah lulus SMA Ia mulai mempunyai keinginan untuk merantau karena Ia sadar kalau untuk melanjutkan kuliah orang tuanya pasti merasa berat. Dari situlah Ia mengikuti test pelatihan untuk menjadi security dan lulus, akhirnya Ia mendapat panggilan kerja yang ditugaskan di salah satu perusahaan Timbal di Kepulauan Bangka Belitung.


Setelah dua belas tahun lamanya Kang Din berada di Bangka dan selalu menjalani rutinitas malam, pada suatu pagi buta sebelum shubuh setelah Ia pulang ke mess Ia pun terduduk termenung karena masih dalam pengaruh alkohol. Lamut-lamut terdengar kumandang suara adzan dari masjid yang tak jauh dari messnya berada. Entah kenapa tiba-tiba ia teringat akan kampung halamanya, orang tuanya, dan juga masa-masa kecilnya.
Tak terasa matanya berkaca-kaca dan teringat akan raut wajah kedua orang tuanya yang sudah tua dan keriput. Sedikit demi sedikit dadanya terasa sesak dan penyesalan akan apa yang telah Ia lakukan selama merantau di Bangka membuatnya tak kuasa menahan tangisnya.
Adzan shubuh masih berkumandang terdengar kalimat :
Mendengar kalimat adzan itu membuat Kang Din semakin tersadar bahwa betapa sia-sianya kehidupan yang Ia jalani selama dua belas tahun merantau ini. Sedangkan jika dilihat dari sisi materi, gaji yang Ia terima cukup bahkan lebih tapi tak sekalipun ia teringat akan keluarganya. Orang tuanya pun memang tak pernah sedikitpun meminta uang darinya. Betapa jauhnya Ia dari Sang Pencipta yang telah memberinya, nafas, kesempatan, dan waktu untuk menjalani hidup.
Seiring dengan selesainya adzan shubuh, Kang Din yang sudah mulai sadar akhirnya telah bertekad untuk berhenti dari dunia malam dan meninggalkan Bangka untuk selama-lamanya. Hal ini Ia sampaikan kepada temannya, temannya tidak melarangnya hanya memberi saran untuk menghabiskan masa kerja satu bulan lalu kemudian bisa pergi. Kang Din pun menerima saran temannya itu. Akhirnya setelah dua belas tahun berada dalam hingar pingar kehidupan malam Ia pun bisa lepas dan meninggalkan dunia itu untuk selama-lamanya. Setelah akhir bulan tiba Ia pun mengajukan surat pengunduran diri dari tempat Ia bekerja, keesokanya Ia pun berangkat untuk kembali ke kampung halamanya. Dan awal kehidupan Kang Din yang baru pun telah dimulai.

Setelah Kang Din berada di kampung halamanya, Ia bertekad untuk bisa menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama. Ia pun bekerja di salah satu bengkel motor yang ada di desa tetangga. Siang hari bekerja malam harinya Ia ikut mengaji di salah satu masjid yang ada di desanya. Dari sinilah Ia mulai memperdalam agamanya.
Dalam bekerja pun Kang Din ulet dan rajin serta cepat belajar sehingga tak butuh waktu lama Ia pun bisa menjadi montir yang hebat dan berkesempatan mengikuti berbagai pelatihan montir yang diadakan oleh BLK di daerahnya serta mendapatkan beberapa sertifikat.
Kang Din juga tak pernah absen dalam kegiatan keagamaan, baik mengaji rutin, pengajian, pengkajian ilmu agama, ataupun kegiatan keagamaan lainnya. Hal ini yang membuat Ia dekat dengan beberapa Kyai dan guru ngaji di daerahnya. Setiap dimintai tolong Ia pun menyanggupinya. Sering Ia di mintai tolong untuk menjadi sopir mengantar Kyai atau Ustadz pergi ke suatu tempat dengan ikhlas Ia menyanggupinya.
Sampai akhirnya Ia bertemu dengan wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya. Singkat cerita Ia pun menikah dengan seorang wanita yang ternyata anak orang terpandang di desanya. Hal ini tidak membuat Kang Din berpangku tangan, Ia tetap menafkahi istrinya dengan caranya sendiri yaitu menggarap sawah ayah mertuanya dengan sistem bagi hasil dan tetap menjadi montir di bengkel.
Uang dari bagi hasil sawah itu sebagian Ia gunakan untuk menafkahi istri dan kehidupan sehari-harinya sebagian lagi di tabungnya dengan harapan dapat membeli sebidang tanah dan mendirikan bengkel motor sendiri. Setelah uang tabunganya dirasa cukup Kang Din pun keluar dari bengkel tempat Ia bekerja dan membeli sebidang tanah sekaligus mendirikan bangunan berukuran sedang yang merangkap sebagai bengkel motor.
Akhirnya Kang Din mempunyai usaha sendiri yaitu bengkel motor dan juga menerima servis elektornik. Dari sinilah sekarang Kang Din menghidupi keluarganya. Mulai dari anak pertamanya yang bernama Via Salsabila, nama bengkelnya diambil dari nama anak pertamanya ini yaitu Via Motor.
Dan sembilan tahun setelah Via lahirlah anak kedua yang bernama Aulia Alina Rahmah. Kang Din mengatakan bahwa setiap anak membawa rezekinya masing-masing. Begitulah yang Ia rasakan, dari anak pertama si Via mula-mula rumah masih jadi satu dengan bengkel lambat laun Ia dapat membangun rumah terpisah. Dan biaya sekolah Via pun Ia akui murni dari hasil bengkel. Ia juga bersyukur Via menjadi anak yang cerdas semenjak duduk dibangku SD sampai sekarang kelas 4 selalu mendapat ranking tiga besar. Dan sejak kelas 2 SD Via dengan sendirinya sudah minta ke Kang Din untuk dipondokkan di pondok anak-anak yang tak jauh dirumahnya. Karena ini keinginan anaknya sendiri Kang Din pun memperbolehkanya. Dan lagi-lagi biaya Via di pondok dan sekolah selalu saja ada dan cukup. Sampai yang anak kedua si Alina ini tetap membawa rezekinya sendiri. Ia merasa hidupnya mengalir begitu saja dan rezeki selalu datang entah darimana saja datangnya, bengkelnya pun tak pernah sepi dari pelanggan. Mulai dari awal hanya bisa servis saja, sekarang juga sudah mulai menjual sparepart berbagai macam jenis motor.
Kang Din mengatakan bahwa kita hidup itu harus mempunyai prinsip dan tujuan, dikarenakan kita beragama Islam maka dari itu prinsip dan tujuan apapun yang kita pegang haruslah sesuai dengan kaidah-kaidah islam. Karena jika kita tidak beprinsip sesuai dengan agama apalagi tidak mempunyai prinsip yang ada kita hanya akan terombang-ambing dijalan yang tidak benar seperti yang pernah Ia alami dulu. Kang Din pun bersyukur bahwa Ia masih diberi kesempatan untuk sadar dan dapat hijrah dari dunia yang gelap menjadi dunia yang terang dan yang terpenting berada di jalan yang di ridhoi-NYA.
Spoiler for PERKENALAN:

Namanya adalah Rahmadin, sapaan akrabnya Mas Din/Kang Din. Dia berprofesi sebagai wirausaha dengan membuka bengkel motor dan servis alat elektronik di depan rumahnya. Beliau orangnya ramah, santai, asyik diajak ngobrol dan sayang terhadap keluarganya.
Kang Din memiliki dua orang anak yang semuanya perempuan, yang besar kelas 4 SD sambil mondok, dan yang kecil masih tujuh bulan karena memang istrinya baru saja melahirkan. Kang Din ini suka sekali menolong orang, baik keluarganya, sahabatnya maupun orang yang baru ditemuinya. Yang sekiranya bisa ia bantu pasti dilakukanya. Ia juga suka bemasyarakat dan ikut andil dalam kegiatan sosial yang ada di desa.
Spoiler for KISAH MASA LAMPAU:

Ternyata setelah saya lebih akrab lagi dengan nya, Kang Din ini memiliki cerita perjalanan hidup yang tidak mudah dan menginspirasi. Sebelum Ia menjadi Kang Din seperti sekarang ini, Ia sempat berada dalam dunia malam yang syarat akan hura-hura dan perbuatan yang kurang baik.
Kisah berawal ketika Ia masih kecil, Kang Din dilahirkan dari orang tua yang biasa saja, malah bisa di bilang kurang mampu. Di sebuah Desa yang terpencil. Tepatnya sebuah desa kecil di Kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung.
Ia besar layaknya anak kecil lainnya, di isi dengan bermain dan bandel. Setelah beranjak remaja Kang Din sadar bahwa Ia lahir dari keluarga yang kurang mampu sehingga membuatnya berpikir untuk ikut membantu kedua orang tuanya. Saat duduk di bangku SMP Ia mulai ikut membantu pekerjaan orang tuanya, baik membantu di ladang maupun di kebun karet dimana orang tuanya bekerja. Sebenarnya Kang Din ini cukup pintar dalam bidang akademis, ini terbukti ketika SMP sampai dengan SMA Ia selalu mendapatkan keringanan biaya dan bantuan Beasiswa karena prestasinya.
Setelah lulus SMA Ia mulai mempunyai keinginan untuk merantau karena Ia sadar kalau untuk melanjutkan kuliah orang tuanya pasti merasa berat. Dari situlah Ia mengikuti test pelatihan untuk menjadi security dan lulus, akhirnya Ia mendapat panggilan kerja yang ditugaskan di salah satu perusahaan Timbal di Kepulauan Bangka Belitung.

Kang Din ini bertugas sebagai penjaga malam. Karena pada saat itu area tambang di tempatnya bekerja sedang gencar-gencarnya pemalakan dan pencurian baik timbal, atau pun bahan bakar alat berat serta onderdil alat beratnya. Kang Din bekerja sebagai tim ada satu rekan timnya yang sekaligus teman messnya. Temannya inilah yang membuat Kang Din menjadi berubah dari anak polos nan lugu menjadi anak gaul dan suka dunia malam.
Cerita berawal ketika temannya ini ingin pergi ke kota dimana banyak Bar, tempat lokalisasi, kuliner dan hiburan dunia malamnya berada. Temannya ini mencuri bahan bakar kemudian di jual untuk dijadikan ongkos kesana. Kang Din yang tahu tidak mencegah karena itu temannya dan Ia pun diajak menuju kota. Sesampainya disana Ia tak kuasa mencoba hal-hal baru dari dunia malam yang selama ini belum pernah Ia rasakan.
Ia pun larut dalam dunia malam, minuman keras, mabuk-mabukan, berjoged dan lain-lainnya. Setelah uangnya habis barulah mereka pulang ke tambang dan beruntungnya malam itu atasanya tidak apel dan tidak ada barang yang hilang selain bahan bakar yang mereka curi, itupun tidak diketahui oleh atasannya.
Malam berikutnya Ia dan temannya sudah kong kalikong dengan operator alat berat untuk menyisakan bahan bakar untuk dijual lagi. Karena disana banyak penadah yang siap membeli barang-barang dari tambang, dan itu ilegal. Di malam kedua ini Kang Din bertemu dengan para preman yang menguasai wilayah dan sering menjadi biang kerok di pertambangan, karena Kang Din ini pintar ngomong dan cerdik akhirnya Ia malah bisa berkawan dengan para preman tersebut. Alhasil tambang yang Ia jaga pun aman meskipun tanpa dijaga karena ditinggal hura-hura ke kota. Sang Atasan yang merasakan kinerja Kang Din bagus karena semenjak Ia menjadi penjaga tak pernah ada kasus kerusuhan ataupun barang tambang terutama timbal yang hilang. Ini membuat Atasannya puas dan menaikkan gaji Kang Din. Untuk ukuran penjaga malam pada saat itu, gaji nya sudah lebih diatas standar belum termasuk bonus, lemburan, dan juga seseran dari kegiatan malamnya.
Dalam sebulan Kang Din bisa mendapatkan uang empat sampai enam juta. Tetapi semua habis dalam dua tiga malam di hiburan malam yang selalu Ia dan kawan-kawannya kunjungi. Hal yang sama pun terus berulang-ulang, hura-hura, mabuk-mabukkan, judi, berkelahi dan lain sebagainya. ini pun berlangsung selama dua belas tahun Ia berada di sana, sampai akhirnya ada sesuatu yang membuatnya berubah dan berbalik dari dunia malam tersebut.
Cerita berawal ketika temannya ini ingin pergi ke kota dimana banyak Bar, tempat lokalisasi, kuliner dan hiburan dunia malamnya berada. Temannya ini mencuri bahan bakar kemudian di jual untuk dijadikan ongkos kesana. Kang Din yang tahu tidak mencegah karena itu temannya dan Ia pun diajak menuju kota. Sesampainya disana Ia tak kuasa mencoba hal-hal baru dari dunia malam yang selama ini belum pernah Ia rasakan.
Ia pun larut dalam dunia malam, minuman keras, mabuk-mabukan, berjoged dan lain-lainnya. Setelah uangnya habis barulah mereka pulang ke tambang dan beruntungnya malam itu atasanya tidak apel dan tidak ada barang yang hilang selain bahan bakar yang mereka curi, itupun tidak diketahui oleh atasannya.
Malam berikutnya Ia dan temannya sudah kong kalikong dengan operator alat berat untuk menyisakan bahan bakar untuk dijual lagi. Karena disana banyak penadah yang siap membeli barang-barang dari tambang, dan itu ilegal. Di malam kedua ini Kang Din bertemu dengan para preman yang menguasai wilayah dan sering menjadi biang kerok di pertambangan, karena Kang Din ini pintar ngomong dan cerdik akhirnya Ia malah bisa berkawan dengan para preman tersebut. Alhasil tambang yang Ia jaga pun aman meskipun tanpa dijaga karena ditinggal hura-hura ke kota. Sang Atasan yang merasakan kinerja Kang Din bagus karena semenjak Ia menjadi penjaga tak pernah ada kasus kerusuhan ataupun barang tambang terutama timbal yang hilang. Ini membuat Atasannya puas dan menaikkan gaji Kang Din. Untuk ukuran penjaga malam pada saat itu, gaji nya sudah lebih diatas standar belum termasuk bonus, lemburan, dan juga seseran dari kegiatan malamnya.
Dalam sebulan Kang Din bisa mendapatkan uang empat sampai enam juta. Tetapi semua habis dalam dua tiga malam di hiburan malam yang selalu Ia dan kawan-kawannya kunjungi. Hal yang sama pun terus berulang-ulang, hura-hura, mabuk-mabukkan, judi, berkelahi dan lain sebagainya. ini pun berlangsung selama dua belas tahun Ia berada di sana, sampai akhirnya ada sesuatu yang membuatnya berubah dan berbalik dari dunia malam tersebut.
Spoiler for HIJRAH:

Setelah dua belas tahun lamanya Kang Din berada di Bangka dan selalu menjalani rutinitas malam, pada suatu pagi buta sebelum shubuh setelah Ia pulang ke mess Ia pun terduduk termenung karena masih dalam pengaruh alkohol. Lamut-lamut terdengar kumandang suara adzan dari masjid yang tak jauh dari messnya berada. Entah kenapa tiba-tiba ia teringat akan kampung halamanya, orang tuanya, dan juga masa-masa kecilnya.
Tak terasa matanya berkaca-kaca dan teringat akan raut wajah kedua orang tuanya yang sudah tua dan keriput. Sedikit demi sedikit dadanya terasa sesak dan penyesalan akan apa yang telah Ia lakukan selama merantau di Bangka membuatnya tak kuasa menahan tangisnya.
Adzan shubuh masih berkumandang terdengar kalimat :

Mendengar kalimat adzan itu membuat Kang Din semakin tersadar bahwa betapa sia-sianya kehidupan yang Ia jalani selama dua belas tahun merantau ini. Sedangkan jika dilihat dari sisi materi, gaji yang Ia terima cukup bahkan lebih tapi tak sekalipun ia teringat akan keluarganya. Orang tuanya pun memang tak pernah sedikitpun meminta uang darinya. Betapa jauhnya Ia dari Sang Pencipta yang telah memberinya, nafas, kesempatan, dan waktu untuk menjalani hidup.
Seiring dengan selesainya adzan shubuh, Kang Din yang sudah mulai sadar akhirnya telah bertekad untuk berhenti dari dunia malam dan meninggalkan Bangka untuk selama-lamanya. Hal ini Ia sampaikan kepada temannya, temannya tidak melarangnya hanya memberi saran untuk menghabiskan masa kerja satu bulan lalu kemudian bisa pergi. Kang Din pun menerima saran temannya itu. Akhirnya setelah dua belas tahun berada dalam hingar pingar kehidupan malam Ia pun bisa lepas dan meninggalkan dunia itu untuk selama-lamanya. Setelah akhir bulan tiba Ia pun mengajukan surat pengunduran diri dari tempat Ia bekerja, keesokanya Ia pun berangkat untuk kembali ke kampung halamanya. Dan awal kehidupan Kang Din yang baru pun telah dimulai.
Spoiler for KETENANGAN:

Setelah Kang Din berada di kampung halamanya, Ia bertekad untuk bisa menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama. Ia pun bekerja di salah satu bengkel motor yang ada di desa tetangga. Siang hari bekerja malam harinya Ia ikut mengaji di salah satu masjid yang ada di desanya. Dari sinilah Ia mulai memperdalam agamanya.
Dalam bekerja pun Kang Din ulet dan rajin serta cepat belajar sehingga tak butuh waktu lama Ia pun bisa menjadi montir yang hebat dan berkesempatan mengikuti berbagai pelatihan montir yang diadakan oleh BLK di daerahnya serta mendapatkan beberapa sertifikat.
Kang Din juga tak pernah absen dalam kegiatan keagamaan, baik mengaji rutin, pengajian, pengkajian ilmu agama, ataupun kegiatan keagamaan lainnya. Hal ini yang membuat Ia dekat dengan beberapa Kyai dan guru ngaji di daerahnya. Setiap dimintai tolong Ia pun menyanggupinya. Sering Ia di mintai tolong untuk menjadi sopir mengantar Kyai atau Ustadz pergi ke suatu tempat dengan ikhlas Ia menyanggupinya.
Sampai akhirnya Ia bertemu dengan wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya. Singkat cerita Ia pun menikah dengan seorang wanita yang ternyata anak orang terpandang di desanya. Hal ini tidak membuat Kang Din berpangku tangan, Ia tetap menafkahi istrinya dengan caranya sendiri yaitu menggarap sawah ayah mertuanya dengan sistem bagi hasil dan tetap menjadi montir di bengkel.
Uang dari bagi hasil sawah itu sebagian Ia gunakan untuk menafkahi istri dan kehidupan sehari-harinya sebagian lagi di tabungnya dengan harapan dapat membeli sebidang tanah dan mendirikan bengkel motor sendiri. Setelah uang tabunganya dirasa cukup Kang Din pun keluar dari bengkel tempat Ia bekerja dan membeli sebidang tanah sekaligus mendirikan bangunan berukuran sedang yang merangkap sebagai bengkel motor.
Akhirnya Kang Din mempunyai usaha sendiri yaitu bengkel motor dan juga menerima servis elektornik. Dari sinilah sekarang Kang Din menghidupi keluarganya. Mulai dari anak pertamanya yang bernama Via Salsabila, nama bengkelnya diambil dari nama anak pertamanya ini yaitu Via Motor.
Dan sembilan tahun setelah Via lahirlah anak kedua yang bernama Aulia Alina Rahmah. Kang Din mengatakan bahwa setiap anak membawa rezekinya masing-masing. Begitulah yang Ia rasakan, dari anak pertama si Via mula-mula rumah masih jadi satu dengan bengkel lambat laun Ia dapat membangun rumah terpisah. Dan biaya sekolah Via pun Ia akui murni dari hasil bengkel. Ia juga bersyukur Via menjadi anak yang cerdas semenjak duduk dibangku SD sampai sekarang kelas 4 selalu mendapat ranking tiga besar. Dan sejak kelas 2 SD Via dengan sendirinya sudah minta ke Kang Din untuk dipondokkan di pondok anak-anak yang tak jauh dirumahnya. Karena ini keinginan anaknya sendiri Kang Din pun memperbolehkanya. Dan lagi-lagi biaya Via di pondok dan sekolah selalu saja ada dan cukup. Sampai yang anak kedua si Alina ini tetap membawa rezekinya sendiri. Ia merasa hidupnya mengalir begitu saja dan rezeki selalu datang entah darimana saja datangnya, bengkelnya pun tak pernah sepi dari pelanggan. Mulai dari awal hanya bisa servis saja, sekarang juga sudah mulai menjual sparepart berbagai macam jenis motor.
Kang Din mengatakan bahwa kita hidup itu harus mempunyai prinsip dan tujuan, dikarenakan kita beragama Islam maka dari itu prinsip dan tujuan apapun yang kita pegang haruslah sesuai dengan kaidah-kaidah islam. Karena jika kita tidak beprinsip sesuai dengan agama apalagi tidak mempunyai prinsip yang ada kita hanya akan terombang-ambing dijalan yang tidak benar seperti yang pernah Ia alami dulu. Kang Din pun bersyukur bahwa Ia masih diberi kesempatan untuk sadar dan dapat hijrah dari dunia yang gelap menjadi dunia yang terang dan yang terpenting berada di jalan yang di ridhoi-NYA.
Spoiler for BERSYUKUR & BAHAGIA:

Kini Kang Din hidup bahagia dengan keluarga kecilnya, menjalani kehidupan sederhana sebagai montir bengkel miliknya sendiri. Ia mengatakan seberapapun yang kita dapat dari usaha kita sendiri patut disyukuri karena itu adalah berkah dan halal apalagi jika akan diberikan untuk menafkahi keluarga.
Berikut saya tampilkan beberapa foto beliau dan keluarga sebagai bukti dan tanda terima kasih saya telah diperkenankan mengangkat kisah beliau.






Itulah sedikit kisah perjalanan Beliau. Saya hanya mengambil point-pointya saja tanpa mengurangi maksud dan inti dari ceritanya. Semoga kisah pengalaman Beliau dapat menginspirasi saya pribadi dan para pembaca sekalian. Inti dari kisah Beliau yang dapat saya petik adalah kesempatan itu selalu ada, tinggal bagaimana sikap kita menerima dan mengambil kesempatan itu. Dan juga selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita, baik nikmat hidup, sehat, rezeki, keluarga, anak dan nikmat lainnya yang tidak akan bisa kita hitung jumlahnya.






Spoiler for sumur kisah:
Cerita Narasumber
pictures from google
Tambahan dari saya ala kadarnya
pictures from google
Tambahan dari saya ala kadarnya
Diubah oleh m00n2718 09-05-2019 13:08




alizazet dan saya.kira memberi reputasi
2
1.8K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan