Kaskus

News

ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Dolar AS Tembus Rp 14.300 (Lagi), Rupiah Terlemah di Asia
Dolar AS Tembus Rp 14.300 (Lagi), Rupiah Terlemah di Asia


Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah sampai tengah hari ini. Rupiah bahkan menjadi mata uang terlemah di Asia. 

Pada Rabu (7/5/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.308. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kemarin, rupiah berhasil menguat setelah 10 hari tidak pernah merasakan zona hijau. Namun hari ini rupiah kembali 'puasa'. 



Mata uang Tanah Air sudah melemah sejak pembukaan, meski tipis saja yaitu 0,07%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam dan dolar AS kembali menembus Rp 14.300. 

Sayang sekali, rupiah tidak bisa berjalan bersama mayoritas mata uang utama Asia yang menguat terhadap dolar AS. Selain rupiah, hanya dolar Hong Kong dan peso Filipina yang melemah. 

Dibandingkan dolar Hong Kong dan peso, depresiasi rupiah lebih dalam. Oleh karena itu rupiah sah menjadi mata uang terlemah di Benua Kuning. 



Isu Domestik Bebani Rupiah
Melihat situasi ini, maka sentimen domestik sepertinya lebih dominan membuat rupiah tidak bertenaga. Pertama, bisa jadi investor merespons rilis cadangan devisa. 

Bank Indonesia (BI) melaporkan, cadangan devisa April adalah US$ 124,3 miliar. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 124,5 miliar. 


Meski masih cukup memadai, penurunan cadangan devisa tetap agak mengganggu. Sebab, 'peluru' yang bisa digunakan oleh BI untuk stabilisasi nilai tukar menjadi berkurang. 


Kedua, investor juga menunggu rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2019 pada akhir pekan ini. Salah satu pos yang menjadi sorotan adalah transaksi berjalan (current account). 

Transaksi berjalan mencerminkan pasokan devisa dari sisi ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari sektor ini lebih bertahan lama (sustainable) ketimbang yang berasal dari portofolio di pasar keuangan sehingga menjadi fondasi penting bagi kestabilan rupiah. 

Ketiga, ada kemungkinan pelaku pasar wait and see akibat iklim politik yang belum kondusif usai Pemilu 2019. Perhitungan cepat (quick count) maupun riil dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) memang memenangkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin.



Namun kubu 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, terus menyuarakan menolak kalah. Bahkan Prabowo beberapa kali mengumumkan kemenangannya, berdasarkan hasil real count dari Badan Pemenangan Nasional (BPN). Kubu ini juga terus menggemakan kecurangan Pemilu dan meminta proses penghitungan suara di KPU dihentikan. 

Belum lama ini, Prabowo di hadapan koresponden media asing menyatakan dirinya tidak akan menyerah. Dia meminta media massa memberitakan kecurangan Pemilu sehingga hasilnya tidak sah.
Perkembangan ini bisa mendelegitimasi hasil perhitungan suara oleh KPU. Jadi kalau nanti KPU menetapkan siapa pun sebagai pemenang Pemilu, gaduh politik belum akan berhenti. 

Tensi politik yang tinggi ini tentu membuat investor kurang nyaman. Oleh karena itu, ada kemungkinan pemilik modal memilih menunggu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia sampai perpolitikan nasional kondusif. Hasilnya tentu rupiah melemah karena kekurangan 'darah'.



sumur


https://www.cnbcindonesia.com/market...emah-di-asia/1

emoticon-Belomatabelo

0
1.7K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan