- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Back to the 00's : Morning Daily Routine in Jakarta
TS
chikiboys
Back to the 00's : Morning Daily Routine in Jakarta
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ah, mungkin tidak ada yang dapat mengembalikan masa-masa yang amat begitu indah, yaitu masa di mana kita masih berusia muda. Bisa jadi saat itu kita masih berusia TK, SD, SMP, maupun SMA, turut merasakan betul masa-masa ini. Entah banyak sekali kenangan yang timbul sebelum era internet merambah di setiap kehidupan kita (walaupun internet di Indonesia sudah ada di tahun 2000an) dengan kota Jakarta yang laksana labirin berisi manusia-manusia tangguh, namun penuh keramahan.
Tak berlebihan bila kita mengingat kembali segala hal yang telah kita lakukan dalam menyiapkan hari-hari yang panjang. Pagi merupakan awal yang baik untuk memulai semua itu. Ketika adzan subuh berkumandang dan ayam berkokok, seketika hari yang baru dimulai. Banyak ritual pagi di kalangan penduduk Jakarta yang amat lumrah dilakukan pada zamannya, sebelum zaman dimana kita mengecek notifikasi gawai kita. Baiklah, tanpa perlu berpanjang lebar, kali ini mari kita mengingat sekilas mengenai rutinitas pagi yang selalu dikenang setiap manusia yang pernah hidup dan tinggal di Jakarta.
Di sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ibu-bapak dan 2 orang anak yang masih berusia sekolah dasar, kisah ini dimulai. Di rumah yang berukuran sekitar 5 x 6 meter mereka tinggal. Setiap pagi, bapak dan Ibu bangun tidur terlebih dahulu untuk melaksanakan salat subuh. Setelah selesai, kemudian bapak membangunkan putra-putrinya yang masih terlelap untuk segera mandi dan shalat subuh setelah malamnya belajar dan menonton TV sebentar.
Kegiatan awal ibu dimulai dengan menimba air di sumur yang terletak di belakang rumah agar mereka sekeluarga dapat mandi. Waktu itu airnya masih bagus meskipun mereka tinggal di kawasan utara Jakarta, setidaknya untuk mandi, mencuci dan untuk memasak. Setelah itu, barulah ibu mulai menyiapkan sarapan pagi yang terdiri dari nasi putih, ikan cue, tumis kacang panjang, dan tempe goreng di dapurnya yang tidak terlalu luas.
Dikarenakan bapak masuk kerja jam 8 pagi, bapak masih memiliki waktu luang untuk mengerjakan beberapa hal, seperti memandikan burung lovebird yang ia beli di pasar burung di daerah Jalan Pramuka. Oh ya, bapak masih mempunyai Vespa tahun 86 sebelum berganti menjadi Supra karena Vespa itu sering rewel minta diservis. Setiap pagi bapak memanaskan Vespa biru kesayangannya selama kurang lebih 10 menit. Kegiatan selanjutnya adalah menyapu halaman rumah yang tak begitu luas dengan sapu lidi. Sekilas menyapa tetangga yang lewat di depan rumahnya dengan ramah. Setelah rutinitas tersebut selesai, barulah bapak mulai membersihkan diri.
Sekitar pukul 6.15, mereka sudah rapi dengan setelan putih merah dan dasi serta ikat pinggang, tidak lupa dengan bedak sehingga mereka kelihatan sedikit cemong. Dikarenakan mereka masuk sekolah pukul 7 pagi, mereka bergegas untuk sarapan pagi dengan bapak dan ibunya di meja makan yang mungil.
Pukul 6.35, mereka telah selesai sarapan. Biasanya, tatkala bapak berangkat kerja, bapak terlebih dahulu mengantarkan mereka ke sekolah yang jaraknya hanya 1 km dengan menaiki vespa. Anak laki-lakinya berada di belakang setang sambil berdiri, sementara anak perempuannya berada di belakang bapak. Sebelum berangkat, mereka menyalimi ibu. Tidak lupa, ibu berpesan supaya mereka memerhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran dan jangan jajan sembarangan. Berbekal uang saku dua ribu rupiah, mereka berangkat sekolah. Sementara bapak sendiri mencium kening ibu dan ibu sendiri berpesan agar bapak berhati-hati di jalan dan memberi kabar jika terlambat pulang.
Akhirnya kedua anak tersebut tiba di sekolah pukul 6.50, tidak kesiangan dan juga tidak kepagian. Mereka menyalimi bapak dan melambaikan tangan. Kemudian bapak langsung pergi ke tempat kerjanya yang berada di kawasan industri di daerah Pulo Gadung. Sambil melewati Jalan Yos Sudarso yang penuh dengan truk kontainer, bapak kerap kali melihat pemandangan yang khas, yaitu kerumunan orang yang sedang antre mengisi bensin, menunggu bus, pelaja tawuran, atau macet karena ada bus Steady Safeyang mogok di tengah jalan. Ya, setiap hari bapak rela menjadi penglaju dan pulang di sore hari agar dapat menghidupi keluarga kecilnya.
Sementara, ibu sendiri mempunyai ritual rutin, yaitu menyirami tanaman yang ia pajang di atas tembok pagar dan sebagian digantung di pangkal atap rumah. Tanaman tersebut dibiarkan merambat dan tidak kuketahui namanya. Mungkin ada beberapa jenis tanaman yang aku ingat, seperti lidah mertua dan bunga pukul empat. Setelah itu, barulah ibu mulai mencuci baju.
Kurang lebih seperti itulah cerita yang dapat mengingatkan masa-masa tahun 2000an mengenai rutinitas pagi tiap keluarga. Barangkali agan-agan yang punya cerita tentang rutinitas pagi di wilayah Jakarta selain utara dapat membagikan ceritanya lewat kolom komentar. Wassalam.
gabodohgabener memberi reputasi
1
2.2K
2
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan