- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Dialog Damai ke-6 AS dan Taliban Dimulai


TS
ntapzzz
Dialog Damai ke-6 AS dan Taliban Dimulai

Quote:
Kabul, IDN Times - Pemerintah Amerika Serikat, pada hari Rabu (01/05) melanjutkan dialog damai bersama delegasi Taliban di Ibu Kota Qatar, Doha. Dialog damai ini adalah ronde ke-6 setelah Pemerintah AS beberapa kali terus mencoba menyelesaikan Konflik Afganistan secara damai namun selalu gagal mencapai kesepakatan bersama Taliban.
Dalam dialog damai di Doha, Delegasi AS akan lebih fokus membicarakan upaya gencatan senjata di mana hal ini akan membantu penyelesaian konflik panjang yang sudah berumur 17 tahun, seperti yang dilansir dari Reuters.
1. Pemerintah Afganistan tidak ikut serta
Dikutip dari RFE/RL, Pemerintah Afganistan tidak ikut dalam dialog damai di Qatar setelah Taliban menolak adanya kerjasama ataupun keikutsertaan Pemerintah Afganistan. Penolakan ini terjadi karena Taliban melihat Pemerintah Afganistan yang sekarang adalah pemerintahan yang korup dan boneka dari Negara Barat.
Sebelumnya, Pemerintah Afganistan dan Taliban juga sudah pernah melakukan dialog untuk menyelesaikan konflik mereka secara damai, tetapi ketidakpercayaan oleh kedua belah pihak menyebabkan perang terus berlangsung. Taliban berjanji akan kembali berdialog dengan Pemerintah Afganistan jika semua tuntutan terpenuhi, salah satunya adalah penarikan mundur seluruh pasukan asing dari Afganistan.
2. Pemerintah AS diwakili Diplomat keturunan Afganistannya
Dengan ketidakhadiran Pemerintah Afganistan dalam dialog damai tersebut, Amerika Serikat sebagai sekutu Afganistan dan negara yang terlibat konflik bersenjata bersama Taliban mengambil alih posisi. Meskipun begitu, Pemerintah AS sadar bahwa mereka sedang menghadapi sebuah kelompok kuat dan berpengaruh di Afganistan. Oleh sebab itu, sejak Oktober 2018 ketika ronde dialog damai yang pertama dimulai, Pemerintah AS sudah menugaskan diplomat keturunan Afganistannya, Zalmay Khalilzad, sebagai pimpinan delegasi khusus AS dan negosiator.
Mengetahui setiap kubu memiliki targetnya masing-masing, Zalmay Khalilzad menilai upaya gencatan senjata untuk perdamaian di Afganistan dapat terjadi jika keduanya saling mempercayai satu sama lain, dilansir dari Reuters. Menurutnya selama menjadi delegasi khusus AS dan negosiator di dialog damai AS-Taliban, terjadinya bentrokan antara sistem lama dan baru membuat tantangan tersendiri demi menghadirkan Afganistan yang damai.
"Jika Taliban bersikeras kembali ke sistem yang mereka miliki, menurut pendapat pribadi saya itu berarti kelanjutan perang bukan perdamaian", ujar Pimpinan Delegasi Khusus Amerika Serikat, Zalmay Khalilzad.
3. Kehadiran pasukan AS di Afganistan menjadi halangan utama
Dengan kembali duduknya Amerika Serikat dan Taliban di meja perundingan di Qatar, hal ini menjadi momentum penting untuk benar-benar membawa perdamaian di Afganistan setelah 17 tahun saling membunuh. Tetapi, kehadiran 14.000 tentara AS di Afganistan untuk menumpas ISIS dan kelompok teroris lainnya ternyata menjadi halangan utama yang akan dibicarakan di dialog damai.
Dalam pembicaraan nanti, Taliban menuntut untuk ditariknya seluruh pasukan asing, secara khusus pasukan AS, dari Afganistan agar dapat memenuhi tuntutan Pemerintah AS-Afganistan yaitu gencatan senjata. Taliban bersikeras jika pasukan asing masih menginjakkan kaki di Afganistan maka perang akan terus dilanjutkan.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga sudah menyetujui rencana penarikan pasukan AS dari Afganistan karena menurutnya misi mereka sudah berhasil dan selesai sejak lama. Meskipun Taliban mendapat keyakinan dan jaminan dari Trump, ancaman teroris yang akan atau telah bersarang di Afganistan memaksa AS harus berpikir matang-matang sebelum menarik diri dari Afganistan.Sumber
Dalam dialog damai di Doha, Delegasi AS akan lebih fokus membicarakan upaya gencatan senjata di mana hal ini akan membantu penyelesaian konflik panjang yang sudah berumur 17 tahun, seperti yang dilansir dari Reuters.
1. Pemerintah Afganistan tidak ikut serta
Dikutip dari RFE/RL, Pemerintah Afganistan tidak ikut dalam dialog damai di Qatar setelah Taliban menolak adanya kerjasama ataupun keikutsertaan Pemerintah Afganistan. Penolakan ini terjadi karena Taliban melihat Pemerintah Afganistan yang sekarang adalah pemerintahan yang korup dan boneka dari Negara Barat.
Sebelumnya, Pemerintah Afganistan dan Taliban juga sudah pernah melakukan dialog untuk menyelesaikan konflik mereka secara damai, tetapi ketidakpercayaan oleh kedua belah pihak menyebabkan perang terus berlangsung. Taliban berjanji akan kembali berdialog dengan Pemerintah Afganistan jika semua tuntutan terpenuhi, salah satunya adalah penarikan mundur seluruh pasukan asing dari Afganistan.
2. Pemerintah AS diwakili Diplomat keturunan Afganistannya
Dengan ketidakhadiran Pemerintah Afganistan dalam dialog damai tersebut, Amerika Serikat sebagai sekutu Afganistan dan negara yang terlibat konflik bersenjata bersama Taliban mengambil alih posisi. Meskipun begitu, Pemerintah AS sadar bahwa mereka sedang menghadapi sebuah kelompok kuat dan berpengaruh di Afganistan. Oleh sebab itu, sejak Oktober 2018 ketika ronde dialog damai yang pertama dimulai, Pemerintah AS sudah menugaskan diplomat keturunan Afganistannya, Zalmay Khalilzad, sebagai pimpinan delegasi khusus AS dan negosiator.
Mengetahui setiap kubu memiliki targetnya masing-masing, Zalmay Khalilzad menilai upaya gencatan senjata untuk perdamaian di Afganistan dapat terjadi jika keduanya saling mempercayai satu sama lain, dilansir dari Reuters. Menurutnya selama menjadi delegasi khusus AS dan negosiator di dialog damai AS-Taliban, terjadinya bentrokan antara sistem lama dan baru membuat tantangan tersendiri demi menghadirkan Afganistan yang damai.
"Jika Taliban bersikeras kembali ke sistem yang mereka miliki, menurut pendapat pribadi saya itu berarti kelanjutan perang bukan perdamaian", ujar Pimpinan Delegasi Khusus Amerika Serikat, Zalmay Khalilzad.
3. Kehadiran pasukan AS di Afganistan menjadi halangan utama
Dengan kembali duduknya Amerika Serikat dan Taliban di meja perundingan di Qatar, hal ini menjadi momentum penting untuk benar-benar membawa perdamaian di Afganistan setelah 17 tahun saling membunuh. Tetapi, kehadiran 14.000 tentara AS di Afganistan untuk menumpas ISIS dan kelompok teroris lainnya ternyata menjadi halangan utama yang akan dibicarakan di dialog damai.
Dalam pembicaraan nanti, Taliban menuntut untuk ditariknya seluruh pasukan asing, secara khusus pasukan AS, dari Afganistan agar dapat memenuhi tuntutan Pemerintah AS-Afganistan yaitu gencatan senjata. Taliban bersikeras jika pasukan asing masih menginjakkan kaki di Afganistan maka perang akan terus dilanjutkan.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga sudah menyetujui rencana penarikan pasukan AS dari Afganistan karena menurutnya misi mereka sudah berhasil dan selesai sejak lama. Meskipun Taliban mendapat keyakinan dan jaminan dari Trump, ancaman teroris yang akan atau telah bersarang di Afganistan memaksa AS harus berpikir matang-matang sebelum menarik diri dari Afganistan.Sumber
Pemerintah Afghanistan dianggap boneka us

Demokrasi atau perang!





anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
770
Kutip
5
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan