Kaskus

Story

bayudugAvatar border
TS
bayudug
Curang, Yang Menang Seharusnya Saya!
Ngenes liat pemenang lomba. Kenapa harus mereka, tidak saya. Lumayan kan kalo saya menang, bisa beli kamera dan handphone. Dua puluh juta, guile, mantep re. Pastina bisa milih handphone yang bagus. Atau beli kamera yang powerfull. Kali aja bisa jadi Youtuber. Aih aih, nape cuman bisa ngiler doank nih ceritanya.

Emang sih tulisan yang dikirim belum maksi. Walo sebenernya, otak udah dipaksa muter-muter, ajrut-ajrutan nyari kata-kata yang mantep. Biar yang baca nggak miris duluan liat tulisan yang kaco balo dan serabutan. Namun, tetep yang keluar dari pikiran itu lagi itu lagi, ini juga.. ini juga. Hadooow, bijimane nih...

Jadi kepikiran. Mereka yang menang itu, makannya apa. Dulu gaulnya dimana. SD Inpresnya jauh engga. Hingga dapet ide tulisan dan eksekusi yang mantep. Menjadikan tulisan itu mengena dan mengorek-ngorek ulu hati dewan juri. Menyebabkan timbul kekaguman di pikiran. Dengan sahihnya mereka berkata: ini dia pemenangnya.

Ah, kali aja pengumumannya salah. Coba dibuka lagi deh, pengumumannya. Eeeeh tetep aja, yang nongol mereka juga. Gak ada perubahan. Wek wek wek. Dasar aneh.

Jadi inget dulu ngelamar gawe. Pas liat pengumuman yang lolos, gak ada tuh nama kita keluar. Berulangkali kita buka situsnya atau berulangkali kita telusuri daftar-daftar orang yang lulus dalam papan pengumuman. Namun, keukeuh aja, pengumuman itu tidak mau berbaik hati untuk berubah. Dia lagi, dia lagi yang lulus, bukan kita.

Padahal, sebelumnya kita sudah tidak pede, bahwa bakalan menang atau lulus. Tapi tetep saja, ada perasaan yang menyeruak dari hati yang paling dalem. Yaitu rasa ketidakpercayaan akan berita yang mengatakan bahwa kita tidak menang atau lolos.

Entah kenapa bisa begitu, apa ini yang disebut ego atau yang disebut dengan percaya diri atau ngarep dot com. Sepertinya, faktor ngarep dot com lah yang membuat kita menjadi sangat antusias. Karena kalo ego mah, terkadang kita suka malu terhadap kemampuan diri sendiri. Dengan sadar sesadar sadarnya bahwa di atas langit ada langit yang lainnya....

Namun walo begitu, seperti biasa, pasti ada dorongan untuk menghibur diri sendiri ketika kita mengalami kekalahan seperti ini. Sudahlah, anggap saja jurinya hobinya minum kopi item sama makan pisang goreng. Tuh kan keliatan kalo mereka beda selera dengan kita. Jangankan tulisan, lah wong minumannya aja tidak satu selera dengan kita. Gizi gak pernah bisa bohong, jadi kalo mereka tidak milih tulisan kita sebagai pemenang. Anggap saja mereka kurang gizi......

Tapi pasti, ada suatu masa tenang.  Dimana semuanya berada dalam jernihnya pikiran. Lalu kita introspeksi. Oh iyah, mungkin daya pikir saya masih cetek. Atau idenya bagus, tapi aplikasinya memble. Mesti banyak yang dikejar nih. Kira-kira buku siapa yang mesti dibaca, buku mana yang mesti dibeli atau penulis mana yang mesti dijadikan acuan untuk memperbaiki kemampuan diri.

Biarlah hari ini mereka menjadi pemenang, besok jangan harap yah. Mereka mesti berdarah-darah untuk menjadi pemenang. Sang juri, mesti kebingungan dan kelabakan hingga berhari-hari mereka begadang kebingungan. Menentukan siapa yang mesti jadi jawara. Karena tulisan kita menjadi salah satu pertimbangan mereka untuk menjadi pemenang.

Atau suatu waktu, ada saat dimana sang juri dengan memicingkan mata menunjuk tulisan saya sebagai juaranya. Tanpa harus debat alot diantara jurinya. Karena kita sudah menjadi seorang jaminan mutu, untuk bagusnya suatu tulisan. Walaupun untuk hal yang seperti ini, susah terwujudnya. Dikarenakan juri juga manusia, ada yang seneng dangdut, ada yang senang rok atau ada juga yang seneng daleman rok. Pastinya, selera akan tulisannyapun berbeda.

Ada yang seneng, kejut-kejutan. Ada yang seneng muter-muteran. Ada yang senang atur-aturan. Terkadang tulisan bagus bagi satu juri, bisa jadi biasa di mata juri laennya. Nah kalo sudah begini, daripada kita nantinya berprasangka buruk. Kata curang berseliweran di kepala. Mencari kelemahan orang lain, mending kita anggap saja semua sebagai hiburan. Dengan menganggap semuanya adalah faktor takdir. Tidak yang lain.

Tapi ada satu lagih yang penting dari semua hal ini. Yaitu ada bentuk nyata karya kita, hasil muternya otak ini, hasil dari peningnya milih-milih kata hingga hasil dari beradunya jempol dengan jari tengah ketika mengetiknya di kibod. Bukan hanya angan-angan yang berkata "ah saya pasti menang kalo saya ikut lomba itu" tapi dia tidak pernah mengirimkan tulisannya.

Dan jika semua masih tidak menghibur kita, kembalikan saja semuanya ke jargon lama, jargon terakhir yang mungkin bisa mengakhiri kekecewaan kita.

Apa yah?
Usaha nomor 1
Hasil nomor 2....
Bukan begitu?

Salam hangat.... semoga menginspirasi.

Kunjungi blog saya di:
https://bundelanilmu.blogspot.com

Atau bisa klik artikel:
Saya Jadi Pemberani Gara-Gara Kucing

Mungkin suka yang ini:
Aku Cinta Kamu Meng
someshitnessAvatar border
someshitness memberi reputasi
1
334
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan