- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
7 Hal Unik Ini Hanya Dapat Anda Temukan di Aceh, Apa Saja?
TS
dragonroar
7 Hal Unik Ini Hanya Dapat Anda Temukan di Aceh, Apa Saja?
Selain memiliki memiliki sisi sejarah yang panjang dan adat istiadat yang kental dengan nilai-nilai islami, ternyata aceh juga memiliki berbagai hal-hal yang unik yang tak kalah menarik untuk di pelajari.

ACEHSATU.COM – Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebuah nama unik dan khas, meskipun sudah lama menjadi bagian dari Indonesia, namun daerah yang mendapat julukan Serambi Mekah ini tetap akan tampak berbeda, baik dari segi sosial, masyarakat, budaya dan adat istiadat Nanggroe Aceh masih sangatlah khas dan masyarakatnya sangatmenjaga kearifan lokal mereka.
Seperti namanya Naggroe Aceh Darussalam, yang artinya “Negri Aceh Rumah Yang Damai” negri ini memang benar-benar damai. Setidaknya dalam hati rakyatnya ada kedamaian. Sehingga tak heran orang Aceh dikenal sangat ramah terhadap para tamu.
Dibalik itu semua, Nanggroe Aceh telah melalui sejarah panjang di masa jayanya ketika berdaulat sebagai sebuah negara Islamyang maju, dilanjutkan dengan bergabung dengan Indonesia pasca penjajahan, diwarnai dengan pemberontakan Darul Islam, dan perang panjang selama 30 tahun dengan pemerintah Indonesia dengan alasan karena ingin menjadi negara yang berdaulat kembali, dan diakhiri oleh musibah tsunami yang dahsyat, sehingga mendengar kata “Aceh” akan menimbulkan sedikit jeda sebentar yang lengang, dilanjutkan dengan gumam, “ooo, Aceh!!”.
Foto: kesbangpol.bandaacehkota.go.id
Selain memiliki memiliki sisi sejarah yang panjang dan adat istiadat yang kental dengan nilai-nilai islami, ternyata aceh juga memiliki berbagai hal-hal yang unik yang tak kalah menarik untuk di pelajari.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini hal-hal unik yang ada di Aceh dan mungkin tidak ada di daerah lain, apa saja? Berikut ulasannya.
Kopi Saring
Kopi di mana-mana memang ada. Tapi hanya di Aceh, kopi hitam disajikan dengan cara berbeda. Disaring berkali-kali hingga menghasilkan kopi yang benar-benar tanpa ampas.
Di warung kopi, sambil menunggu kopi pesanan, kita bisa menonton atraksi sang barista dalam menyaring kopi.
Cangkir di tangan kanan, saringan di tangan kiri. Cangkir besar berisi kopi yang telah diseduh diangkat tinggi, lalu dituangkan ke saringan, kemudian gantian saringan diangkat tinggi, lalu cangkir tadi menadah air kopi yang mengucur dari saringan.
Begitu terus berkali-kali sampai kopi siap dihidangkan. Di Aceh banyak sekali warung kopi saring seperti ini. Terutama di kota-kota. Hampir tiap beberapa meter ada warung kopi saring.
Penikmatnya dari semua kalangan. Kalau di daerah-daerah lain penyuka kopi hitam didominasi oleh orang-orang tua tapi di aceh dari anak SMA, mahasiswa, pejabat, polisi, tentara, rakyat biasa.
Mobil labi-labi
Di dunia atau paling tidak di Asia Tenggara, mungkin hanya di Aceh ada mobil dengan tampilan seperti ini. Pertamanya ini hanyalah mobil pick up bak terbuka. Setelah diedit sana sini dan ditambahi ini itu, maka jadilah mobil labi-labi namanya. Tempat duduk penumpang saling berhadap-hadapan kayak orang mau ijab kabul. Kelasnya setingkat angkot, bedanya rute labi-labi sedikit lebih jauh.
Di masa jayanya, armada labi-labi merupakan angkutan umum paling populer di provinsi Aceh. Sayangnya, dengan semakin mudahnya masyarakat memliki kendaraan pribadi, mobil labi-labi semakin kehilangan konsumen. Sudah jarang orang mau naik labi-labi jika berpergian. Masyarakat lebih memilih naik motor ataupun mobil pribadi. Makanya mobil ini beredarnya sudah tidak sebanyak dulu. Bahkan diprediksi, dalam 500 tahun ke depan mobil labi-labi sudah punah dari jalanan-jalanan di Aceh.
Warung Makan
Jika di daerah lain ketika masuk ke warung makan, siklusnya adalah kita langsung menuju meja yang kosong, lalu ada pelayan datang untuk menindaklanjuti apa yang mau kita pesan, lalu tidak lama kemudian pelayan datang lagi menyuguhkan pesanan.
Di warung-warung makan Aceh hampir tidak seperti itu. Di sana, kita mengambil sendiri apa yang ingin kita makan layaknya di rumah sendiri. Bukan tidak dilayani tapi memang begitulah tradisinya. Begitu masuk warung makan, kita mengambil piring sendiri, menciduk nasi sendiri, mangambil lauk pauk sendiri, dan itu terserah kita mau mengambil berapa banyak. Nanti kalau pengen nambah kita juga bebas mengambil sendiri. Untuk nasi dan sayur, mau makan sedikit atau banyak harganya sama. Kecuali untuk lauk ikan, kalau mau nambah akan dikenai biaya per potong.
Makan Sirih
Di berbagai tempat lain mungkin banyak juga orang makan sirih. Bedanya, jika daerah lain yang suka sirih mungkin hanya nenek-nenek, ataupun kalo yang masih muda memakai sirih ketika sudah dalam bentuk sabun. Sementara di Aceh, tua muda baik laki-laki ataupun perempuan, banyak yang suka makan sirih. Malah bagi yang sudah suka banget, makan sirih sudah seperti cemilan sehari-hari. Rasanya enak dan katanya baik banget untuk kesehatan dan saya percaya itu.
Di Aceh, daun sirih yang sudah siap dikonsumsi, yang sudah diracik dengan buah pinang serta bumbu-bumbu lainnya, banyak di jual di warung-warung tepi jalan. Harganya pun tidak mahal.
Kopi Gelas Terbalik
Hal lain yang hanya aku temukan di Aceh adalah kopi gelas terbalik. Kopi ini disajikan dengan posisi gelas terbalik. Meski terbalik, tidak perlu kuatir kopinya akan tumpah, sebab di bawah mulut gelas dialasi piring kecil.
Bedanya dengan kopi saring, kopi terbaliktidak disaring, karena kopi dibalik supaya ampas kopinya naik ke atas, dan kita minum dari permukaan gelas di bagian bawah karena gelasnya telah di balik.
Di Aceh sendiri penyedia kopi gelas terbalik tidak sebanyak kopi saring. Jadi agak susah nyarinya. Tapi aku lumayan sering menikmati kopi gelas terbalik di tepi pantai Ujung Karang, Meulaboh. Sore-sore, sambil menikmati senja serta gedebur ombak samudera Hindia.
Apapun sepeda motornya, Honda namanya
Iya begitu. Tidak peduli motor kamu Kawasaki, Suzuki, Ducati, Jialing, KTM, Bajay, dan lain sebagainya, di Aceh tetap disebut Honda.
Bengkelpun ‘bengkel honda’ namanya walaupun di dalam bengkel tersebut segala pabrikan motor ada. Pokoknya beruntung banget pabrik Honda. Dapat promosi gratis dari mulut ke mulut. Dan kalo aku tidak salah ingat, justru kalau mobil, di Aceh disebutnya ‘moto’.
Ketika Seseorang Dipanggil
Biasanya, ketika kita memanggil seseorang orang tersebut akan menjawab “Iya,” atau “Apa?” Hanya di Aceh, meskipun tidak selalu, tapi saya cukup sering melihat seseorang menjawab panggilan dengan kata “Tuan…”
Misalnya memanggil Afika, “Afika,” Maka Afika akan menjawab, “Tuan…” Misalnya lagi, suami memanggil istrinya. “Sayang…” Maka sang istri dengan mesranya menjawab, “Tuan…” Soswit.
Sebenarnya pengucapan ”Tuan” adalah singkatan dari “Ulon Tuan” yang artinya “saya adalah tuan”, tapi karena terlalu panjang otomatis mereka menjawab Tuan.
Mungkin ini karena karakter orang Aceh yang tidak suka didekte dan diatur oleh orangmlain, jadi ketika dipanggil mereka menjawab “Tuan” singkatan dari “Ulon Tuan” yang maksutnya mungkin saya adalah Tuan, kalau anda perlu saya anda datang kemari.
https://acehsatu.com/7-hal-unik-ini-...aceh-apa-saja/

ACEHSATU.COM – Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebuah nama unik dan khas, meskipun sudah lama menjadi bagian dari Indonesia, namun daerah yang mendapat julukan Serambi Mekah ini tetap akan tampak berbeda, baik dari segi sosial, masyarakat, budaya dan adat istiadat Nanggroe Aceh masih sangatlah khas dan masyarakatnya sangatmenjaga kearifan lokal mereka.
Seperti namanya Naggroe Aceh Darussalam, yang artinya “Negri Aceh Rumah Yang Damai” negri ini memang benar-benar damai. Setidaknya dalam hati rakyatnya ada kedamaian. Sehingga tak heran orang Aceh dikenal sangat ramah terhadap para tamu.
Dibalik itu semua, Nanggroe Aceh telah melalui sejarah panjang di masa jayanya ketika berdaulat sebagai sebuah negara Islamyang maju, dilanjutkan dengan bergabung dengan Indonesia pasca penjajahan, diwarnai dengan pemberontakan Darul Islam, dan perang panjang selama 30 tahun dengan pemerintah Indonesia dengan alasan karena ingin menjadi negara yang berdaulat kembali, dan diakhiri oleh musibah tsunami yang dahsyat, sehingga mendengar kata “Aceh” akan menimbulkan sedikit jeda sebentar yang lengang, dilanjutkan dengan gumam, “ooo, Aceh!!”.
Foto: kesbangpol.bandaacehkota.go.idSelain memiliki memiliki sisi sejarah yang panjang dan adat istiadat yang kental dengan nilai-nilai islami, ternyata aceh juga memiliki berbagai hal-hal yang unik yang tak kalah menarik untuk di pelajari.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini hal-hal unik yang ada di Aceh dan mungkin tidak ada di daerah lain, apa saja? Berikut ulasannya.
Kopi Saring
Kopi di mana-mana memang ada. Tapi hanya di Aceh, kopi hitam disajikan dengan cara berbeda. Disaring berkali-kali hingga menghasilkan kopi yang benar-benar tanpa ampas.
Di warung kopi, sambil menunggu kopi pesanan, kita bisa menonton atraksi sang barista dalam menyaring kopi.
Cangkir di tangan kanan, saringan di tangan kiri. Cangkir besar berisi kopi yang telah diseduh diangkat tinggi, lalu dituangkan ke saringan, kemudian gantian saringan diangkat tinggi, lalu cangkir tadi menadah air kopi yang mengucur dari saringan.
Begitu terus berkali-kali sampai kopi siap dihidangkan. Di Aceh banyak sekali warung kopi saring seperti ini. Terutama di kota-kota. Hampir tiap beberapa meter ada warung kopi saring.
Penikmatnya dari semua kalangan. Kalau di daerah-daerah lain penyuka kopi hitam didominasi oleh orang-orang tua tapi di aceh dari anak SMA, mahasiswa, pejabat, polisi, tentara, rakyat biasa.
Mobil labi-labi
Di dunia atau paling tidak di Asia Tenggara, mungkin hanya di Aceh ada mobil dengan tampilan seperti ini. Pertamanya ini hanyalah mobil pick up bak terbuka. Setelah diedit sana sini dan ditambahi ini itu, maka jadilah mobil labi-labi namanya. Tempat duduk penumpang saling berhadap-hadapan kayak orang mau ijab kabul. Kelasnya setingkat angkot, bedanya rute labi-labi sedikit lebih jauh.
Di masa jayanya, armada labi-labi merupakan angkutan umum paling populer di provinsi Aceh. Sayangnya, dengan semakin mudahnya masyarakat memliki kendaraan pribadi, mobil labi-labi semakin kehilangan konsumen. Sudah jarang orang mau naik labi-labi jika berpergian. Masyarakat lebih memilih naik motor ataupun mobil pribadi. Makanya mobil ini beredarnya sudah tidak sebanyak dulu. Bahkan diprediksi, dalam 500 tahun ke depan mobil labi-labi sudah punah dari jalanan-jalanan di Aceh.
Warung Makan
Jika di daerah lain ketika masuk ke warung makan, siklusnya adalah kita langsung menuju meja yang kosong, lalu ada pelayan datang untuk menindaklanjuti apa yang mau kita pesan, lalu tidak lama kemudian pelayan datang lagi menyuguhkan pesanan.
Di warung-warung makan Aceh hampir tidak seperti itu. Di sana, kita mengambil sendiri apa yang ingin kita makan layaknya di rumah sendiri. Bukan tidak dilayani tapi memang begitulah tradisinya. Begitu masuk warung makan, kita mengambil piring sendiri, menciduk nasi sendiri, mangambil lauk pauk sendiri, dan itu terserah kita mau mengambil berapa banyak. Nanti kalau pengen nambah kita juga bebas mengambil sendiri. Untuk nasi dan sayur, mau makan sedikit atau banyak harganya sama. Kecuali untuk lauk ikan, kalau mau nambah akan dikenai biaya per potong.
Makan Sirih
Di berbagai tempat lain mungkin banyak juga orang makan sirih. Bedanya, jika daerah lain yang suka sirih mungkin hanya nenek-nenek, ataupun kalo yang masih muda memakai sirih ketika sudah dalam bentuk sabun. Sementara di Aceh, tua muda baik laki-laki ataupun perempuan, banyak yang suka makan sirih. Malah bagi yang sudah suka banget, makan sirih sudah seperti cemilan sehari-hari. Rasanya enak dan katanya baik banget untuk kesehatan dan saya percaya itu.
Di Aceh, daun sirih yang sudah siap dikonsumsi, yang sudah diracik dengan buah pinang serta bumbu-bumbu lainnya, banyak di jual di warung-warung tepi jalan. Harganya pun tidak mahal.
Kopi Gelas Terbalik
Hal lain yang hanya aku temukan di Aceh adalah kopi gelas terbalik. Kopi ini disajikan dengan posisi gelas terbalik. Meski terbalik, tidak perlu kuatir kopinya akan tumpah, sebab di bawah mulut gelas dialasi piring kecil.
Bedanya dengan kopi saring, kopi terbaliktidak disaring, karena kopi dibalik supaya ampas kopinya naik ke atas, dan kita minum dari permukaan gelas di bagian bawah karena gelasnya telah di balik.
Di Aceh sendiri penyedia kopi gelas terbalik tidak sebanyak kopi saring. Jadi agak susah nyarinya. Tapi aku lumayan sering menikmati kopi gelas terbalik di tepi pantai Ujung Karang, Meulaboh. Sore-sore, sambil menikmati senja serta gedebur ombak samudera Hindia.
Apapun sepeda motornya, Honda namanya
Iya begitu. Tidak peduli motor kamu Kawasaki, Suzuki, Ducati, Jialing, KTM, Bajay, dan lain sebagainya, di Aceh tetap disebut Honda.
Bengkelpun ‘bengkel honda’ namanya walaupun di dalam bengkel tersebut segala pabrikan motor ada. Pokoknya beruntung banget pabrik Honda. Dapat promosi gratis dari mulut ke mulut. Dan kalo aku tidak salah ingat, justru kalau mobil, di Aceh disebutnya ‘moto’.
Ketika Seseorang Dipanggil
Biasanya, ketika kita memanggil seseorang orang tersebut akan menjawab “Iya,” atau “Apa?” Hanya di Aceh, meskipun tidak selalu, tapi saya cukup sering melihat seseorang menjawab panggilan dengan kata “Tuan…”
Misalnya memanggil Afika, “Afika,” Maka Afika akan menjawab, “Tuan…” Misalnya lagi, suami memanggil istrinya. “Sayang…” Maka sang istri dengan mesranya menjawab, “Tuan…” Soswit.
Sebenarnya pengucapan ”Tuan” adalah singkatan dari “Ulon Tuan” yang artinya “saya adalah tuan”, tapi karena terlalu panjang otomatis mereka menjawab Tuan.
Mungkin ini karena karakter orang Aceh yang tidak suka didekte dan diatur oleh orangmlain, jadi ketika dipanggil mereka menjawab “Tuan” singkatan dari “Ulon Tuan” yang maksutnya mungkin saya adalah Tuan, kalau anda perlu saya anda datang kemari.
https://acehsatu.com/7-hal-unik-ini-...aceh-apa-saja/
Diubah oleh dragonroar 28-04-2019 06:35
0
508
6
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan