- Beranda
- Komunitas
- News
- SINDOnews.com
Gubernur BI Tebar Optimistis Rupiah Stabil, Ini Alasannya
TS
sindonews.com
Gubernur BI Tebar Optimistis Rupiah Stabil, Ini Alasannya

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyakini nilai tukar rupiah bakal kembali bergerak stabil, meskipun dalam beberapa pekan terakhir mata uang Garuda terlihat mengalami pelemahan cukup dalam. Optimistis Perry, lantaran menurutnya arus modal asing ke pasar nasional masih deras setelah The Fed menahan suku bunga acuannya.
"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan tetep stabil. Ada sejumlah hal yang kami sampaikan. Satu, stabilitas nilai tukar dijaga karena memang inflownya terus naik. Inflow ke dalam surat berharga negara terus naik dan itu akan menambah suplai di pasar valas," ujar Perry di Jakarta, Jumat (25/4/2019).
Ditambah menurutnya The Fed yang akan mempertahankan suku bunga acuan, membuat selisih suku bunga instrumen keuangan (differential interest rate) di negara berkembang, dan obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun kian melebar. Kondisi tersebut bakal menambah ketertarikan investor untuk beralih ke instrumen di negara berkembang termasuk ke Indonesia karena imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi.
Baca Juga:
- Komitmen Zurich Hadapi Ancaman Serangan Cyber dan Cuaca Extreem
- Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta Khusus Penerbangan Berbiaya Murah
- Sri Mulyani Minta Akademisi Ikut Pacu Pembangunan Infrastruktur
"Perbedaan suku bunga antara Indonesia dengan treasury bill itu juga cukup menarik bagi investor asing untuk menanamkan dananya ke Indonesia," ujar dia.
Saat ini, obligasi pemerintah AS (treasury bill) bertenor 10 tahun memiliki imbal hasil 2,63%. Sementara, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun menawarkan imbal hasil di kisaran 7,7%. Karena itu, Perry optimstis, pergerakkan nilai tukar rupiah akan lebih terkendali.
BI mengaku saat ini merujuk pada kajian bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya dalam dua tahun ke depan hingga 2020. Hal itu karena pertumbuhan ekonomi AS masih melambat menyusul menurunnya tingkat pendapatan dan terbatasnya stimulus fiskal. Selain itu, inflasi di AS juga tidak terlalu tinggi.
Sumber : https://ekbis.sindonews.com/read/139...nya-1556269247
---
Kumpulan Berita Terkait :
-
Gubernur BI Tebar Optimistis Rupiah Stabil, Ini Alasannya-
Bio Farma Diminta Sri Mulyani Pacu Produksi Vaksin-
Wamen Arcandra: Repsol Akan Percepat Produksi Blok Saka Kemang0
174
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan