Alkisah.

Beberapa keledai bertemu. Mereka berdebat, berteriak, berbisik hingga tiba satu keputusan. Mereka tak lagi ingin diberi label bodoh. Mereka tak mau lagi berjalan dengan tapak dungu. Mereka ingin menghilangkan jubah tak berotak. Mereka segara meminum air rahasia perubah wujud. Tak lagi tersisa bentuk keledai mereka.

Kesepakatan telah diraih. Sambil tertawa mereka membubarkan diri dan memulai misi yang akan membawa kemuliaan bagi mereka. Mereka percaya, tak akan ada yang dapat melihat bentuk keledai mereka.

Sekarang perjuangan mereka tampaknya berjalan dengan sempurna. Lubang di hadapan mereka tak perlu lagi ditakuti dan dihindari. Sekarang mereka seakan berjalan di depan tapi tak perlu takut jatuh, karena sudah ada yang mewakili mereka.

Bak pemimpin pasukan, mereka berjalan dengan langkah tegap bak kuda perang. Bersuara lantang bak teriakan anjing penjaga. Berteriak ramai layaknya gerombolan serigala di bawah rembulan.

Lebatnya hutan mereka terobosan bersama-sama. Terjalnya gunung tak lagi sulit untuk ditaklukkan. Hingga sampai puncak mereka percaya kemenangan telah diraih. Sampai malam berganti pagi, bulan diusir matahari, mereka terbangun dengan wajah kaget. Semua ini mimpi. Jurang berada di depan mereka.

Sebagian dari mereka lalu berkumpul. Sebagian lagi buru-buru berjalan ke belakang dan kabur melarikan diri. Mereka yang bertahan saling berbisik sambil menatap liar pasukan yang telah mereka bentuk dengan susah payah. Lalu berseru lantang. "Terjun kalian! Di bawah jurang sana 'mimpi' kita berada! Ambil cepat sebelum hilang! Korban kan jiwa kalian, ini perjuangan kita!"

Lalu mereka pergi tanpa rasa salah, malu maupun sedih. Yang penting bagi mereka, bukan mereka yang berkorban. Bukan mereka yang terluka. Walau bentuk mereka sedikit demi sedikit kan kembali terlihat. Tapi hari esok masih ada, ramuan air rahasia mereka pun masih ada.