Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu berang ketika disebut anggaran pertahanan amat kecil oleh mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

Menteri Ryamizard amat marah saat Indonesia dianggap hanya mampu bertahan perang 3 hari oleh capres Prabowo Subianto.

Menteri Ryamizard kesal kepada orang-orang yang selalu menyalahkan Presiden Jokowi. Bahkan sampai hal yang seharusnya tidak diurus Presiden Jokowi.

Eits, jangan menilai Menteri Ryamizard adalah sosok karakter yang buruk. Temperamental. Tukang marah-marah. Antikritik.

Menteri Ryamizard bukan pribadi berperilaku negatif seperti itu. Justru kita semua harus memahami lebih dalam dari 'emosi' Menteri Ryamizard. Supaya jangan jadi kuldesak.

Dari 'emosi' Menteri Ryamizard, justru ingin mencerdaskan masyarakat Indonesia. Berpikir dan berargumentasi bersandarkan data. Masyarakat boleh kritis, tapi ilmiah.

Berangnya, marahnya, kesalnya Menteri Ryamizard jika kita pahami adalah cara menjaga persatuan dengan elegan. Bukan sembarang berceloteh namun hanya kebohongan alias hoaks. Akibatnya merusak pertahanan negara.

Misalnya saja soal minimnya anggaran pertahanan; padahal dari data yang ada, telah mengalami peningkatan. Bahkan itu saat masih era Gatot Nurmatyo menjabat sudah merasakannya.

Lagi contohnya; tentang kekuatan perang Indonesia hanya 3 hari, padahal peringkat pertahanan dan militer Indonesia berada di 15 terbaik dunia. Bahkan banyak alat produksi pertahanan lokal telah diminati negara luar.

Atau yang lain, sebut yang selalu menyalahkan Presiden Jokowi. Menteri Ryamizard bukan sedang membuat 'asal bapak senang'. Tapi 'mengultimatum' semua kalangan supaya bersikap obyektif.

Silahkan mengkrik kalau memamg masih ada kekurangan. Tapi juga akui keunggulan serta keberhasilan pemerintah dengan sajian data yang ada. Jadi masyarakat obyektif.

Menteri Ryamizard bukan sosok yang menyukai kemarahan. Jangan konyol menganggap karakter Menteri Ryamizard begitu. Sebaliknya: dia adalah pengajar berbasis fakta.