- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Katanya Perempuan Dimuliakan, Tapi Kok Gitu?


TS
kaskus.infoforum
Katanya Perempuan Dimuliakan, Tapi Kok Gitu?
Ruang Kolaboraksi, Opini ID (Salihara - Jakarta, 24/04/19)
(KASKUS - Ira Indah P.S.)
Perempuan melawan ____; stigma partriarki yang menjadikan perempuan sebagai objek, bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Akibatnya ketimpangan upah terjadi, korban pemerkosaan dianggap bersalah karena bajunya ataupun tingkah lakunya; peraturan yang diskriminatif, bias gender, dan masih banyak yang dialami perempuan karena pola pikir patriarki tersebut.
Jakarta, 24 April 2019, bertempat di Galeri Salihara, Ruang Kolaboraksi pertama digelar oleh Opini ID dengan tema “Perempuan Melawan ____”. Melawan apa yang merugikan mereka di lingkungan masyarakat dan bernegara.
Pernahkah terpikir, kenapa korban pelecehan seksual seperti kasus Audrey Pontianak, kesaksiannya dipertanyakan? Kenapa korban pemerkosaan seperti kasus Sitok Srengenge tidak mendapatkan keadilan dan pelaku tidak dihukum, bahkan masih bebas? Kenapa banyak sesama perempuan tidak saling mendukung, tidak saling merangkul?
Dr. Sophia Hage mengungkapkan, bahwa mindset patriarki dari nenek moyang kita menjadikan media, TV, dan film-film menggambarkan perempuan sebagai orang yang jahat atau bersalah, misalnya tokoh hantu di film horor, penyihir, atau geng cewek jahat di sekolah (mean girls) adalah perempuan. Bahkan terkadang, perempuan yang baik dibuat jadi sosok yang lemah. Jadi, bahkan sudah tertanam di alam bawah sadar kita bahwa sesama perempuan saling bersaing, saling menyikut satu sama lain, atau perempuan itu makhluk yang lemah.
dr. Sophia Hage berbicara tentang kekerasan seksual terhadap perempuan.
Mengenai korban pelecehan, dimana pengadilan bergantung pada hasil visum, dr. Sophia Hage menambahkan terkadang hasil visum saja tidak cukup dan belum akurat. Pada akhirnya korban kekerasan seksual baru ditanya-tanya oleh petugas di kantor polisi saja sudah tidak kuat, karena pertanyaan-pertanyaan intimidatif yang menyudutkan korban sebagai seorang yang bersalah.
“We live in a man’s world,” ungkap dr. Sophia Hage, sang pendiri Yayasan Lentera Sintas Indonesia, sebuah yayasan yang membantu para korban kekerasan seksual seperti pemerkosaan untuk menjadi “sintas” atau survivor.
Lentera Sintas Indonesia melakukan Kampanye Bicara. Kampanye ini diadakan agar orang-orang mulai bicara atas nama mereka yang tidak berani bicara atas kekerasan seksual yang menimpanya. Banyak orang yang tidak mau bicara karena malu dan takut disalahkan. Dr. Sophia Hage mengungkapkan bahwa menurut data dari Komnas Perempuan 2015, setiap 2 jam ada 3 perempuan Indonesia yang mengalami kekerasan seksual.
Banyak dari mereka yang tidak melapor ketika mengalami kekerasan seksual. Dari 25.000 responden dari survey yang dibuat oleh LSI, 6% yang mengalami kekerasan seksual. Dari 6%, sekitar 7% tidak melapor. Alasan korban tidak melapor karena malu, takut disalahkan, dan biaya pelaporan yang mahal.
Komika Sakdiyah Ma’ruf sebagai moderator yang membawa diskusi tentang perempuan jadi ringan dan seru dengan humor sarkastisnya.
Sakdiyah Ma’ruf, sang pemandu acara yang merupakan komika dan salah satu dari 100 perempuan berpengaruh versi BBC, memberikan pertanyaan kepada dr. Sophia Hage.
“Tentang stigma. Tentang pakaian perempuan yang dianggap jadi pemicu kekerasan seksual. Berdasarkan dokter apa sesungguhnya pemicunya?”, tanya Sakdiyah Ma’ruf.
Dr. Sophia menjawab, “Sayangnya perempuan Indonesia ini tumbuh di lingkungan yang sangat patriarki yang menganggap perempuan dapat dijadikan objek. Seperti lelucon seksis yang dianggap teman-teman di kantor itu lucu, padahal itu salah lho. Kalau lelucon saja dinormalkan, gimana nanti yang berlanjut ke pemerkosaan?”
Ruang Kolaboraksi oleh Opini ID ini juga menghadirkan perempuan-perempuan inspiratif sebagai pembicara. Ada Farwiza Farhan pendiri HAKA (Hutan Alam dan Lingkungan Aceh), sebagai satu-satunya wanita yang terjun ke lapangan di HAKA melindungi kawasan ekosistem Leuser. Ada Katyana Wardana, seorang penggagas gerakan anti bullying di sekolah lewat gerakan “Sudah Dong”. Eva Chairunisa, Vice President Corporate Communication, yang merupakan seorang perempuan dan Ibu bekerja di posisi tinggi pada PT. KAI. Ia juga yang menggagas gerbong khusus wanita di KRL. Selain itu ada juga Wa Ode, seorang pengemudi ojek online yang viral karena membawa kedua anaknya untuk ngojek.
(Dari kiri ke kanan) Farwiza Farhan, Wa Ode, Eva Chairunisa, Katyana Wardana, dr. Sophia Hage
Perempuan-perempuan tersebut bersuara tentang tantangan yang dihadapi perempuan di dunia laki-laki ini. Mereka juga menceritakan bagaimana cara mereka mengatasinya. Acara yang dipandu ini sangat menarik, pembahasan yang berat terasa rindah dan gampang dinikmati dengan gaya seru dan celetukan humor dari komika Sakdiyah Ma’ruf, sang moderator andal dengan gaya sarkastisnya.
Nantikan terus acara ini di tema berikutnya. Baca info selengkapnya di Opini90.
Diubah oleh kaskus.infoforum 25-04-2019 13:33


.unicorn. memberi reputasi
1
760
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan