Perempuan ranahnya ya domestik, siapa suruh terjun politik?

Bukan main! Di Indonesia, keberadaan perempuan di ranah politik semakin maju dan luar biasa pesat. Misalkan saja, di pemilu tahun ini, perempuan punya kesempatan mengisi 30% kuota partai dan menyalonkan diri sebagai calon anggota legislatif. Selain itu, ada aturan yang mewajibkan bagi perempuan untuk mengisi nomor 1-5 di setiap urutan pileg. Sudah terbuka lebar ruang bagi perempuan untuk meniti karir politik di Indonesia.
Nah, ngomongin tentang perempuan yang melenggang di ranah politik memang tidak ada habisnya. Menimbulkan banyak perdebatan, singgungan, dan argumentasi yang kekeuh dengan opini masing-masing. Perempuan ranahnya ya domestik, siapa suruh terjun politik?
Nih, saya bagikan beberapa opini umum yang biasa dilontarkan ketika perempuan ikut berperang di ranah politik. Apa saja ituuu ? Cekidot !
Quote:
• Perempuan cenderung emosional ketimbang rasional •
Quote:
Alias baperan.

Ya, ada opini yang mengatakan begitu. Ranah politik kan kejam, keras, masa perempuan bisa tahan banting? Ya kalau Gansis ngomongin adu jotos secara fisik memang perempuan punya kapasitas kurang daripada laki-laki. Tapi secara mental, cara berpikir, enggak bisa dipandang sebelah mata. Kata siapa semua perempuan lemah terhadap gertakan?

enggak lah! Jangan disamaratakan seperti itu, dong. Banyak perempuan hebat di Indonesia yang nyatanya jago menggertak dan memiliki mental baja.

Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
• Masih Terbawa Suasana Patriarki •
Quote:
Wacana zaman baheula yang menyatakan ; pemimpin ya laki-laki, perempuan di rumah saja.

its okay, baby! Secara historis kita lahir di tanah yang dahulu menjunjung tinggi sistem patriarki. Tapi zaman berkembang, Kartini sudah memberikan revolusi besar bagi perempuan-perempuan di Indonesia. Tanpa perlu menyalahi aturan secara kodrat, perempuan berhak menyatakan aspirasi dan meneruskan perjuangan Kartini. Memang kenapa kalau dipimpin perempuan? Toh nyatanya, masih ada perempuan yang jiwa pemimpinnya enggak kalah tangguh dari laki-laki.

Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
• Politik terlalu Kejam untuk Perempuan •
Quote:
Mengertilah, Dik. Stigmamu itu yang mengerikan.
Jadi, kalau kami, para perempuan merasa politik terlalu kejam lantas menyerah begitu saja---bukankah segala sesuatu jadi lebih mengerikan ketika aspirasi kami tidak didengarkan? Kalau bukan perempuan sendiri yang bertindak, siapa lagi? Pahri Hamham? Fadeli Son?

Nyatanya, di Indonesia, masih banyak perempuan yang vokal menyerukan aspirasi dan perjuangannya.
Quote:
Quote:
Quote:
Politik memang ranah yang semula asing bagi perempuan untuk berkiprah. Tapi seiring perkembangan zaman, urusan kami memang bukan sekadar muter-muter di ranah rumah tangga, tapi juga menyangkut hak-hak dan perjuangan bagi kepentingan orang banyak. Tentu saja hal tersebut dilakukan bukan semata-mata untuk menunjukkan siapa yang lebih superior, tapi sebuah penekanan manis ;
Quote:
Sebagai perempuan yang bermartabat, pahamilah bahwa kami pun juga bisa jadi hebat.
