Kaskus

Automotive

papaganteng212Avatar border
TS
papaganteng212
Hai Oplet Tua, Tunggu Nanti di Tahun 2001..
Halo agan-agan yang budiman

Bersua lagi dengan ane, papaganteng212, penikmat otomotif nasional. Kali ini ane kepikiran buat bahas sejarah angkutan umum legendaris di Jakarta.

Hai Oplet Tua, Tunggu Nanti di Tahun 2001..

Apa yang terlintas saat mengingat sinetron Si Doel Anak Sekolahan, ternyata banyak yang menyebutkan oplet.

Oplet itu mobil buatan Morris asal Inggris, dengantipe Morris Minor Traveler 100 yang dilansir tahun 50-an. Oplet masuk ke Jakarta pada dekade 1960-an.

Mona Lohanda, sejarawan dan arsiparis terkemuka Indonesia, menjelaskan kemunculan oplet bertalian erat dengan kebutuhan transportasi masyarakat kolonial di kota besar seperti Batavia. Kebutuhan itu terpenuhi oleh sepeda dan mobil. Sepeda untuk jarak dekat, sedangkan mobil untuk jarak jauh. 

Sejak tahun 1920-an jumlah mobil di Batavia menunjukkan angka yang meningkat pesat. Kebutuhan warga kota terhadap angkutan umum juga meninggi. Orang kota perlahan meninggalkan angkutan umum bertenaga hewan semisal sado dan delman untuk transportasi dalam kota.

Muncul lah jenis angkutan mobil penumpang yang disebut autolettes, yang oleh orang Betawi disebut oplet. Angkutan umum berukuran kecil itu mampu menampung 6-8 penumpang. Pelayanannya lebih cepat dan ongkosnya juga sedikit lebih tinggi daripada trem. Kebanyakan mobilnya buatan Eropa dan tidak diimpor jadi untuk kebutuhan angkutan umum.

Hai Oplet Tua, Tunggu Nanti di Tahun 2001..

Sasis mobil diubah dengan tambahan kabin kayu di belakang sopi. Kendaraan gubahan ini kemudian dikenal sebagai otolet, atau mengikuti merek sedan Jerman, opelet.

Oplet-oplet di Batavia memiliki pintu penumpang di bagian belakang. Badannya penuh dengan iklan. Jendelanya tanpa kaca. Sopirnya kelihatan berfisik seperti penduduk sekitar.

Menguasai Jalan
Oplet tumbuh begitu pesat di Jakarta pada dekade 1950-an. Ia menghubungkan orang dari pasar satu ke pasar lainnya dan dari pedalaman menuju ke pinggiran. Ia menjadi tulang punggung sistem transportasi kota.

Kementerian Penerangan mencatat sejumlah nama untuk angkutan umum berukuran kecil di Jakarta selama dekade 1950-an. Namanya banyak, ada yang memberinya nama oplet, autolet, dan ada pula dengan sebutan austin. Bagi penduduk Jakarta nama yang terakhir inilah yang jadi populer.

Kendaraan sejenis oplet atau austin sebenarnya terjumpa pula di kota-kota lain. Perbedaannya terletak pada jarak tempuh pengangkutan. Di kota lain kebanyakan oplet atau austin melahap jarak jauh: jalur antarkota, antarprovinsi. Di Jakarta, oplet hanya melayani rute dalam kota hingga ke pinggirannya.

Penghapusan trem pada akhir dekade 1950-an kian menambah jumlah oplet di Jakarta sepanjang dekade 1960-an. Kompas, 25 Februari 1971, menghitung populasi oplet telah mencapai 6.128 unit. Jumlah angkutan umum terbanyak kedua setelah becak.

Hai Oplet Tua, Tunggu Nanti di Tahun 2001..

Salah satu Oplet Morris Minor yang masih tersisa di Jakarta adalah milik Salim, salah seorang anggota komunitas Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI). Salim menceritakan asal mulanya memiliki mobil bermesin 1.000cc yang diproduksi tahun 1957 itu.

Menurut Salim, dirinya dulunya merupakan salah satu penarik oplet yang sempat mencicipi era Morrris Minor. Saat dilakukannya peremajaan oplet menjadi mikrolet pada tahun 1980, Salim pun membeli oplet yang digunakannya itu dari sang juragan.

"Saya sempat narik oplet dulu waktu ongkosnya masih Rp 30 perak. Tahun 1980 oplet diremajakan jadi mikrolet, pelatnya saya ganti hitam," ujar Salim.

Kondisi Morris Minor milik Salim terlihat sangat mulus. Sebab sejak 1980 sampai saat ini, Salim masih rutin merawat mobil miliknya itu. Warna biru yang merupakan warna operasional oplet terus dipertahankan. Salim mengatakan Morris Minor miliknya pernah dipinjam untuk syuting film Si Doel Anak Sekolahan versi layar lebar. Menurut informasi, film ini masih dalam proses produksi dan nantinya akan tayang di bioskop.

Sampai sejauh ini, Salim menyebut sudah banyak yang tertarik ingin membeli Morris Minor-nya itu. Namun Salim mengaku belum menemukan harga penawaran yang cocok. Salim menyatakan tidak akan melepas mobil tersebut di bawah harga Rp 500 juta.


"Hai bapak tua, pemilik oplet tua, tunggu nanti di tahun 2001, mungkin mobilmu jadi barang antik yang harganya selangit,"

lirik Iwan Fals ada benarnya, meskipun sekarang sudah 2019.. hehehe
0
4.9K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan