Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

YulianAnggitaAvatar border
TS
YulianAnggita
"Kembalinya Lira"
Part 1
Oleh : Yulian Anggita


"Kembalinya Lira"


Gambar : pixabay

"Tak perlu kau lari. Ini memang kenyataan Lira!"
Kalimat itu senantiasa terngiang dalam otakku semenjak kepergiannya. Pergi meninggalkan seorang diri menghadapi kenyataan pahit. Dia yang selalu ada di sampingku, kini tak mampu lagi menghadapi pilihan hidup yang kupilih.

Tamparan hidup sepertinya tak jemu-jemu menghampiri. Tidak sekali atau dua kali. Hingga rasanya seperti ditolak untuk memilih bahagia. Segala hal yang terasa begitu pahit. Hingga orang-orang di sekitarku pergi satu-persatu meninggalkan.

Bukan tak ingin bahagia. Tapi semua pilihan itu mengharuskan demikian adanya, pikirku saat itu.

-----------

"Lira sudah besar, Ma. Aku tahu apa yang kuputuskan!" sedikit tinggi nada bicara membuat perempuan yang kusapa Mama, menangis sejadi-jadinya.

Papa yang kala itu ada di dekat Mama hanya meremas perlahan kedua tangan pasangan hidupnya itu. Dia menatap tajam ke arahku. Hingga akupun tak kuasa dibuatnya. Seperti dihujam ribuan belati.

"Itu pilihanmu?" kembali Papa membuka suara.

Aku tak bergeming. Menunduk dan hanya mampu mengangguk. Berharap mereka memahami perasaan yang saat ini kualami. Deras bunyi hujan yang sedang mengguyur, menambah perih perasaan. Apalagi setelah perbincangan ini, kedua orang tuaku memutuskan untuk pergi. Mereka pindah ke rumah Eyang di desa. Tak lagi mau mendampingi. Papa meninggalkan pekerjaan kantornya dan memulai usaha dagang di desa bersama Mama.

----------------

Belaian lembut Vania membuyarkan lamunan akan kedua orang terkasih yang kini tak lagi sudi walau hanya menatapku. Tapi serentetan doa senantiasa kupanjatkan untuk keduanya dalam setiap sujud-sujud panjang. Berharap mereka akan mau kembali menerima diri ini seutuhnya.

"Melamun lagi...," senyum Vania menghiasi pertanyaan yang dilontarkan kepadaku. Kubenamkan wajahku dalam pelukannya saat itu. Tak terasa bulir bening membasahi kedua pipi. Hingga Vania menghapusnya. Menatapku tajam, lalu tersenyum simpul.

"Yuk, kita cari udara segar," ajak Vania seraya mengaitkan tangannya di lenganku.

"Udah...jangan nangis mulu lah...," katanya lagi.

Aku tersenyum mengikuti kedua langkahnya. Selalu seperti ini. Semacam candu yang tak bisa kuhindari. Dia begitu mempesona. Selalu ada saat aku dalam keterpurukan. Bahkan hanya dia yang menguatkan saat Dion memutuskan pertunangan kami dan memilih menikahi Rania teman dekatku.

---------------

Sejuk angin selepas hujan kurasakan menerpa wajah, lembut sekali. Hangat tubuh ini dalam balutan jaket kulit warna coklat pemberian Vania saat ulang tahunku tahun lalu. Sejenak netra disuguhi pemandangan cantik pelangi yang lengkungannya seperti sedang memayungi perjalananku bersama Vania di atas kuda besi yang sedang dipacunya. Lengang jalanan menambah perasaan syahdu saat kedua netra kami beradu.

Senyumnya membawa perasaan lain dalam benakku. Tak bisa kugambarkan perasaan ini. Tapi rasa tenang selalu terasa jika ada di dekatnya.


----bersambung----

#sahabatbbb
#belajarbersamabisa
Diubah oleh YulianAnggita 03-07-2019 18:13
AnisMoAvatar border
febrianarynaAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 20 lainnya memberi reputasi
21
1.7K
44
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan