- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Basri Kinas Mappaseng, Jiplak Boleh tapi Kan...
TS
melolaksani
Basri Kinas Mappaseng, Jiplak Boleh tapi Kan...
Assalamuallaikum Wr.Wb gan
Sumbernya nih gan
Quote:
Akhirnya. Tulisan-tulisan unboxing dari anggota Temanrakyat berdatangan juga. Salah satunya akan kami angkat dalam unboxing kali ini. Yaitu unboxing Caleg DPR RI dari Partai Gerindra, Basri Kinas Mappaseng dari Dapil II DKI Jakarta.
Terima kasih buat semua yang sudah mengirimkan tulisan unboxing-nya. Mudah-mudahan semua kiriman tulisan bisa tayang di sisa masa kurang dari sepekan menjelang Pileg 2019 ini.
Tapi kenapa unboxing Basri lebih dulu tayangkan? Karena tulisannya paling rapi dan mengikuti dengan baik pola penulisan yang kami minta. Hebat. Terima kasih partisipasinya.
Namun meski tulisannya bagus, kami merasa masih harus menulis ulang. Terlebih unboxing Basri ini ditulis tim kampanye caleg bersangkutan. Karena pada dasarnya, konsep unboxing adalah review dari “konsumen,” bukan pemaparan dari “produsen.”
Karena itu, kami maklum banget puja-puji bertebaran di segala penjuru tulisan yang sampai di meja TR ini. Untuk itulah kami ada: sebagai penyeimbang. Biar kita semua mendapatkan review yang lebih obyektif.
Ya sud. Kita mulai.
Terima kasih buat semua yang sudah mengirimkan tulisan unboxing-nya. Mudah-mudahan semua kiriman tulisan bisa tayang di sisa masa kurang dari sepekan menjelang Pileg 2019 ini.
Tapi kenapa unboxing Basri lebih dulu tayangkan? Karena tulisannya paling rapi dan mengikuti dengan baik pola penulisan yang kami minta. Hebat. Terima kasih partisipasinya.
Namun meski tulisannya bagus, kami merasa masih harus menulis ulang. Terlebih unboxing Basri ini ditulis tim kampanye caleg bersangkutan. Karena pada dasarnya, konsep unboxing adalah review dari “konsumen,” bukan pemaparan dari “produsen.”
Karena itu, kami maklum banget puja-puji bertebaran di segala penjuru tulisan yang sampai di meja TR ini. Untuk itulah kami ada: sebagai penyeimbang. Biar kita semua mendapatkan review yang lebih obyektif.
Ya sud. Kita mulai.
Quote:
Nama : Ir. Basri Kinas Mappaseng
Dapil : DPR RI Dapil II DKI Jakarta (Jakarta Pusat, Selatan dan luar negeri)
Partai : Gerindra
Dapil : DPR RI Dapil II DKI Jakarta (Jakarta Pusat, Selatan dan luar negeri)
Partai : Gerindra
Spoiler for Latar Belakang:
Berdasarkan data di infopemilu.kpu.go.id, nama lengkap Basri yang akan tercantum di surat suara nanti adalah, Ir. Basri Kinas Mappaseng. Dari gelar “Ir” yang merupakan kependekan dari insinyur saja kita sudah bisa menduga bahwa caleg ini bukan anak muda lagi, tapi bapak-bapak atau om-om.
Sayang situs infopemilu tadi belakangan sering error sehingga kami sulit mengunduh berkas daftar riwayat hidup caleg. Mungkin menjelang hari pencoblosan banyak sekali yang mencoba akses situs tersebut. Yang jelas, KPU kurang modal nih. Nyusahin kita unboxing aja.
Lanjut.
Menurut tim suksesnya, Basri adalah wirausahawan yang bergerak di bidang minyak dan gas (MIGAS), dan IT. Pria yang lahir di Watampone, Sulawesi Selatan, pada 19 Oktober 1967 ini aktif di organisasi Syarikat Islam dan menjabat sebagai wakil ketua umum.
Selain aktif di organisasi masyarakat (ormas), Basri juga merupakan founder dari Lembaga Amil Zakat Indonesia Berzakat pada tahun 2016 sekaligus mengetuai lembaga ini. Lembaga Nirlaba yang didirikannya ini diharapkan dapat menjadi langkah pertama menuju Kesejahteraan Ekonomi Umat, khususnya bagi kelas ekonomi menengah ke bawah.
Lulusan Universitas Hasanuddin ini juga merupakan Chief Commissioner PT. Bangunindo Teknusa Jaya yang bergerak di bidang IT. Kesibukan yang mengharuskannya untuk pulang-pergi Indonesia-Malaysia membuat Basri membandingkan perbedaan perekonomian dari kedua negara bertetangga ini. Bukan sekadar travelling atau menjalankan bisnis, Basri tergelitik untuk mempelajari tentang masyarakat kelas bawah Malaysia yang jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan masyarakat kelas bawah Indonesia.
Tidak hanya itu, melihat pekerja migran Indonesia (PMI) yang mayoritas adalah unskilled labor, yaitu pekerja yang mengandalkan fisik dan jasmaninya untuk bekerja, Basri merasa bahwa inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa PMI kerap mendapatkan perlakuan tidak wajar di luar negeri.
Karena itu, sudah saatnya Indonesia mulai mengirimkan lebih banyak skilled labor yang salah satunya juga akan berdampak positif terhadap bagaimana dunia memandang Indonesia sebagai sebuah negara yang sejahtera, dan disegani.
Setelah lebih dari 20 tahun mengamati berbagai perbedaan dalam perekonomian antara kedua negara bertetangga ini, Basri memantapkan langkah untuk melaju mewakili suara rakyat di Pemilu Legislatif 2019. Fokus Basri, memajukan perekonomian umat untuk mewujudkan kesatuan dan keharmonisan Bangsa Indonesia dengan kemandirian ekonomi umat.
Selama ini, salah satu cara yang ditempuh untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan membentuk Lembaga Ekonomi Umat Tabung Haji Indonesia (LEUTHI). Cara ini, diakui Basri, mengadaptasi keberhasilan lembaga serupa di Malaysia.
Sayang situs infopemilu tadi belakangan sering error sehingga kami sulit mengunduh berkas daftar riwayat hidup caleg. Mungkin menjelang hari pencoblosan banyak sekali yang mencoba akses situs tersebut. Yang jelas, KPU kurang modal nih. Nyusahin kita unboxing aja.
Lanjut.
Menurut tim suksesnya, Basri adalah wirausahawan yang bergerak di bidang minyak dan gas (MIGAS), dan IT. Pria yang lahir di Watampone, Sulawesi Selatan, pada 19 Oktober 1967 ini aktif di organisasi Syarikat Islam dan menjabat sebagai wakil ketua umum.
Selain aktif di organisasi masyarakat (ormas), Basri juga merupakan founder dari Lembaga Amil Zakat Indonesia Berzakat pada tahun 2016 sekaligus mengetuai lembaga ini. Lembaga Nirlaba yang didirikannya ini diharapkan dapat menjadi langkah pertama menuju Kesejahteraan Ekonomi Umat, khususnya bagi kelas ekonomi menengah ke bawah.
Lulusan Universitas Hasanuddin ini juga merupakan Chief Commissioner PT. Bangunindo Teknusa Jaya yang bergerak di bidang IT. Kesibukan yang mengharuskannya untuk pulang-pergi Indonesia-Malaysia membuat Basri membandingkan perbedaan perekonomian dari kedua negara bertetangga ini. Bukan sekadar travelling atau menjalankan bisnis, Basri tergelitik untuk mempelajari tentang masyarakat kelas bawah Malaysia yang jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan masyarakat kelas bawah Indonesia.
Tidak hanya itu, melihat pekerja migran Indonesia (PMI) yang mayoritas adalah unskilled labor, yaitu pekerja yang mengandalkan fisik dan jasmaninya untuk bekerja, Basri merasa bahwa inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa PMI kerap mendapatkan perlakuan tidak wajar di luar negeri.
Karena itu, sudah saatnya Indonesia mulai mengirimkan lebih banyak skilled labor yang salah satunya juga akan berdampak positif terhadap bagaimana dunia memandang Indonesia sebagai sebuah negara yang sejahtera, dan disegani.
Setelah lebih dari 20 tahun mengamati berbagai perbedaan dalam perekonomian antara kedua negara bertetangga ini, Basri memantapkan langkah untuk melaju mewakili suara rakyat di Pemilu Legislatif 2019. Fokus Basri, memajukan perekonomian umat untuk mewujudkan kesatuan dan keharmonisan Bangsa Indonesia dengan kemandirian ekonomi umat.
Selama ini, salah satu cara yang ditempuh untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan membentuk Lembaga Ekonomi Umat Tabung Haji Indonesia (LEUTHI). Cara ini, diakui Basri, mengadaptasi keberhasilan lembaga serupa di Malaysia.
Spoiler for Pros:
Tim sukses mengatakan, Basri tak ragu menduplikasi sistem pengelolaan dana haji ala Malaysia. Meski hubungan RI-Malaysia sering panas-dingin, menurut Basri, kita tak perlu malu mengadaptasi kesuksesan orang lain.
Kami di TR sangat setuju dengan prinsip ini. Kalau memang baik dan terbukti berhasil dijalankan Malaysia, kenapa tidak kita coba mengikuti mereka?
Soal Malaysia yang suka “nyebelin” ah sudahlah. Seringnya juga kita sesederhana sirik sama tetangga saja. Kita sering marah kalau ada seni-budaya kita ditampilkan atau dipakai pihak Malaysia. Lalu dengan gampang menuding Malaysia “mencuri.” Tapi coba kalau yang menampilkan seni-budaya kita itu orang Eropa atau Amerika Serikat. Bukannya dicaci malah berbangga hati. Ya kan? Ngaku aja deh.
Sejauh penelusuruan TR, Basri juga bersih dari rekam jejak korupsi ataupun catatan buruk lain. Penampilan Basri juga simpatik dan senantiasa rapi. Dan kalau diperhatikan, Basri ini wajahnya mirip politisi senior Malaysia, Anwar Ibrahim. Cuma lebih muda aja sih. Kelamaan gaul sama orang Malaysia kali ya? Hehehe.
Kami di TR sangat setuju dengan prinsip ini. Kalau memang baik dan terbukti berhasil dijalankan Malaysia, kenapa tidak kita coba mengikuti mereka?
Soal Malaysia yang suka “nyebelin” ah sudahlah. Seringnya juga kita sesederhana sirik sama tetangga saja. Kita sering marah kalau ada seni-budaya kita ditampilkan atau dipakai pihak Malaysia. Lalu dengan gampang menuding Malaysia “mencuri.” Tapi coba kalau yang menampilkan seni-budaya kita itu orang Eropa atau Amerika Serikat. Bukannya dicaci malah berbangga hati. Ya kan? Ngaku aja deh.
Sejauh penelusuruan TR, Basri juga bersih dari rekam jejak korupsi ataupun catatan buruk lain. Penampilan Basri juga simpatik dan senantiasa rapi. Dan kalau diperhatikan, Basri ini wajahnya mirip politisi senior Malaysia, Anwar Ibrahim. Cuma lebih muda aja sih. Kelamaan gaul sama orang Malaysia kali ya? Hehehe.
Spoiler for Cons:
Duh. Ini agak-agak menggelikan sih. Dari berbagai penampilan di sosmed, kami merasa Basri terlihat terlalu berusaha menarik di mata anak muda. Coba deh simak channel Youtube Basri. Khususnya di video berjudul “Social Experiment Muslim itu Damai.”
Di video tersebut Basri menampilkan aksinya (yang katanya eksperimen sosial) di event car free day di Jakarta. Di acara mingguan itu, ia berdiri di Bundaran HI memegang karton bertuliskan “I am moslem. I am not terrorist. I am Indonesia. #Saynotointolerance.”
Lalu Basri mengajak siapapun yang setuju dengan tulisan tersebut untuk berpelukan. Itu kalau pria. Sementara untuk perempuan yang sepakat diajak berjabat tangan saja. Syariah sekali.
Tapi, satu hal ya Opa. Aksi seperti ini sudah basi. Aksi yang bapak lakukan nyaris plek-ketiplek sama dengan apa yang dilakukan seseorang di India sana. Tiga tahun lalu!
Memang betul, seperti bapak gak gengsi menjiplak kesuksesan pemerintah Malaysia, kita tak perlu malu meniru kebaikan orang lain. Tapi pak, menjiplak habis-habisan seperti itu hanya mencerminkan kita gak mampu menghasilkan pemikiran yang orisinil. Gak salah sih pak. Cuma di mata anak muda, itu gak keren.
Kedua, pesan yang bapak capek-capek tulis di karton itu konteksnya gak nyambung dengan Indonesia. Kan kita hidup di Indonesia yang 80 persen penduduknya muslim. Jadi tak ada yang istimewa saat bapak dihampiri sesama muslim dan menyatakan, “Saya setuju. Saya muslim, saya bukan teroris.”
Yaelah pak. Kita, muslim, ya pasti setuju dengan pernyataan muslim bukan teroris.
Pesan itu relevan kalau bapak gelar aksi di negara berpenduduk mayoritas non-muslim. Terutama di wilayah yang masyarakatnya punya kecenderungan islamophobia. Ya kalau di Jakarta yang relijius Islami mah gak usah eksperimen.
Lalu ada juga materi kampanye pencalegan Basri yang memparodikan poster film “Mission Impossible: Fallout.” Di poster tersebut Basri berdiri di depan seolah agen Ethan Hunt yang diperankan Tom Cruise. Kalau poster kampanye itu bapak anggap keren, ya sah-sah saja. Tapi buat kita anak muda sih, setidaknya anak muda di TR, gak banget deh.
Kemudian, ini yang lebih substansial, soal cita-cita Basri mewujudkan kesejahteraan umat melalui LEUTHI juga aneh. Karena Basri mengaku pengelolaan dana haji ini mengadaptasi kesuksesan Malaysia.
Sementara kita tahu, Malaysia mengelola dana haji melalui Lembaga Tabung Haji Malaysia (LTHM). Salah satu keberhasilan LTHM adalah menginvestasikan dana haji ke berbagai sektor. Mulai perdagangan dan jasa, keuangan perkebunan, kelistrikan, sampai perumahan. Bahkan LTHM memiliki banyak anak perusahaan, karena saking suksesnya menginvestasikan uang haji masyarakat Malaysia ini.
Yang menjadi aneh, selama ini fraksi Partai Gerindra di DPR menentang keras wacana pemerintah menginvestasikan dana ibadah haji. Sangat berbahaya, kata fraksi Gerindra. Wakil Ketua Komisi VIII Sodik Mudjahid dari fraksi Partai Gerindra menegaskan, penggunaan dana haji oleh pemerintah untuk berinvestasi tidak sesuai undang-undang.
Ini bagaimana sih? Jadi maksudnya yang ditiru bukan soal investasinya? Fokusnya menurunkan biaya haji buat umat Islam Indonesia? Begitu?
Kayaknya nih pak, dengan fakta antre pergi haji sampai bertahun-tahun saja menunjukkan biaya bukan masalah utama warga Indonesia pergi berhaji. Melainkan kuota haji yang masih kurang didapat Indonesia dari Arab Saudi. Kalau soal kuota haji, instrumen yang bisa digunakan bukan lembaga tabung haji. Tapi lobi.
Biaya haji yang diturunkan juga (walau itu niatan bagus), bukankah akan menambah antrean orang pergi berhaji? Bukannya menyelesaikan masalah utama, malah menambah berat persoalan dong?
Di video tersebut Basri menampilkan aksinya (yang katanya eksperimen sosial) di event car free day di Jakarta. Di acara mingguan itu, ia berdiri di Bundaran HI memegang karton bertuliskan “I am moslem. I am not terrorist. I am Indonesia. #Saynotointolerance.”
Lalu Basri mengajak siapapun yang setuju dengan tulisan tersebut untuk berpelukan. Itu kalau pria. Sementara untuk perempuan yang sepakat diajak berjabat tangan saja. Syariah sekali.
Tapi, satu hal ya Opa. Aksi seperti ini sudah basi. Aksi yang bapak lakukan nyaris plek-ketiplek sama dengan apa yang dilakukan seseorang di India sana. Tiga tahun lalu!
Memang betul, seperti bapak gak gengsi menjiplak kesuksesan pemerintah Malaysia, kita tak perlu malu meniru kebaikan orang lain. Tapi pak, menjiplak habis-habisan seperti itu hanya mencerminkan kita gak mampu menghasilkan pemikiran yang orisinil. Gak salah sih pak. Cuma di mata anak muda, itu gak keren.
Kedua, pesan yang bapak capek-capek tulis di karton itu konteksnya gak nyambung dengan Indonesia. Kan kita hidup di Indonesia yang 80 persen penduduknya muslim. Jadi tak ada yang istimewa saat bapak dihampiri sesama muslim dan menyatakan, “Saya setuju. Saya muslim, saya bukan teroris.”
Yaelah pak. Kita, muslim, ya pasti setuju dengan pernyataan muslim bukan teroris.
Pesan itu relevan kalau bapak gelar aksi di negara berpenduduk mayoritas non-muslim. Terutama di wilayah yang masyarakatnya punya kecenderungan islamophobia. Ya kalau di Jakarta yang relijius Islami mah gak usah eksperimen.
Lalu ada juga materi kampanye pencalegan Basri yang memparodikan poster film “Mission Impossible: Fallout.” Di poster tersebut Basri berdiri di depan seolah agen Ethan Hunt yang diperankan Tom Cruise. Kalau poster kampanye itu bapak anggap keren, ya sah-sah saja. Tapi buat kita anak muda sih, setidaknya anak muda di TR, gak banget deh.
Kemudian, ini yang lebih substansial, soal cita-cita Basri mewujudkan kesejahteraan umat melalui LEUTHI juga aneh. Karena Basri mengaku pengelolaan dana haji ini mengadaptasi kesuksesan Malaysia.
Sementara kita tahu, Malaysia mengelola dana haji melalui Lembaga Tabung Haji Malaysia (LTHM). Salah satu keberhasilan LTHM adalah menginvestasikan dana haji ke berbagai sektor. Mulai perdagangan dan jasa, keuangan perkebunan, kelistrikan, sampai perumahan. Bahkan LTHM memiliki banyak anak perusahaan, karena saking suksesnya menginvestasikan uang haji masyarakat Malaysia ini.
Yang menjadi aneh, selama ini fraksi Partai Gerindra di DPR menentang keras wacana pemerintah menginvestasikan dana ibadah haji. Sangat berbahaya, kata fraksi Gerindra. Wakil Ketua Komisi VIII Sodik Mudjahid dari fraksi Partai Gerindra menegaskan, penggunaan dana haji oleh pemerintah untuk berinvestasi tidak sesuai undang-undang.
Ini bagaimana sih? Jadi maksudnya yang ditiru bukan soal investasinya? Fokusnya menurunkan biaya haji buat umat Islam Indonesia? Begitu?
Kayaknya nih pak, dengan fakta antre pergi haji sampai bertahun-tahun saja menunjukkan biaya bukan masalah utama warga Indonesia pergi berhaji. Melainkan kuota haji yang masih kurang didapat Indonesia dari Arab Saudi. Kalau soal kuota haji, instrumen yang bisa digunakan bukan lembaga tabung haji. Tapi lobi.
Biaya haji yang diturunkan juga (walau itu niatan bagus), bukankah akan menambah antrean orang pergi berhaji? Bukannya menyelesaikan masalah utama, malah menambah berat persoalan dong?
Spoiler for Conclusion:
Basri punya latar belakang pendidikan dan pengalaman yang meyakinkan untuk kita dukung sebagai wakil rakyat. Penampilannya juga cocok deh jadi pejabat negeri ini. Gagah. Kalau berdasarkan dua hal ini, kita pede merekomendasikan Basri.
Tapi yaitu tadi. Basri gak orisinil. Bahkan kesediaannya menjiplak cara orang lain juga kerap serampangan diterapkan di Indonesia. Suka miss menilai konteks di luar negeri dan seperti tak paham situasi di dalam negeri.
Sayang sekali. Padahal tulisan unboxing dari tim suksesnya bagus loh.
Tapi yaitu tadi. Basri gak orisinil. Bahkan kesediaannya menjiplak cara orang lain juga kerap serampangan diterapkan di Indonesia. Suka miss menilai konteks di luar negeri dan seperti tak paham situasi di dalam negeri.
Sayang sekali. Padahal tulisan unboxing dari tim suksesnya bagus loh.
Sumbernya nih gan
0
972
Kutip
0
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan