- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sarah Lery Mboeik, Harus Lebih Terdengar
TS
melolaksani
Sarah Lery Mboeik, Harus Lebih Terdengar
Assalamuallaikum Wr.Wb
Sumbernya nih gan
Quote:
Konon ada dua musim di Nusatenggara Timur (NTT): musim panas dan musim panas sekali. Demikian biasanya kami mendengar teman dari NTT bercanda.
Walaupun bergurau, kondisi alam NTT memang lumayan ekstrem. Ditambah dengan pembangunan yang masih tertinggal, maka bencana kekeringan, krisis pangan, hingga kelaparan adalah ancaman yang nyata. Sementara korupsi juga masih menjadi masalah besar di NTT.
Karena itu memiliki wakil berkualitas di parlemen adalah sebuah keharusan. Unboxing di masa injury time ini kebetulan membahas seorang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari NTT, Sarah Lery Mboeik.
Ulasan aslinya dikirim oleh anggota TR dengan ID: Adfil Galang. Kami edit tulisan Adfil untuk memudahkan pembaca.
Walaupun bergurau, kondisi alam NTT memang lumayan ekstrem. Ditambah dengan pembangunan yang masih tertinggal, maka bencana kekeringan, krisis pangan, hingga kelaparan adalah ancaman yang nyata. Sementara korupsi juga masih menjadi masalah besar di NTT.
Karena itu memiliki wakil berkualitas di parlemen adalah sebuah keharusan. Unboxing di masa injury time ini kebetulan membahas seorang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari NTT, Sarah Lery Mboeik.
Ulasan aslinya dikirim oleh anggota TR dengan ID: Adfil Galang. Kami edit tulisan Adfil untuk memudahkan pembaca.
Quote:
Nama: Ir. Sarah Lery Mboeik
Jenis Pemilihan: DPD RI Dapil NTT
Jenis Pemilihan: DPD RI Dapil NTT
Spoiler for Latar Belakang:
Lery—demikian Sarah biasa dipanggil—adalah anak kedua dari 7 bersaudara pasangan David Mboeik dan Filiphina Mboeik Nara. Ia lahir di Baa, Lobalain, Rote Ndao, NTT, 54 tahun silam.
Lery menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Baa, Rote. Kemudian ia masuk SMP Negeri 1 Baa dan SMA Negeri 1 Kupang, NTT. Setelah tamat SMA, Lery melanjutkan studi di jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Kupang dan lulus pada 1988.
Tamat kuliah, Lery langsung menjadi aktivis dengan bergabung Yayasan Alfa Omega (YAO), sebuah lembaga sosial di bawah organisasi Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Pada 1995, Lery juga bergabung dengan World Wildlife Fund (WWF) Nusatenggara dan proyek kerja sama Indonesia-Australia yang menangani daerah aliran Sungai Noelbaki, Kupang.
Belakangan, Lery bersama tokoh dan akademisi di Kupang mendirikan perkumpulan Pengembangan Inisitif dan Advokasi Rakyat (PIAR). Bersama PIAR, Lery mengadvokasi masyarakat pada isu-isu hak asasi manusia, anti-korupsi, dan antikemiskinan struktural.
Berikut adalah beberapa aksi yang dilakukan Lery:
September 1999: Terlibat dalam advokasi hutan adat di Besin, Banoin, Nevamtasa, dan Loeram, Kabupaten Timor Tengah Utara. Aksi ini dilakukan Lery bersama beberapa lembaga swadaya masyarakat dan organisasi Justice and Peace Keuskupan Atambua.
Oktober 1999-Januari 2000: Terlibat asistensi penyelidik Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM Timor-Timur.
Juni – Oktober 2001: Bersama masyarakat adat Mollo melakukan reclaiming (penguasaan kembali) tambang marmer di Mollo. Hasilnya, Gubernur NTT mencabut surat keputusan (SK) tentang penambangan marmer tersebut.
Desember 2001-Januari 2002: Bersama nelayan Pariti, Kabupaten Kupang, berhasil melakukan reclaming tambak udang. Hasilnya, Pemerintah Kabupaten Kupang membayar ganti rugi dan mengehentikan proyek bermasalah tersebut.
Maret 2002: Bersama mahasiswa mengkritik APBD NTT Tahun 2002 yang tidak pro rakyat dan melaporkannya ke kejaksaan
Juni 2002: Mengikuti pelatihan tentang Pemantauan Pelayan Umum (Public Service) di Bangalor, India. Dalam bulan yang sama, Lery juga melakukan judicial review PP 110 Tahun 2000 bersama Indonesian Corruption Watch.
Pada Pemilu 2004 dan 2009, Lery mencoba mencalonkan diri menjadi anggota DPD. Namun berakhir kegagalan. Baru pada Pileg 2014, Lery berhasil menduduki kursi DPD RI di Senayan, Jakarta.
Lery menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Baa, Rote. Kemudian ia masuk SMP Negeri 1 Baa dan SMA Negeri 1 Kupang, NTT. Setelah tamat SMA, Lery melanjutkan studi di jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Kupang dan lulus pada 1988.
Tamat kuliah, Lery langsung menjadi aktivis dengan bergabung Yayasan Alfa Omega (YAO), sebuah lembaga sosial di bawah organisasi Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Pada 1995, Lery juga bergabung dengan World Wildlife Fund (WWF) Nusatenggara dan proyek kerja sama Indonesia-Australia yang menangani daerah aliran Sungai Noelbaki, Kupang.
Belakangan, Lery bersama tokoh dan akademisi di Kupang mendirikan perkumpulan Pengembangan Inisitif dan Advokasi Rakyat (PIAR). Bersama PIAR, Lery mengadvokasi masyarakat pada isu-isu hak asasi manusia, anti-korupsi, dan antikemiskinan struktural.
Berikut adalah beberapa aksi yang dilakukan Lery:
September 1999: Terlibat dalam advokasi hutan adat di Besin, Banoin, Nevamtasa, dan Loeram, Kabupaten Timor Tengah Utara. Aksi ini dilakukan Lery bersama beberapa lembaga swadaya masyarakat dan organisasi Justice and Peace Keuskupan Atambua.
Oktober 1999-Januari 2000: Terlibat asistensi penyelidik Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM Timor-Timur.
Juni – Oktober 2001: Bersama masyarakat adat Mollo melakukan reclaiming (penguasaan kembali) tambang marmer di Mollo. Hasilnya, Gubernur NTT mencabut surat keputusan (SK) tentang penambangan marmer tersebut.
Desember 2001-Januari 2002: Bersama nelayan Pariti, Kabupaten Kupang, berhasil melakukan reclaming tambak udang. Hasilnya, Pemerintah Kabupaten Kupang membayar ganti rugi dan mengehentikan proyek bermasalah tersebut.
Maret 2002: Bersama mahasiswa mengkritik APBD NTT Tahun 2002 yang tidak pro rakyat dan melaporkannya ke kejaksaan
Juni 2002: Mengikuti pelatihan tentang Pemantauan Pelayan Umum (Public Service) di Bangalor, India. Dalam bulan yang sama, Lery juga melakukan judicial review PP 110 Tahun 2000 bersama Indonesian Corruption Watch.
Pada Pemilu 2004 dan 2009, Lery mencoba mencalonkan diri menjadi anggota DPD. Namun berakhir kegagalan. Baru pada Pileg 2014, Lery berhasil menduduki kursi DPD RI di Senayan, Jakarta.
Spoiler for Pros:
Atas kerja kerasnya membela hak-hak kaum marjinal, Lery dianugerahi Yap Thiam Hien (YTH) Award pada 1999. Asal tahu saja, YTH Award adalah penghargaan bergengsi di Indonesia untuk mereka yang berjuang menegakkan hak asasi manusia. Mustofa Bisri, Dawam Rahardjo, Asmara Nababan, Widji Thukul, dan Siti Musdah Mulia, adalah beberapa tokoh yang juga menerima YTH Award.
Artinya, Lery bukan aktivis sembarangan. Setidaknya penerima YTH Award seharusnya bukan aktivis “kroco” yang biasa menjual kemelaratan warga NTT untuk mendapatkan proyek kemanusiaan dari lembaga amal luar negeri.
Berdasarkan penampilannya di televisi, Lery juga mampu berkomunikasi verbal dengan baik. Bicaranya runut dan jelas. Bisa kita cek di Youtube.
Artinya, Lery bukan aktivis sembarangan. Setidaknya penerima YTH Award seharusnya bukan aktivis “kroco” yang biasa menjual kemelaratan warga NTT untuk mendapatkan proyek kemanusiaan dari lembaga amal luar negeri.
Berdasarkan penampilannya di televisi, Lery juga mampu berkomunikasi verbal dengan baik. Bicaranya runut dan jelas. Bisa kita cek di Youtube.
Spoiler for Cons:
Lery mungkin calon DPD yang baik. Tapi Lery adalah tipe pejabat yang tak fasih bermedia sosial. Facebooknya memang aktif. Tapi di kanal lain yang lebih “anak muda” seperti Instagram, Lery absen. Twitter juga sudah lama tidak aktif.
Mungkin karena usia. Bisa juga karena konstituen Lery masyarakat pedalaman yang jauh dari kehidupan maya. Tapi artinya, Lery tidak terlalu “nyambung” buat anak muda. Bagaimana mau nyambung, kalau tempat gaul saja sudah beda dengan kita?
Mungkin karena usia. Bisa juga karena konstituen Lery masyarakat pedalaman yang jauh dari kehidupan maya. Tapi artinya, Lery tidak terlalu “nyambung” buat anak muda. Bagaimana mau nyambung, kalau tempat gaul saja sudah beda dengan kita?
Spoiler for Conclusion:
Lery punya kualitas yang mengilap. Rekam jejak aksi Lery dalam memperjuangkan hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan antikorupsi membuat kita nyaman menitipkan amanah pada perempuan berambut pendek ini. Lery juga bersih dari catatan korupsi.
Cuma saja kami berharap Lery punya tim yang khusus mengurusi komunikasinya di medsos yang lebih luas dengan gaya yang anak muda friendly. Karena menurut TR, Lery seharusnya lebih didengar oleh kalangan anak muda.
Dengan hadirnya Lery di Senayan, mudah-mudahan nama NTT tak lagi diplesetkan “Nanti Tuhan Tolong,” saking banyaknya pekerjaan rumah untuk membangun provinsi di tenggara Indonesia ini.
Cuma saja kami berharap Lery punya tim yang khusus mengurusi komunikasinya di medsos yang lebih luas dengan gaya yang anak muda friendly. Karena menurut TR, Lery seharusnya lebih didengar oleh kalangan anak muda.
Dengan hadirnya Lery di Senayan, mudah-mudahan nama NTT tak lagi diplesetkan “Nanti Tuhan Tolong,” saking banyaknya pekerjaan rumah untuk membangun provinsi di tenggara Indonesia ini.
Sumbernya nih gan
0
811
Kutip
0
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan