- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pakar Kosmologi Jawa: Jokowi Wes Rampung!


TS
wolfvenom88
Pakar Kosmologi Jawa: Jokowi Wes Rampung!
KONFTONTASI– Aksi calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) yang marah marah saat berpidato di Stadion Kridosono Yogyakarta, Sabtu, (23/3) lalu, mendapat sorotan dari Pakar Budaya Jawa, Bambang Susanto Priyohadi. Menurut ahli Kosmologi Jawa itu, sikap Jokowi tersebut sebagai sinyal bahwa nasib kepemimpinan Jokowi sudah selesai atau wes rampung.
Hal ini dikarenakan Jokowi sebagai simbol pemimpin negara telah menabrak prinsip prinsip dasar dalam Kosmologi kepemimpinan masyarakat Jawa.
“Kalimat di Jogja (saya akan lawan), itu sudah tidak pantas bagi seorang pemimpin,” kata Bambang Susanto Priyohadi dalam diskusi bertajuk Pilpres 2019 Dalam Tinjauan Kosmologi dan Spiritualisme di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (15/4/2019).
Menurut Bambang, berdasarkan basis kosmologi dan spritual, sifat pemimpin itu harus bisa Wiranata atau menerima semua apapun perlakuan terhadap dirinya.
“Ia dihina direndahkan, dia akan menerima dengan lapang dada. Itulah sifat pemimpin. Itu yang sangat penting. Tidak akan marah dengan caci maki,” tegasnya.
Maka dari itu, lanjut dia, kemarahan Jokowi saat berkempanye di Yogyakarta menunjukkan garis nasib kepemimpinan Jokowi selesai. Pasalnya kata kata yang dilontarkan Jokowi sudah sejatinya tidak layak dikeluarkan oleh seorang pemimpin.
“Kalau kasus kemarin (yang di Jogja), apa yang terjadi, kami mengatakan selesai. Wis rampung. Wes wayahe. Karena beliau sudah melanggar apa yang menjadi prinsip kosmologi,” tegasnya.
Dirinya kemudian menjelaskan bahwa seorang pimpinan atau seorang sinatrio (ksatria) yang menjadi raja, dia harus memahami hasta brata. Apa itu hasta brata? Yaitu 8 sifat alam yang harus dimiliki seorang pimpinan.
“Salah satunya sifat bumi, dia akan menerima semua proses, bahkan caci maki pun dia terima, tidak akan menolak,” jelasnya.(mr/nusantranews)
http://konfrontasi.com/content/polit...wi-wes-rampung
Hal ini dikarenakan Jokowi sebagai simbol pemimpin negara telah menabrak prinsip prinsip dasar dalam Kosmologi kepemimpinan masyarakat Jawa.
“Kalimat di Jogja (saya akan lawan), itu sudah tidak pantas bagi seorang pemimpin,” kata Bambang Susanto Priyohadi dalam diskusi bertajuk Pilpres 2019 Dalam Tinjauan Kosmologi dan Spiritualisme di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (15/4/2019).
Menurut Bambang, berdasarkan basis kosmologi dan spritual, sifat pemimpin itu harus bisa Wiranata atau menerima semua apapun perlakuan terhadap dirinya.
“Ia dihina direndahkan, dia akan menerima dengan lapang dada. Itulah sifat pemimpin. Itu yang sangat penting. Tidak akan marah dengan caci maki,” tegasnya.
Maka dari itu, lanjut dia, kemarahan Jokowi saat berkempanye di Yogyakarta menunjukkan garis nasib kepemimpinan Jokowi selesai. Pasalnya kata kata yang dilontarkan Jokowi sudah sejatinya tidak layak dikeluarkan oleh seorang pemimpin.
“Kalau kasus kemarin (yang di Jogja), apa yang terjadi, kami mengatakan selesai. Wis rampung. Wes wayahe. Karena beliau sudah melanggar apa yang menjadi prinsip kosmologi,” tegasnya.
Dirinya kemudian menjelaskan bahwa seorang pimpinan atau seorang sinatrio (ksatria) yang menjadi raja, dia harus memahami hasta brata. Apa itu hasta brata? Yaitu 8 sifat alam yang harus dimiliki seorang pimpinan.
“Salah satunya sifat bumi, dia akan menerima semua proses, bahkan caci maki pun dia terima, tidak akan menolak,” jelasnya.(mr/nusantranews)
http://konfrontasi.com/content/polit...wi-wes-rampung
1
3.1K
39


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan