AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
Kapal Perang Inggris Dibuat Ciut dan Malu Setelah Menantang Angkatan Laut RI


Kapal Perang Inggris, HMS Victorious

Demi menjaga kedaulatan wilayah RI (darat, laut dan udara), TNI tidak pernah gentar menghadapi siapapun, meski harus berhadapan dengan negara besar yang punya peralatan perang yang canggih, seperti Inggris.

Dengan semangat 45, pasukan TNI dengan peralatan seadanya, berhasil membuat gentar dan malu Angkatan Perang Inggris, yang pamer kekuatan dengan kapal perangnya, HMS Victorious.
***
Peristiwa itu terjadi pada bulan September 1964. Ketegangan terjadi antara Indonesia dengan persemakmuran Inggris di Asia Tenggara, Malaysia.

Konflik tersebut dipicu oleh diresmikannya Dwikora pada 3 Mei 1963 oleh Soekarno, dan adanya penyusupan para gerilyawan Indonesia ke Kalimantan Utara yang masuk wilayah Malaysia.

Tindakan Presiden pertama RI itu dianggap oleh Inggris sebagai tantangan, atau menabuh genderang perang.

Inggris yang merasa tersinggung, lantas melakukan 'Show of Force' (pamer kekuatan) dengan melayarkan kapal Induk HMS Victorious, yang mungkin bermaksud untuk menakut-nakuti pemerintah RI.

Dengan arogannya kapal Induk HMS Victorious, yang dikawal dua kapal Destroyer (Perusak) , berlayar dari Singapura menuju Australia, melewati Selat Sunda, tanpa izin dan pemberitahuan sebelumnya. Hal itu terjadi pada tanggal 27 Agustus 1964.


Melu RI, Soebandrio

Aksi ‘asal terobos’ itu tentu saja membuat Soebandrio, Menteri Luar Negeri RI saat itu sangat murka.

Pemerintah menyadari bahwa tindakan Inggris melanggar batas wilayah perairan Indonesia itu sengaja dilakukan untuk memancing Angkatan Laut dan Udara RI agar menyerang mereka. Jika itu terjadi, maka Inggris punya dalil dan alasan yang kuat untuk menyerang balik dan menghancurkan Indonesia.

Di puncak kemarahannya, pada tanggal 2 September 1964, Soebandrio langsung memberikan warning, ultimatum keras, kepada armada kapal perang Inggris tersebut:

“Jangan coba-coba lagi lewat Selat Sunda saat perjalanan kembali ke Singapura, atau akan tanggung konsekuensinya.”

Ultimatum itu bukan hanya gertakan semata. Setelah peringatan keras itu disampaikan kepada Inggris, maka armada Angkatan Laut RI segera mengadakan latihan besar-besaran di Selat Sunda. Bukan untuk Show of Force, tapi benar-benar sebagai persiapan perang, untuk menenggelamkan HMS Victorious, jika ia berani sekali lagi lewat Selat Sunda.


Admiral Louis Mounbatten

Melihat kerasnya sikap pemerintah RI, maka Admiral Louis Mounbatten (Paman dari Pangeran Charles) dengan angkuhnya berkata:

“Inggris akan malu besar, jika armada HMS Victorious pulang tak berani lewat Selat Sunda.”

Dengan kata lain, Inggris menantang dan menyatakan tidak takut dengan Angkatan Laut RI, bahkan ia merasa ultimatum Soebandrio itu merupakan penghinaan terhadap martabat Angkatan Laut Inggris.

Tapi pernyataan Louis Mounbatten itu tidak sepenuhnya didukung oleh para perwira Angkatan Laut Inggris, Royal Navy. Para perwira itu khawatir, jika HMS Victorious tetap nekat akan melewati Selat Sunda, maka kapal perang induk kebanggaan mereka itu akan tenggelam dan terkubur di Selat Sunda.

Bukan hanya para perwira yang mengkhawatirkan hal itu, tapi anggota Parlemen Inggris juga merasakan hal yang sama. Mereka khawatir akan membawa Inggris ke medan perang yang tak seharusnya terjadi.

Parlemen Inggris juga menyadari, bahwa kemungkinan selamatnya kapal HMS Victorious jika berani melewati Selat Sunda sangat tipis.


Pesawat Tupolev Tu-16

Sebab mereka mengetahui bahwa Angkatan Perang Indonesia punya berbagai Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista), seperti pesawat pengebom Tupolev Tu-16, dan kapal cepat rudal Komar Class yang punya senjata khusus untuk menghancurkan dan menenggelamkan Kapal Induk.


Kapal Cepat Rudal Komar Class

Meski demikian, Louis Mounbatten tetap bersikeras pada pendiriannya. Kapal HMS Victorious tetap harus pulang melalui Selat Sunda, untuk menunjukkan bahwa Inggris tidak pernah takut dengan ancaman siapapun.

Karena itu, Louis Mounbatten segera memerintahkan kepada Menteri Pertahanan Peter Thorneycroft, dan Kepala Staf Royal Navy David Luce, serta Perwira Tinggi Royal Navy, Varyl Begg, untuk merancang operasi ‘Althorpe dan Shalstone’ sebagai pengamanan HMS Victorious saat akan melewati Selat Sunda.

Atas perintah tersebut, maka Perwira Royal Navy segera mempersiapkan satu skuadron Canberra (pesawat pengebom ringan), satu skuadron pesawat Jet Gloster Javelin, dan beberapa pengebom berat jenis V-Bomber RAF, untuk mengawal HMS Victorious dari udara.


Pesawat V-Bomber RAF

Sedangkan dari laut sendiri akan dikawal oleh kapal induk HMS Centaur, yang membawa jet tempur Sea Vixen dan Bucaneer, serta sebuah pesawat Intai Maritim.

Operasi Althorpe sebagai upaya jaga-jaga jika kapal HMS Victorious diserang. Operasi ini bertugas untuk melumpuhkan semua pangkalan udara dan laut TNI. Sedangkan operasi Shalstone, bertujuan menyerang tujuh sasaran vital di Kepulauan Riau, dengan menggunakan meriam kapal, untuk menghancurkan sarana komunikasi dan transportasi darat.

Mendengar rencana Inggris yang sudah siap tempur tersebut, pemerintah Australia dan Selandia Baru langsung protes. Mereka tidak setuju, sebab serangan balik pemerintah Indonesia bisa berdampak sampai ke wilayah mereka.

Maka atas desakan kedua negara tersebut, operasi ‘Althorpe dan Shalstone’ dibatalkan. Kapal HMS Victorious tidak jadi pulang melalui Selat Sunda, tapi disepakati boleh melewati Selat Lombok.

Di bawah bayang-bayang pesawat pengebom AURI TU-16 dari udara, dan dua buah kapal selam dari bawah laut, kapal HMS Victorious dan kapal pengawalnya dengan sangat hati-hati dan waswas, akhirnya pulang melalui Selat Lombok dengan selamat. (*)
***
Ref. Foto2 dari Google Search.
Diubah oleh Aboeyy 17-03-2020 07:33
flueAvatar border
heppokomaruAvatar border
Andre35Avatar border
Andre35 dan 30 lainnya memberi reputasi
23
33.8K
173
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan