- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
Tina Toon, Ah Masih Coba-Coba
TS
melolaksani
Tina Toon, Ah Masih Coba-Coba
Assalamuallaikum Wr.Wb Gan
Sumbernya nih gan
Quote:
Penyanyi cilik bikin gemes penonton, itu sih biasa. Dulu ada artis cilik yang selain lucu, juga bikin banyak orang bingung berjamaah. Mereka yang di era 90-an doyan mantengin televisi, pasti pernah dengar kata "bolo-bolo" gara-gara lagu bocah ini. Tapi coba tanya apa artinya, kemungkinan besar jawabnya pasti gak tahu.
Belum juga kita nemu arti bolo-bolo, si artis bikin bingung lagi dengan muncul berpenampilan yang gak ada lucu-lucunya (tapi seksi), dan maju jadi calon anggota legislatif. Ia adalah Tina Toon, atau nama yang akan terpampang di surat suara nanti, Agustina Hermanto.
Tina maju sebagai caleg DPRD Jakarta untuk dapil DKI II yang meliputi Kecamatan Cilincing, Koja, Kelapa Gading dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Atas nama sentimentil masa kecil yang dibikin bingung, mari kita unboxing Tina. Apakah kita akan semakin bingung? Mari kita mulai saja.
Belum juga kita nemu arti bolo-bolo, si artis bikin bingung lagi dengan muncul berpenampilan yang gak ada lucu-lucunya (tapi seksi), dan maju jadi calon anggota legislatif. Ia adalah Tina Toon, atau nama yang akan terpampang di surat suara nanti, Agustina Hermanto.
Tina maju sebagai caleg DPRD Jakarta untuk dapil DKI II yang meliputi Kecamatan Cilincing, Koja, Kelapa Gading dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Atas nama sentimentil masa kecil yang dibikin bingung, mari kita unboxing Tina. Apakah kita akan semakin bingung? Mari kita mulai saja.
Quote:
Nama: Agustina Hermanto
Dapil: DPRD DKI Jakarta II (Kecamatan Cilincing, Koja, Kelapa Gading dan Kabupaten Kepulauan Seribu)
Partai: PDIP
Dapil: DPRD DKI Jakarta II (Kecamatan Cilincing, Koja, Kelapa Gading dan Kabupaten Kepulauan Seribu)
Partai: PDIP
Spoiler for Latar Belakang:
Tina Toon menggeberak blantika musik anak-anak di akhir 1990-an dengan sosoknya yang imut, chubby, dan lengkap dengan ciri khas goyangan kepala memutar. Setelah sukses menjadi penyanyi cilik, Tina kemudian lama tak terdengar.
Perempuan kelahiran Jakarta, 20 Agustus 1993 ini, sempat mencoba meraih kepopuleran lagi pada 2008 dengan meluncurkan album "I Love Music." Melalui album tersebut, image anak kecil Tina yang menggemaskan sudah dirombak total.
Sayang momentum tak mendukung. Come back Tina dengan mengeluarkan album fisik bertepatan dengan lesunya industri musik yang tengah "diserang" demam ring back tone ponsel.
Perempuan berdarah tionghoa ini juga kemudian mencoba lagi tiga tahun kemudian dengan membentuk girl band, Tina With D'Girls. Tapi lagi-lagi, Tina gagal.
Naik turun di urusan dunia hiburan, Tina ternyata oke dalam urusan sekolah formal. Bahkan sejak kecil, ketika lagi terkenal-terkenalnya, Tina masih bisa-bisanya langganan juara kelas. Lulus sekolah menengah atas, Tina kuliah jurusan ilmu komputer di Universitas Tarumanegara.
Setelah lulus, Tina lanjut studi S2 dengan jurusan yang gak nyambung, yaitu program Magister Hukum. Pun di universitas yang sama.
Menurut Tina, sejak kuliah S2 inilah ia mulai tertarik dengan politik. Mulai pula bergabung menjadi anggota organisasi kepemudaan yang kental warna politik. Termasuk di antaranya menjadi anggota Banteng Muda Indonesia (BMI), sebuah organisasi sayap partai PDI-P.
Skip… skip… skip… Tina ditawari maju jadi caleg. Gak tiba-tiba sih. Setidaknya menurut pengakuan Tina, di PDIP ia banyak mengikuti pelatihan dan kursus politik. Saat menerima tawaran jadi caleg pun, Tina menjalani seluruh proses pencalonan. Mulai dari pemberkasan hingga wawancara.
Apa motivasi Tina jadi caleg? Di beberapa kesempatan Tina mengaku ingin mengubah keadaan yang tak ideal di lingkungan terdekatnya secara langsung dari dalam sistem. Karena itu, walau mungkin percaya diri dikenal se-Indonesia, Tina memilih maju sebagai caleg DPRD DKI. Tidak langsung berambisi jadi caleg DPR RI. Toh Tina anak baru di politik. Belajar dulu di level bawah memang langkah bijak.
Perempuan kelahiran Jakarta, 20 Agustus 1993 ini, sempat mencoba meraih kepopuleran lagi pada 2008 dengan meluncurkan album "I Love Music." Melalui album tersebut, image anak kecil Tina yang menggemaskan sudah dirombak total.
Sayang momentum tak mendukung. Come back Tina dengan mengeluarkan album fisik bertepatan dengan lesunya industri musik yang tengah "diserang" demam ring back tone ponsel.
Perempuan berdarah tionghoa ini juga kemudian mencoba lagi tiga tahun kemudian dengan membentuk girl band, Tina With D'Girls. Tapi lagi-lagi, Tina gagal.
Naik turun di urusan dunia hiburan, Tina ternyata oke dalam urusan sekolah formal. Bahkan sejak kecil, ketika lagi terkenal-terkenalnya, Tina masih bisa-bisanya langganan juara kelas. Lulus sekolah menengah atas, Tina kuliah jurusan ilmu komputer di Universitas Tarumanegara.
Setelah lulus, Tina lanjut studi S2 dengan jurusan yang gak nyambung, yaitu program Magister Hukum. Pun di universitas yang sama.
Menurut Tina, sejak kuliah S2 inilah ia mulai tertarik dengan politik. Mulai pula bergabung menjadi anggota organisasi kepemudaan yang kental warna politik. Termasuk di antaranya menjadi anggota Banteng Muda Indonesia (BMI), sebuah organisasi sayap partai PDI-P.
Skip… skip… skip… Tina ditawari maju jadi caleg. Gak tiba-tiba sih. Setidaknya menurut pengakuan Tina, di PDIP ia banyak mengikuti pelatihan dan kursus politik. Saat menerima tawaran jadi caleg pun, Tina menjalani seluruh proses pencalonan. Mulai dari pemberkasan hingga wawancara.
Apa motivasi Tina jadi caleg? Di beberapa kesempatan Tina mengaku ingin mengubah keadaan yang tak ideal di lingkungan terdekatnya secara langsung dari dalam sistem. Karena itu, walau mungkin percaya diri dikenal se-Indonesia, Tina memilih maju sebagai caleg DPRD DKI. Tidak langsung berambisi jadi caleg DPR RI. Toh Tina anak baru di politik. Belajar dulu di level bawah memang langkah bijak.
Spoiler for Pros:
Buat pemilih, kepopuleran Tina tentu tak ada artinya. Popularitas, seharusnya memang bukan alasan pemilih mencoblos nama Tina di kertas suara. Yang lebih penting adalah kapabilitas dan integritas caleg bersangkutan.
Dalam sebuah wawancara televisi, Tina pun mengakui hal ini. Ia tak menampik punya modal popularitas. Namun dirinya sadar masih punya tugas berat meyakinkan calon pemilih mengenai kapabilitasnya. Baguslah. Sadar diri adalah tanda orang baik.
Tina juga masih muda dan bebas dari catatan buruk dalam persoalan hukum. Lalu, kalau benar seperti pengakuannya aktif dalam organisasi politik sejak lama, artinya Tina memang bukan caleg dadakan.
Dalam sebuah wawancara televisi, Tina pun mengakui hal ini. Ia tak menampik punya modal popularitas. Namun dirinya sadar masih punya tugas berat meyakinkan calon pemilih mengenai kapabilitasnya. Baguslah. Sadar diri adalah tanda orang baik.
Tina juga masih muda dan bebas dari catatan buruk dalam persoalan hukum. Lalu, kalau benar seperti pengakuannya aktif dalam organisasi politik sejak lama, artinya Tina memang bukan caleg dadakan.
Spoiler for Cons:
Meski sadar dirinya masih harus membuktikan kapabilitasnya, nyatanya usaha itu belum juga terlihat hasilnya. Coba deh tonton di Youtube, saat Tina Toon diwawancarai Najwa Shihab. Sepanjang acara, Tina terkesan tak punya persiapan matang, kalau bukan memang tak akrab dengan urusan politik.
Salah satu puncak yang bikin kita tertawa adalah saat Najwa bertanya apa skill utama yang seharusnya dimiliki anggota legislatif. Setelah berputar-putar dengan jawaban normatif, Tina kemudian menjawab bahwa kecakapan yang harus dimiliki legislator adalah, "skill pendidikan."
Kami bingung dengan jawaban Tina. Setelah memutar ulang rekaman jawaban tersebut, mungkin maksud Tina adalah wakil rakyat harus punya latar belakang pendidikan yang cukup. Tapi Tina… yang ditanyakan Najwa bukan modal pendidikan. Tapi kecakapan.
Pemilihan kata juga mengesankan Tina sebagai orang awam. Bahkan untuk kelas mahasiswa pun, seharusnya penampilan Tina tak seburuk itu. Bukan artinya setiap politisi harus selalu berbicara dengan istilah-istilah canggih biar dipercaya loh. Toh kalau tak mampu menjawab dengan tepat pertanyaan yang terlontar, mau sekeren apapun istilah-istilah yang kita pakai, tetap tak akan menolong.
Padahal, saat tampil di talkshow dengan nuansa hiburan, Tina lancar-lancar saja. Tak terlihat berusaha keras tampil "pintar" dan mampu dengan mudah menjawab pertanyaan yang diberikan padanya.
Mungkin dunia hiburan memang "rumah" Tina sesungguhnya, sehingga ia terlihat nyaman. Sementara dunia politik masih menjadi panggung yang asing buat Tina.
Salah satu puncak yang bikin kita tertawa adalah saat Najwa bertanya apa skill utama yang seharusnya dimiliki anggota legislatif. Setelah berputar-putar dengan jawaban normatif, Tina kemudian menjawab bahwa kecakapan yang harus dimiliki legislator adalah, "skill pendidikan."
Kami bingung dengan jawaban Tina. Setelah memutar ulang rekaman jawaban tersebut, mungkin maksud Tina adalah wakil rakyat harus punya latar belakang pendidikan yang cukup. Tapi Tina… yang ditanyakan Najwa bukan modal pendidikan. Tapi kecakapan.
Pemilihan kata juga mengesankan Tina sebagai orang awam. Bahkan untuk kelas mahasiswa pun, seharusnya penampilan Tina tak seburuk itu. Bukan artinya setiap politisi harus selalu berbicara dengan istilah-istilah canggih biar dipercaya loh. Toh kalau tak mampu menjawab dengan tepat pertanyaan yang terlontar, mau sekeren apapun istilah-istilah yang kita pakai, tetap tak akan menolong.
Padahal, saat tampil di talkshow dengan nuansa hiburan, Tina lancar-lancar saja. Tak terlihat berusaha keras tampil "pintar" dan mampu dengan mudah menjawab pertanyaan yang diberikan padanya.
Mungkin dunia hiburan memang "rumah" Tina sesungguhnya, sehingga ia terlihat nyaman. Sementara dunia politik masih menjadi panggung yang asing buat Tina.
Spoiler for Conclusion:
Entahlah apa kelebihan Tina yang pantas kita pertimbangkan. Mengaku sudah lama belajar politik, tapi saat diwawancara gelagapan. Mungkin tempat Tina memang di dunia hiburan saja. Yah walaupun kelakuan para legislator kadang lebih menghibur daripada aksi artis di panggung hiburan.
Kesimpulannya, Tina orang baik. Tapi tak cukup baik buat jadi penyambung lidah rakyat. Atau paling tidak, Tina masih butuh waktu lagi untuk jadi caleg berkualitas. Tapi untuk sekarang, lebih baik tidak dipilih dululah.
Kesimpulannya, Tina orang baik. Tapi tak cukup baik buat jadi penyambung lidah rakyat. Atau paling tidak, Tina masih butuh waktu lagi untuk jadi caleg berkualitas. Tapi untuk sekarang, lebih baik tidak dipilih dululah.
Spoiler for Penampakan:
Spoiler for transformasi tina toon:
Spoiler for Penampakan:
Spoiler for Penampakan:
Sumbernya nih gan
anasabila memberi reputasi
1
715
Kutip
0
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan