Kaskus

Hobby

santohAvatar border
TS
santoh
BAGAIMANA BERLATIH TIDAK MELEKAT ?
KURNIAWAN
BAGAIMANA BERLATIH TIDAK MELEKAT ?

Penjelasan Sang Buddha tentang bagaimana melatih  diri mengikis kemelekatan sudah cukup singkat dan lengkap:

Melihat hanya melihat.
Mendengar hanya mendengar.
Mencium bau hanya mencium bau.
Mengecap hanya mengecap.
Sentuhan hanya sentuhan.
Mengetahui bentuk-bentuk pikiran yang muncul (positif/negatif), hanya mengetahui.

Artinya, semua aktivitas tersebut dilakukan tanpa ada "Aku". Sang Buddha mengatakan, jika seseorang mampu mencapai tahap ini, konsep "Aku" yang ada di dalam dirinya akan hilang. Ketiadaan konsep "Aku" inilah yang dimaksud dengan lenyap dan terhentinya Dukkha.

Instruksi: "Ketika melihat suatu objek dengan mata, maka hanya lihatlah." Kalimat ini perlu penjelasan lebih lanjut. Ketika mata melakukan kontak dengan sebuah objek, amati dan kenali objek itu. Tetapi jangan biarkan perasaan suka atau tidak suka muncul. Jika Anda membiarkan perasaan suka terus hadir, keinginan untuk memiliki akan muncul. Sebaliknya, jika Anda membiarkan perasaan tidak suka hadir, Anda malah ingin menghancurkan objek tersebut. Demikianlah perasaan suka dan tidak suka muncul. Inilah yang disebut dengan "Aku". Hanyut terbawa oleh "Aku" menghasilkan penderitaan dan membuat diri tertipu.

Ketika melihat, bawa serta kebijaksanaan dan kesadaran. Jangan biarkan kekotoran batin memaksa Anda untuk melekat. Tambahkan kebijaksanaan untuk memahami bagaimana bertindak dengan benar dan tepat. Jika tidak ada yang perlu dilakukan, abaikan ojek itu. Jika ada yang perlu dilakukan terhadap objek tersebut, lanjutkan saja, tetapi dilakukan dengan kesadaran dan kebijaksanaan, tanpa gagasan tentang "Aku". Dengan cara ini, Anda bisa mendapatkan apa yang Anda harapkan tanpa ada ketidak-puasan. Inilah sebuah latihan sederhana tetapi yang paling membawa kesempurnaan.

Sang Buddha mengajarkan: Melihat hanya melihat..., berhenti disitu saja dan Insight (pemahaman) akan bekerja secara otomatis. Pilih arah yang benar dan tepat. Jangan biarkan "Si suka" dan "Si benci" membuat kita bertindak berdasarkan pilihan suka atau tidak suka, yang merupakan wujud hadirnya "Aku". Pikiran tersebut adalah pikiran yang bergejolak, tidak bebas dan tanpa Insight (pemahaman) sama sekali. Inilah yang diajarkan Sang Buddha kepada kita.

Mengapa kita tidak menyebut latihan menjaga sila dan perilaku, konsentrasi, kebijaksanaan, berbuat kebajikan, dan berdana makanan kepada bhikkhu sebagai latihan yang paling bermanfaat? Karena mereka adalah kondisi pendukung, tetapi bukan intisari Dharma. Kita melakukan kebajikan, berdana, menjaga sila, mengembangkan konsentrasi dan mencapai kebijaksanaan untuk membuat kita menjadi kokoh dan mantap dalam berlatih.

Melihat hanya melihat, mendengar hanya mendengar. Dengan latihan ini, pikiran menjadi kokoh, mantap dan seimbang. Walaupun segala macam objek membombardir diri kita dengan beragam cara lewat indera kita, sang "Aku" tidak akan muncul.

Berdana dan melakukan kebajikan bertujuan untuk melenyapkan ego. Menjalankan sila dan latihan konsentrasi adalah sebuah proses untuk mendapatkan kemampuan untuk mengatasi keakuan. Kebijaksanaan ditujukan untuk menghancurkan "sang Aku".

Kita membahas sesuatu yang terjadi setiap hari. Mata melihat, telinga mendengar, hidung mencium, dan seterusnya yang terjadi pada ke-enam pintu indera yang lain. Kita harus waspada, terus awasi ke-enam pintu tersebut. Latihan ini sudah mencakup seluruh latihan yang ada. Ini adalah latihan yang paling pokok.

The Truth of Nature, by Ajahn Buddhadasa.
Diubah oleh santoh 10-04-2019 09:29
0
1.2K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan