- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pengamat: Narasi Pancasila VS Khilafah Bentuk Kampanye Hitam


TS
the.commandos
Pengamat: Narasi Pancasila VS Khilafah Bentuk Kampanye Hitam
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono menyebutkan bahwa Pemilu 2019 adalah pertarungan antara ideologi Pancasila dan Khilafah. Menanggapi hal itu, Pengamat intelijen Jaka Setiawan menilai bahwa ucapan Hendropriyono cenderung Islamophobia.
“Isu Pancasila versus Khilafah ini, saya nilai tidak memiliki dasar yang kuat dan cenderung Islamofobia. Pipres ini adalah pertarungan Ideologi pancasila dan komunis. Kalau orang Komunisphobia (takut terhadap komunis), itu tidak masalah, kalau ini Islamofobia,” katanya saat dihubungi Kiblat.net pada Kamis (04/04/2019).
“Kalau komunisphobia itu kan wajib, karena diperintahkan oleh Tap MPR. Jadi Pilpres ini pertarungan antara Islamophobia dan Komunisphobia,” sambungnya.
Jaka menilai, orang yang melontarkan isu ini sudah kehabisan narasi, bahkan tidak punya narasi lain untuk mendongkrak elektabilitas pihaknya. Sehingga menggunakan kampanye hitam yaitu isu Pancasila vs Khilafah ini.
“Ini stigmatisasi simbol dan ajaran umat islam, padahal kita tau bahwa sebenarnya khilafah dan republik ini punya sejarah panjang. Kampanye hitam ini memang dari mereka, jelas dari mereka yang anti islam, menurut saya itu narasi kosong, omong kosong saja,” tegasnya.
Selain itu, isu Pancasila vs Khilafah dalam konteks pemilu, menurut Jaka adalah kampanye hitam yang tidak bermutu. Karena selain tidak berbasiskan data dan fakta, argumentasi yang disajikan juga tidak kuat.
Padahal dalam pemilu, lanjut Jaka, narasi yang disajikan haruslah memiliki narasi positif, dan pemilu yang merupakan konstestasi politik, harus dilaksanakan secara sehat, adil dan independen. Karena narasi yang dibangung akan sangat mempengaruhi perkembangan kedewasaan masyarakat dalam memilih.
“Jadi kalau ada narasi-narasi yang tidak sehat, atau kampanye hitam tentu saja harus dipertanggung jawabkan,” tukasnya.
sumber
isu gak mutu
“Isu Pancasila versus Khilafah ini, saya nilai tidak memiliki dasar yang kuat dan cenderung Islamofobia. Pipres ini adalah pertarungan Ideologi pancasila dan komunis. Kalau orang Komunisphobia (takut terhadap komunis), itu tidak masalah, kalau ini Islamofobia,” katanya saat dihubungi Kiblat.net pada Kamis (04/04/2019).
“Kalau komunisphobia itu kan wajib, karena diperintahkan oleh Tap MPR. Jadi Pilpres ini pertarungan antara Islamophobia dan Komunisphobia,” sambungnya.
Jaka menilai, orang yang melontarkan isu ini sudah kehabisan narasi, bahkan tidak punya narasi lain untuk mendongkrak elektabilitas pihaknya. Sehingga menggunakan kampanye hitam yaitu isu Pancasila vs Khilafah ini.
“Ini stigmatisasi simbol dan ajaran umat islam, padahal kita tau bahwa sebenarnya khilafah dan republik ini punya sejarah panjang. Kampanye hitam ini memang dari mereka, jelas dari mereka yang anti islam, menurut saya itu narasi kosong, omong kosong saja,” tegasnya.
Selain itu, isu Pancasila vs Khilafah dalam konteks pemilu, menurut Jaka adalah kampanye hitam yang tidak bermutu. Karena selain tidak berbasiskan data dan fakta, argumentasi yang disajikan juga tidak kuat.
Padahal dalam pemilu, lanjut Jaka, narasi yang disajikan haruslah memiliki narasi positif, dan pemilu yang merupakan konstestasi politik, harus dilaksanakan secara sehat, adil dan independen. Karena narasi yang dibangung akan sangat mempengaruhi perkembangan kedewasaan masyarakat dalam memilih.
“Jadi kalau ada narasi-narasi yang tidak sehat, atau kampanye hitam tentu saja harus dipertanggung jawabkan,” tukasnya.
sumber
isu gak mutu
1
1.8K
33


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan