Kaskus

Hobby

santohAvatar border
TS
santoh
Waktunya Untuk Berhenti
MICHAEL

Stop! Hentikan apapun yang sedang kau lakukan saat ini.

(kecuali membaca tulisan ini)

Leonardo DiCaprio. Kate Winslet.

Ingat sesuatu?

Ya. Titanic.

Apa adegan yang paling kau ingat di film itu?

Cersei "walk of shame". Stannis membakar putrinya hidup-hidup. Jon Snow bangkit dari kematian. Meledaknya Great Sept. Battle of the bastards, Jon Snow versus Ramsay. The Red Wedding. Arya menghabisi House Frey. Arya dan Sansa menghabisi Littlefinger. Tyrion membunuh ayahnya, Tywin. Daenerys membakar semua Khals dalam api raksasa (dan dia keluar hidup-hidup).

Stop! Itu bukan di Titanic. Itu kan di GOT.

Oh iya. Ini pasti akibat tidak sabar nunggu minggu depan untuk premiere season 8 GOT.

Ulang.

Apa adegan yang paling kau ingat di film Titanic?

Jack melukis Rose yang tanpa busana?
Rose "melepas" Jack saat mengapung di air laut yang membeku?
Jack memeluk Rose yang merentangkan tangannya sambil berdiri di ujung kapal?
Rose afterlife dan reunited dengan Jack?

Bagi saya, ada satu adegan paling berkesan.

Saat Titanic perlahan tenggelam dan seluruh penumpang panik mencari cara menyelamatkan diri, ada sepasang kakek-nenek yang dengan tenang berbaring di tempat tidur di kamarnya, sambil berpelukan, sementara air laut bergerak naik di sekeliling mereka. Sungguh indah.

Hanya berlangsung beberapa detik. Dan sama sekali bukan tokoh apapun di cerita itu.

Jangan buru-buru mengatakan bahwa hal itu hanya dongeng belaka. Karena adegan itu sesungguhnya terinspirasi dari kisah nyata penumpang Titanic sesungguhnya.

Isidor dan Ida Straus seharusnya melakukan perjalanan menggunakan kapal Olympic. Tetapi karena jadwal Olympic dibatalkan, maka berlayarlah mereka dengan Titanic. Malam itu mereka berdua menyelesaikan makan malam terakhir yang cukup mewah, sebelum kembali ke kamar dan beristirahat. Dan ketika itulah Titanic menabrak gunung es.

Dalam "deleted scene" Titanic, ada adegan dimana Isidor setengah memaksa Ida untuk naik ke perahu penyelamat, tapi langsung ditolak Ida. "Where you go, I go, don't argue with me, Isidor." Adegan ini akhirnya batal dimasukkan dalam filmnya.

Dan lebih kurang inilah yang sebenarnya terjadi dalam kisah nyatanya, yaitu Isidor dan Ida menolak naik ke sekoci dan malah memberikan tempatnya kepada pembantunya yaitu Ellen Bird, yang akhirnya selamat dan menuturkan kisah ini. Isidor dan Ida terakhir terlihat saling berpelukan di atas anjungan Titanic yang mulai tenggelam.

Memang adegan di film tidak persis sama, tetapi tapi memberi inspirasi yang sama. They died as they lived, with love.

Sejak pertama kali saya menonton filmnya sampai hari ini, setiap kali kata "Titanic" terucap, otomatis gambar pertama yang terlintas di benak saya adalah adegan Isidor dan Ida di saat-saat terakhirnya ini. Bukan gambar Jack dan Rose. Perlu waktu bertahun-tahun baru saya mulai sedikit-sedikit paham apa yang ingin disampaikan universe kepada saya dari film itu. Pesan itu adalah,

"Ketika pikiranmu menyuruhmu bergerak, tetapi hatimu mengatakan tidak, maka diam dan berhentilah. Ikuti hatimu."

Dan pelajaran tambahan dari ini adalah,

"Ketika pikiran dan hati tidak sepakat, ikuti hatimu. Karena hati punya pikirannya sendiri, yang tidak dimengerti oleh si pikiranmu."

Tentu saja, satu adegan yang sama bisa memiliki arti berbeda-beda untuk setiap orang. Saya pun masih dalam proses mencerna sedikit demi sedikit.

Adegan lainnya yang sungguh keren adalah di saat Titanic berangsur tenggelam itu, ada sekelompok pemusik yang dengan sadar terus bermain mengiringi tenggelamnya kapal, sambil melantunkan "Nearer My God to Thee". Sekali lagi, bagi saya, ini adalah cara yang sungguh indah dalam menghadapi takdirmu. Entahlah, mungkin ini karena posisi planet Pluto dan aspects-nya terhadap Moon dan Jupiter, dalam natal chart saya.

Saya pernah mengikuti kelas Ajahn Brahm, dan ada satu ceritanya yang "menyelamatkan" saya.

Dikisahkan hampir setiap hari sekelompok pertapa, termasuk Ajahn Brahm, akan "turun gunung" pagi-pagi buta untuk berbelanja di pasar guna mencukupi kebutuhan di pertapaan mereka yang letaknya di atas bukit. Di jaman modern ini mereka sudah melakukannya dengan mengendarai mobil. Bolak-balik. Saat mereka kembali, biasanya matahari sudah mulai terbit.

Suatu hari, saat perjalanan kembali ke pertapaan, mobil mereka mogok di tengah jalan. Setelah berusaha "diperbaiki" tanpa hasil, akhirnya mereka berjalan kaki meneruskan setengah perjalanan yang tersisa.

Ajahn Brahm berkata, saat itulah dia tiba-tiba melihat bunga-bunga liar nan cantik di kanan-kiri jalan kecil itu. Sekali dua kali angin lembut bertiup, berusaha menghapus kabut dan embun. Hangatnya mentari menyapa kulit. Kasarnya batu-batu kecil di jalanan itu. Aroma pagi, aroma tanah, dan aroma bunga, saling berbaur jadi satu. Demikian indah.

Hal yang setiap hari selalu ada di situ. Setiap hari mereka melalui jalan yang sama. Bolak-balik. Tapi semua keindahan itu luput dinikmati, karena biasanya mereka hanya jadi penumpang di dalam mobil yang bergerak cepat. Hanya ketika mereka "terpaksa" berhenti, akhirnya semua keindahan itu muncul.

Makin cepat kau bergerak, makin banyak kau ketinggalan.

Ibarat seekor ikan yang "berlari" kesana-kemari tanpa henti demi mencari air. Saat dia berhenti, mungkin dia akan menyadari bahwa dia tidak perlu mencari air. Dia sudah hidup di dalam air. Dan air adalah bagian dirinya sendiri.

Mungkin dia akan sadar, dia tidak perlu berlari. Dia hanya perlu berenang dengan diam.

Berhentilah berlari (walau sejenak)

Berenanglah.

Dalam kelimpahan.

Have a super abundant sunday friends!!
tata604Avatar border
tata604 memberi reputasi
1
207
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan